3 Fungsi Saraf Parasimpatik Hati

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Sistem Saraf Parasimpatik merupakan bagian dari sistem saraf otonom. Sistem saraf otonom sendiri tersusun atas serabut saraf yang berasal dari otak dan sumsum tulang belakang. Saraf parasimpatik adalah saraf pre ganglion dan post ganglion. Saraf ini bermuara di sumsum tulang belakang dan sakum. Sistem saraf parasimpatik dinamakan pula dengan kraniosakral.

Sistem saraf parasimpatik tersusun atas jaring-jaring yang saling berhubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Di mana kinerja sistem saraf ini berfungsi untuk menghambat kinerja organ yang terdapat dalam tubuh.

Salah satu organ yang memiliki saraf parasimpatik adalah hati. Hati merupakan organ terbesar yang terdapat di dalam tubuh. Letaknya ada di sebelah atas organ perut serta memiliki berat 1,5 kg untuk ukuran orang dewasa.

Hati termasuk dari serangkaian organ pencernaan yang memiliki peran untuk membersihkan racun. Hati memiliki warna kecokletan dan berbentuk segitiga. Sistem parasimpatik dalam hati memiliki sejumlah fungsi penting terutama pada kinerja hati. Berikut ini fungsi saraf parasimpatik pada hati.

1. Mempercepat Pengeluaran Garam Empedu

Di dalam hati atau liver, terjadi pembentukan cairan empedu. Pembentukan garam empedu ini berasal dari kolesterol. Kolesterol dan berbagai zat yang ada di dalam hati akan bereaksi sehingga menghasilkan air serta senyawa yang memiliki pH netral. Hal inilah yang kemudian dinamakan dengan garam empedu.

Garam empedu kemudian bertemu dengan berbagai zat seperti air, bilirubin, kolesterol dan mineral tembaga sehingga membentuk cairan empedu. Cairan empedu ini memiliki warna hijau kebiruaan dan akan terasa pahit.

Cairan empedu memiliki pH sekitar 7.7 sampai 6. Di dalam cairan empedu ini terdiri dari dua jenis yakni garam empedu dan zat pewarna. Cairan empedu akan disimpan dalam kantong empedu kemudian disalurkan menuju usus dua belas.

Bilirubin sendiri merupakan zat pewarna yang terbentuk ketika terjadinya proses perombakan sel darah merah yang sudah tua. Dalam satu hari, hati dapat menghasilkan sekitar 500 sampai 1000 mm empedu. Hati akan membantu mengsekresikan garam empedu dan saraf parasimpatik membantu mempercepat proses tersebut.

Oleh karena itu, kinerja garam empedu pada hati dapat bekerja dengan baik. Keberadaan garam empedu memiliki sejumlah peranan penting di hati. Garam empedu membantu mencerna lemak, menyaring racun yang masuk dan membantu proses penyerapan nutrisi.

2. Mencerna Lemak di Usus Halus

Hati memiliki peranan vital dalam sistem pencernaan pada tubuh. Oleh karena itu, keberadaan saraf parasimpatik membantu salah satu kinerja hati yakni untuk mencerna lemak di usus halus. Di dalam hati terdapat garam empedu yang di mana akan membentuk proses pencernaan lemak.

Proses sekresi garam empedu pada hati dipercepat oleh saraf parasimpatik. Garam empedu yang terdapat pada hati akan mencerna serta menahan lemak yang secara bersamaan hal tersebut juga dilakukan oleh air.

Proses mencerna lemak dapat meningkatkan sampai 1000 kali lipat dari luas permukaan lemak. Hal inilah yang membuat enzim lebih banyak berinteraksi dengan lemak sehingga lemak akan mudah dicerna. Sebelum dicerna oleh usus, lemak akan bereaksi dengan garam empedu sehingga membentuk senyawa seperti sabun.

Dengan adanya garam empedu, membuat usus tidak bekerja terlalu berat untuk mencerna lemak. Kemudian senyawa tersebut akan dicerna oleh usus dan terurai menjadi garam empedu dan asam lemak. Proses pencernaan lemak akan terjadi di pada saluran pencernaan.

Ketika hati tidak mampu mencerna lemak, maka lemak akan tertimbun di hati dan menumpuk. Penumpukan lemak di hati ini akan menyebabkan penyakit hepatic steatosis. Keadaan ini akan mengurangi kinerja hati dan menimbulkan banyak penyakit hati. Adanya lemak di dalam hati terbilang normal namun jika dalam jumlah yang sedikit.

3. Mengeluarkan Racun

Hati memiliki peranan dalam mengeluarkan racun-racun yang terdapat dalam tubuh. Racun-racun ini berasal dari apa yang dikonsumsi ataupun dari udara yang dihirup. Racun atau zat berhaya tersebut harus dikeluarkan dalam tubuh karena dapat membahayakan. Salah satu tugas untuk mengeluarkan racun adalah organ hati.

Saraf parasimpatik akan membantu kinerja hati untuk mengeluarkan racun yang terdapat di dalam tubuh. Hati yang sehat akan mengalami dua fase dalam proses pengeluaran racun. Pada fase I, enzim-enzim yang terdapat dalam tubuh akan membantu racun ini agar lebih mudah dikeluarkan. Di dalam hati terdapat zat yang dapat memakan zat-zat berbahaya atau racun yakni zat kupfer.

Keberadaan zat berbahaya ini akan membuang racun dalam darah dengan bantuan enzim serta zat kimia yang disebut dengan xenobiotik. Sementara itu, pada fase kedua, enzim-enzim lain akan mengubah racun menjadi bentuk yang lebih mudah larut oleh air. Setelah racun tersebut mudah laur dengan air, racun tersebut akan dikeluarkan dalam bentuk urine ataupun feses.

Selain mengeluarkan zat makanan, hati juga dapat mengeluarkan zat-zat lain seperti amonia, alkohol, sisa pencernaan, zat kimia hingga berbagai obat-obatan. Zat-zat tersebut ketika sampai di hati, akan diproses, kemudian dibuang dan diteruskan kembali melalui darah.

Kapasitas hati dalam mengeluarkan racun yang terdapat dalam tubuh terbatas. Jika racun yang masuk terlalu banyak maka hati tidak mampu menjalankan kinerjanya dengan baik. Bahkan hal tersebut dapat menimbulkan kerusakan pada organ hati. Hal ini akan terjadi jika berlangsung dalam kurun waktu yang lama sehingga kinerja hati akan semakin menurun.

fbWhatsappTwitterLinkedIn