Kewirausahaan

6 Gaya Kepemimpinan yang disukai Karyawan Beserta Alasannya

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Ada banyak jenis tipe atau gaya kepemimpinan yang bisa diterapkan oleh seorang pemimpin organisasi atau kelompok dalam mempimpin organisasi atau kelompoknya untuk mencapai tujuan. Gaya kepemimpinan pada umumnya tidak lepas dari karakteristik pribadi dari pemimpin, namun gaya kepemimpinan juga bisa diusahakan dan disesuaikan dengan kondisi organisasi yang dipimpinnya.

Setiap jenis gaya kepemimpinan tentunya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing sehingga tidak semua jenis gaya kepemimpinan akan disukai oleh setiap anggotanya. Pada umumnya, anggota organisasi atau kelompok akan menyukai gaya kepemimpinan yang memberikan ruang gerak bagi mereka dalam berpendapat atau ikut berkontribusi dalam pengambilan kebijakan organisasi. Atau gaya kepemimpinan yang memberikan kebebasan anggota untuk mengembangkan diri dan berinovasi.

Berikut akan dibahas mengenai beberapa tipe atau gaya kepemimpinan yang biasanya disukai oleh karyawan atau anggota organisasi.

1. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis merupakan gaya kepemimpinan yang mengandalkan kebersamaan antara pimpinan dengan anggotanya dalam mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Segala keputusan perusahaan tidak serta merta berada di tangan pimpinan, namun selalu melibatkan karyawan.

Dalam hal ini, seorang pemimpin menerapkan kesederajatan, kepemimpinan partisipatif atau konsultatif sehingga tercipta suasana kondusif, saling menghargai dan menghormati dalam perusahaan. Komunikasi yang terjadi dua arah juga memungkinkan pemimpin mendapat masukan dan memberi masukan kepada karyawannya. Hal ini tentunya akan memberikan rasa nyaman bagi karyawan. Meski demikian, pemimpin juga tetap melaksanakan pengawasan kepada karyawan secara wajar.

Gaya kepemimpinan demokratif akan mampu meningkatkan kepuasan kerja karyawan dan membantu terciptanya tim yang kuat, sehingga produktivitas mereka juga akan semakin meningkat.

2. Gaya Kepemimpinan Situasional

Tidak setiap jenis atau gaya kepemimpinan cocok diterapkan pada sebuah perusahaan begitu saja tanpa melihat kondisi lingkungan perusahaan yang bersangkutan. Maka, disinilah gaya kepemimpinan situasional bisa digunakan oleh seorang pimpinan perusahaan guna menyesuaikan dengan kondisi perusahaan yang dia pimpin.

Berangkat dari keyakinan bahwa tidak ada gaya kepemimpinan ideal, maka gaya kepemimpinan situasional ini lebih memiliki sifat yang fleksibel dan menekankan pada kondisi lingkungan perusahaan dan kesiapan karyawannya. Alih-alih memaksakan suatu gaya kepemimpinan tertentu dalam perusahaan, pemimpin justru melihat terlebih dahulu keadaan perusahaannya dan bagaimana kesiapan karyawannya sebelum menentukan bagaimana cara atau gaya yang akan diterapkannya dalam memimpin mereka.

Dengan demikian, gaya kepemimpinan ini akan lebih bisa diterima oleh karyawan karena tidak bersifat saklek atau memaksa pada satu model atau gaya tertentu saja.

3. Gaya Kepemimpinan Visoner

Diantara gaya kepemimpinan yang juga disukai oleh karyawan adalah gaya kepemimpinan visioner. Seorang pemimpin yang visioner akan mampu merumuskan visi dan misi perusahaan serta memberikan arahan atau instruksi dengan jelas yang kepada karyawan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kejelasan visi, misi, dan arahan itulah yang akan membuat karyawan lebih mudah memahami apa dan bagaimana ia harus bertindak.

Selain itu, seorang pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan visioner juga bersifat sangat terbuka akan masukan dan saran. Mereka juga akan mengutamakan peningkatan kualitas karyawan demi kebaikan perusahaan di masa mendatang.

4. Gaya Kepemimpinan Delegatif

Gaya kepemimpinan delegatif juga merupakan salah satu gaya kepemimpinan yang menjadi favorit bagi karyawan sebuah perusahaan karena senantiasa mau melibatkan karyawan dalam menjalankan perusahaan. Pemimpin dengan gaya delegatif lebih berperan sebagai pemberi support atau dukungan dan arahan ketika dibutuhkan.

Dalam sebuah perusahaan dengan gaya kepemimpinan delegatif, karyawan tidak hanya tinggal diam melaksanakan instruksi saja, tetapi mereka juga diberi kesempatan untuk terlibat dalam pengambilan keputusan, membuat strategi pelaksaan tugasnya sendiri, serta menyelesaikan permasalahan dalam tugasnya.  Akan tetapi, gaya kepemimpinan ini hanya cocok diterapkan jika perusahaan tersebut memiliki karyawan yang memang memiliki kapabilitas dan motivasi kuat untuk mengembangkan perusahaan.

Kelebihan dari gaya kepemimpinan ini adalah inovasi dan kreativitas karyawan akan sangat dihargai. Terlebih karyawan yang memiliki pengalaman lebih, maka ia akan dapat memanfaatkan kompetensi dan pengalamannya tersebut untuk berkontribusi secara maksimal terhadap perusahaan.

5. Gaya kepemimpinan Birokratis

Tidak semua karyawan menyukai gaya kepemimpinan yang memberikan mereka terlalu banyak kebebasan atau ruang untuk terlibat dalam mengendalikan jalannya perusahaan. Beberapa karyawan justru lebih menyukai tipe pemimpin yang birokratis atau bersifat prosedural.

Hal ini dikarenakan dengan gaya kepemimpinan birokratis, karyawan lebih mudah dalam melaksanakan tugasnya karena memang sudah ditentukan apa dan bagaimananya. Mereka hanya tinggal menjalankan saja sesuai dengan arahan dan prosedur yang telah ditentukan.

Meski demikian, gaya kepemimpinan ini juga tetap memberikan kebebasan kepada karyawannya untuk berkreasi atau bertindak dalam melaksanakan tugas. Namun, tentunya tetap terbatas dalam koridor aturan yang ada.

6. Gaya Kepemimpinan Transaksional

Selanjutnya adalah gaya kepemimpinan transaksional. Gaya kepemimpinan ini bisa menciptakan sistem yang mudah untuk diterapkan dan diikuti oleh karyawan. Adanya “transaksi” yang ditawarkan juga akan mendorong karyawan untuk lebih meningkatkan motivasi dan produktivitas kerjanya.

Adanya tujuan spesifik yang ditetapkan oleh pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan ini akan meminimalkan kebingungan karyawan dalam menerima dan menjalankan instruksi, karena telah ada prosedur yang ditetapkan sebelumnya. Di satu sisi gaya kepemimpinan seperti ini memang menciptakan efisiensi kerja, namun di sisi lain juga bisa mematikan atau menekan kreativitas dan daya inovasi karyawannya.