Daftar isi
Skala disekonomi ini seringkali dipahami sebagai salah satu permasalahan yang kerap kali terjadi dalam proses produksi suatu perusahaan. Dimana ketika perusahaan ingin meningkatkan jumlah outputnya, perusahaan tidak mengalami penurunan modal.
Dalam kata lain, perusahaan justru mengalami peningkatan jumlah modal yang diperlukan untuk melakukan produksi. Sehingga bukan malah menghemat anggaran untuk melakukan produksi, anggaran justru meningkat seiring dengan peningkatan jumlah output yang direncanakan.
Bisa dikatakan bahwa skala disekonomi ini memang sangat berbanding terbalik dengan skala ekonomi. Dimana perusahaan bisa menghemat pengeluaran produksinya. Lalu, sebenarnya faktor apa saja sih yang sangat mempengaruhi terjadi skala disekonomi ini dalam sebuah produksi? Berikut merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya skala disekonomi.
1. Terjadinya Demotivasi Pada Sebagian Karyawan
Keputusan perusahaan untuk meningkatkan jumlah produksinya tentunya menjadi beban berat yang harus ditanggung oleh semua karyawan dan manajemennya. Dimana tidak, dengan berbagai peralatan produksi dan bahan baku dengan takaran yang sama, karyawan di tuntut untuk melakukan produksi produk secara besar besaran sesuai dengan jumlah yang diinginkan oleh perusahaan.
Mau tidak mau untuk memenuhi semua permintaan produk tersebut, karyawan bekerja keras dan bekerja secara lebih kompleks dibandingkan dengan sebelumnya. Yang mana seperti yang kita tahu, semakin banyak beban yang ditanggung oleh karyawan akan menyebabkan hilangnya beberapa fokus dari mereka.
Terlebih apabila output yang harus mereka penuhi telah ditentukan tenggatnya. Hal inilah yang sangat mengurangi semangat dari para karyawan dalam mengerjakan setiap tugas dan tanggung jawabnya. Karena pada dasarnya, untuk menghemat dana dalam melakukan produksi, perusahaan tidak menambahkan anggaran dalam jumlah anggaran produksi sebelumnya.
2. Terjadinya Duplikasi Pekerjaan
Terkadang tanpa perencanaan dan pertimbangan yang matang, perusahaan memutuskan untuk membentuk divisi baru guna mendukung berjalannya proses produksi. Rencana awalnya hal ini dilakukan guna mempermudah semua kegiatan produksi yang dilakukan oleh karyawan.
Karena untuk mendapatkan output dalam jumlah yang besar, para karyawan dituntut untuk bekerja lebih kompleks dibandingkan dengan sebelumnya. Sehingga untuk mengatasi adanya demotivasi di karyawan, perusahaan memutuskan membentuk suatu divisi produksi baru.
Namun, dengan kurang matangnya perencanaan dan pertimbangan yang ada membuat kerja dari divisi baru cenderung tidak efektif dan kurang maksimal. Karena dengan adanya kurang komunikasi dan koordinasi yang baik, divisi yang baru dibentuk cenderung mengerjakan hal yang sama dengan divisi lainnya yang sudah dibentuk sejak lama sebenarnya.
3. Terjadinya Peningkatan Biaya Pengaturan Khusus
Selain mempertimbangkan jumlah anggaran yang harus dikeluarkan dalam melakukan proses produksi, dengan adanya peningkatan jumlah produksi ini perusahaan juga harus mempertimbangan input input baru lainnya. Seperti mempertimbangkan secara khusus mengenai pengaturan pembuangan limbah yang berkaitan dengan hasil produksi.
Dan hal tersebut bukan hal yang murah bagi suatu perusahaan tentunya. Belum lagi, input yang lainnya yang berkaitan dengan kompensasi gaji untuk karyawan dan lain sebagainya. Sehingga apabila tidak dipertimbangkan dan diperhitungkan dengan baik bisa membuat perusahaan terlalu banyak mengeluarkan anggaran.