Tentu kita ingat dengan kalimat yang sudah kita dengar sejak SD, “Manusia adalah mahkluk sosial”, artinya manusia selalu membutuhkan manusia lain di dalam kehidupannya. Tiap-tiap individu pasti memiliki rasa “saling”, saling membutuhkan, saling menghormati, saling membantu dan lain sebagainya. Hal ini yang menjadi dasar terjadinya hubungan sosial.
Hubungan sosial adalah aktivitas yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung antar individu, individu dengan kelompok dan antar kelompok, yang menciptakan jembatan antar kepentingan dengan tujuan menciptakan kerjasama dan rasa saling pengertian.
Hubungan sosial mau tak mau tidak dapat dihindari oleh tiap individu, dari lingkungan paling kecil saja, yaitu keluarga, hubungan sosial tiap hari sudah kita lakukan sejak kecil. Misalnya saja seorang kakak beradik bermain bersama, menyapa tetangga, membantu ibu belanja dan lain sebagainya.
Hubungan sosial bisa juga disebut interaksi sosial, ada beberapa ciri yang menunjukkan hubungan sosial, antara lain:
Ciri hubungan sosial memang menunjukkan adanya komunikasi secara langsung, bertemu dengan individu lain. Namun saat ini zaman telah berubah, teknologi membuat jarak tidak menjadi sebuah hambatan apalagi dengan adanya aplikasi video meeting atau video call yang dapat berkomunikasi secara langsung, berinteraksi dengan melihat wajah.
Pola hubungan sosial juga sedikit berubah atau bisa juga dikatakan manusia melakukan adaptasi baru dalam hal komunikasi. Adanya pandemi Covid-19 yang terjadi di seluruh muka bumi.
Selama 2 tahun siswa melakukan pembelajaran daring dari rumah, adanya peraturan perusahaan yang membuat sistem remote working atau work from home dan pembatasan jarak di lingkungan publik tentu saja tetap ada hambatan dalam berkomunikasi.
Hubungan sosial juga tidak begitu saja terjadi, ada faktor-faktor yang mendorong manusia sehingga melakukan hubungan sosial. Ada dua faktor utama yang mendorong individu sehingga melakukan hubungan sosial yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor-faktor internal atau faktor dari dalam individu yang mendorong untuk melakukan hubungan sosial, yaitu:
Selain faktor internal yang menjadi pendorong hubungan sosial, ada juga faktor eksternal yang mendorong dilakukannya hubungan sosial oleh individu.
Simpati merupakan ketertarikan individu terhadap individu lain, bisa karena sikap atau sifat yang terlihat dan bentuk hubungan sosial yang terjadi seperti rasa hormat, bertukar pendapat dan sebagainya.
Empati memiliki kadar perasaan yang lebih tinggi dibandingkan simpati, yaitu perasaan turut merasakan yang dirasakan oleh individu lain. Hal ini kemudian mendorong seseorang sehingga terjadi hubunga sosial. Misalnya saja menemani teman berobat ke Rumah Sakit, karena didorong perasaan empati.
Motivasi merupakan dorongan melakukan hubungan sosial karena rasionalitas, termasuk juga beberapa motif yang dapat menguntungkan seperti motif ekonomi, kepentingan politik, motif popularitas dan sebagainya.
Sugesti merupakan kepercayaan yang dalam tanpa perlu rasionalitas, individu yang terpengaruh sugesti sering kali tidak mempertimbangkan terlebih dahulu alasannya. Hal ini juga dapat menjadi dorongan seseorang melakukan hubungan atau interaksi sosial.
Imitasi merupakan dorongan individu untuk meniru apa yang dilakukan oleh individu lain, hal ini karena rasa kagum atau minat terhadap sesuatu yang dirasa sesuai untuk dirinya. Individu yang bersangkutan akan mempelajari apa yang ia idolakan dan akan menerapkannya sebagai proses sosial.
Imitasi yang menjadi faktor pendorong suatu hubungan sosial cenderung terjadi karena kekayaan, keahlian atau kedudukan.
Faktor identitas tak sama dengan imitasi, faktor pendorong ini dapat terjadi secara sadar maupun tidak sengaja. Misalnya saja fans kesebelasan Persebaya, sebagai proses sosial individu tersebut akan bergabung di dalam organisasi suporter Bonek. Individu tersebut dengan bangga akan menyebut dirinya Bonek dan selalu hadir mendukung di setiap pertandingan Persebaya.
Selain faktor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan sosial, ada juga beberapa faktor yang menjadi penghambat hubungan sosial, antara lain:
Adanya rasa nyaman dengan keadaan yang sudah ada dapat menjadikan individu memiliki kekhawatiran ketika berinteraksi dengan individu lain atau kelompok. Hal ini membuat seseorang ragu-ragu untuk berinteraksi karena mungkin akan menghadapi konflik atau perubahan yang membuat dirinya tidak nyaman.
Ideologi yang dimiliki seseorang adalah hal yang prinsip bagi hidupnya, hal ini dapat menjadi hambatan jika individu merasa tidak membutuhkan interaksi sosial dengan individu lain atau kelompok lain yang memiliki ideologi berbeda.
Adat istiadat menjadi penghambat hubungan sosial ketika sesorang sulit menerima kebiasaan baru karena adanya perbedaan kebiasaan atau adat yang tidak dapat ditoleransi oleh adat individu tersebut.
Faktor persaingan yang dirasakan atau dialami oleh individu seringkali membuatnya tidak memiliki kesempatan untuk berinteraksi. Dengan adanya dominasi yang berlebih dari individu lain maka hubungan sosial seseorang dapat terhambat.
Adanya konflik atau permasalahan di tengah masyarakat, yang sebenarnya tidak melibatkan secara langsung individu dapat juga menjadi faktor penghambat interaksi sosial. Konflik sosial yang terjadi di masyarakat atau lingkungan dapat membuat seseorang enggan atau takut hanya sekedar menyapa orang lain.
Stereotipe adalah faktor berbahaya yang menjadi penghambat interaksi sosial. Adanya kecurigaan dan pandangan negatif seseorang terhadap kelompok tertentu di masyarakat dapat membuat seseorang menjauh dari lingkungan atau memilih untuk tidak berinteraksi dengan lingkungannya.
Etnosentris adalah rasa bangga yang berlebihan terhadap adatnya sendiri dan memandang yang lain lebih rendah. Hal ini menjadi faktor penghambat terjadinya interaksi sosial, baik bagi individu tersebut maupun masyarakat di lingkungannya.