Selama ini kita hanya mengetahui fisikawan dunia seperti Blaise Pascal sang penemu Hukum Pascal, Sir Isaac Newton sang penemu Hukum Newton, atau Emil Lenz sang penemu Hukum Lenz.
Padahal Indonesia juga memiliki fisikawan yang diakui dunia seperti Tjia May On, Hans J. Wospakrik, Achmad Baiquni, Pantur Silaban, dan Terry Mart. Berikut adalah ulasan singkatnya.
Tjia May On adalah salah satu fisikawan Indonesia yang lahir di Probolinggo, Jawa Timur tanggal 25 Desember 1934 dan wafat pada tanggal 5 November 2019 di Bandung pada umur 84 tahun.
Sebelumnya, beliau merupakan Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam – ITB dan mengajar di Universitas Indonesia program Optoelektronika.
Tahun 1962, beliau memperoleh gelar sarjana fisika dari ITB. Adapun gelar master dan doctor diperoleh dari Universitas Northwestern, Amerika Serikat. Bidang yang ditekuni beliau adalah partikel kuantum dan kosmologi relativistik.
Beliau telah melakukan banyak sekali penelitian, beberapa di antaranya menghasilkan dua buku teks dan lebih dari 200 penelitan yang dipublikasikan di beberapa jurnal ilmiah internasional.
Beliau juga pernah berkolaborasi dengan fisikawan dunia dan terlibat dalam penelitian internasional.
Namun, pengetahuannya yang mumpuni di bidang fisika partikel ternyata tidak dapat dimanfaatkan sepenuhnya di Indonesia karena minimnya atau bahkan tidak adanya fasilitas yang memadai untuk meneliti fisika partikel lebih jauh.
Meskipun begitu, sumbangsihnya terhadap ilmu fisika berbuah berbagai macam penghargaan salah satunya Sarwono Awards yang diberikan oleh LIPI tanggal 18 Agustus 2018.
Hans Jacobus Waospakrik adalah fisikawan Indonesia yang lahir di Serui, Papua tanggal 10 September 1951 dan wafat pada tanggal 11 Januari 2005. Sebelumnya, beliau salah satu dosen fisika teoritik di ITB.
Beliau meraih gelar sarjana Fisika tahun 1976 kemudian melanjutkan pendidikan pasca sarjananya di bidang fisika teoretik di Belanda. Adapun gelar Ph.D beliau peroleh di Universitas Durham, Inggris tahun 2002.
Sebagaimana ahli fisika pada umumnya, beliau juga terlibat dalam berbagai macam penelitian.
Salah satunya adalah penelitian yang beliau lakukan bersama dengan Martinus JG Veltman, peraih Nobel Fisika Tahun 1999.
Hasil karyanya antara lain buku berjudul Dari Atomos hingga Quark yang bercerita tentang pencarian manusia mengenai penyusun terkecil dari materi-materi alam yang berawal dari ditemukannya atom hingga quark.
Salah satu fisikawan Indonesia yang termasuk dalam jajaran fisikawan atom internasional yang sangat dihormati di dunia adalah Achmad Baiquni.
Beliau lahir di Surakarta tanggal 31 Agustus 1923 dan wafat pada tanggal 21 Desember 1998.
Ketertarikannya pada fisika atom muncul ketika tengah memperdalam ilmu fisika di Amerika Serikat bertepatan dengan diizinkannya fisika atom diajarkan di perguruan tinggi oleh Presiden Amerika Serikat saat itu, Eisenhower.
Berawal mempelajari fisika atom di Laboratorium Nasional di Argonne, tujuh bulan kemudian beliau mendalami fisika nuklir di Universitas Chicago hingga memperoleh gelar Ph.D di tahun 1964.
Setelah kembali ke tanah air, beliau disebut-sebut kembali mengajar di UGM. Tahun 1973 hingga tahun 1984, beliau ditunjuk menjadi Dirjen BATAN.
Beliau juga pernah menjadi Dubes untuk Swedia tahun 1985-1988, rector UNAS dan dosen IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Fisikawan Indonesia lainnya yang diakui kehebatannya di dunia internasional adalah Pantur Silaban yang lahir pada tanggal 11 November 1937, di Sidikalang, Sumatera Utara.
Beliau adalah fisikawan pertama di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara, yang mendalami teori relativitas umum Einstein hingga memperoleh gelar Ph.D. Selain itu, beliau juga mempelajari fisika partikel.
Setelah lulus dari jurusan fisika ITB tahun 1964, beliau diangkat menjadi staf pengajar di ITB.
Tiga tahun setelahnya tepatnya tahun 1967, beliau berangkat ke negeri Paman Sam untuk mempelajari relativitas umum di pusat kajian gravitasi Universitas Syracuse di bawah bimbingan Peter Gabriel Bergmann dan Joshua N. Goldberg.
Di sana, beliau mempelajari salah satu topik hangat dalam fisika yaitu mencoba untuk menyatukan teori medan kuantum dengan teori relativitas umum untuk menemukan teori gravitasi kuantum.
Beliau pun berhasil menyelesaikan disertasinya di tahun 1971. Setahun setelahnya, beliau kembali mengajar di Departemen Fisika ITB.
Beberapa hasil penelitiannya telah dipublikasikan di General Relativity and Gravitation yakni jurnal yang dipublikasikan oleh The International Society on General Relativity and Gravitation.
Tahun 1995, beliau menjadi profesor penuh di ITB dan pensiun di tahun 2005.
Atas sumbangsihnya terhadap perkembangan ilmu fisika, beliau dianugerahi berbagai penghargaan salah satunya Achmad Bakrie Award di tahun 2009.
Terry Mart adalah salah satu fisikawan Indonesia yang lahir di Palembang pada tanggal 3 Maret 1965.
Beliau merupakan ilmuwan fisika nuklir dan partikel sekaligus guru besar dan dosen di Departemen Fisika – FMIPA UI.
Beliau meraih gelar sarjana fisika dari Universitas Indonesia tahun 1988 dengan predikat cum-laude.
Predikat yang sama beliau peroleh dari Universitaet Mainz, Jerman ketika menerima gelar Doctor rerum naturalium tahun 1996.
Setelah itu, beliau melakukan beberapa penelitian selama kurang lebih empat tahun dilakukan di beberapa universitas yaitu sebagai berikut.
Adapun penelitian yang beliau lakukan adalah meneliti partikel kaon yang model penelitiannya menjadi rujukan fisikawan dunia. Dedikasinya selama 32 tahun meneliti kaon berbuah penghargaan Sarwono Award Tahun 2019.
Penghargaan lain yang diperoleh antara lain sebagai berikut.