Ilmu Arudh: Pengertian – Sejarah dan Manfaatnya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Banyak yang bertanya mengenai ilmu. Berikut pembahasannya.

Apa itu Ilmu Arudh?

Secara etimologi ‘Arudh berarti tengah-tengah atau sesuatu yang terdapat di dalam bait-bait syair.

Kalimat ini juga bermakna sebuah metode yang sulit dan sukar, atau juga bisa diarahkan pada arti kota Makkah (Ka’bah) karena ia terdapat di tengah-tengah kota Makkah.

Sedangkan menurut terminologi, Arudh ialah sebuah disiplin ilmu pengetahuan yang membahas tata-cara mengenal benar-tidaknya wazan-wazan syair arab, dan yang berkaitan dengannya.

Disiplin ilmu ini menekankan obyek pembahasannya pada Syair arab yang terdiri dari wazan-wazan tertentu.

Sejarah Ilmu Arudh

Awal Mula Lahirnya Ilmu Arudh

Menurut sejarah, penemu ilmu arudh adalah Syaikh Kholil bin Ahmad an-Nanhwy al-Basry al-Azdary al-Farohidy.

Syekh as-Syamaniy pernah mengatakan bahwa Imam Kholil merupakan figur intelektual yang sangat perhatian terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.

Menurutnya, tidak ada seorang pun yang perhatiannya melebihi Imam Kholil.

Dalam kehidupan sehari-hari, beliau selalu hidup asketis (zuhud) dan menjaga diri dari perbuatan tidak baik yang tercela. Imam Kholil merupakan salah satu guru dari Imam Sibaweh.

Syaikh Kholil mendapat ilham (inspirasi) untuk menyusun ilmu ‘Arudh ketika beliau ada di kota Makkah.

Hal ini disinyalir pemberian nama ‘Arudh karena ada unsur tafa-ul atau melihat adanya pertanda baik dengan Ka’bah yang ada di tengah-tengah (arab: ‘Arudh) kota Makkah.

Dikatakan bahwa yang memotivasi Imam Kholil untuk mendalami ilmu tersebut adalah bahwa pada suatu ketika orang-orang arab mulai berpaling meninggalkan Imam Kholil, dan belajar kepada muridnya yang bernama Imam Sibaweh.

Keberadaan Imam Kholil seakan-seakan tidak lagi diperhitungkan oleh masyarakat waktu itu.

Peristiwa ini membuat Imam Kholil tergugah untuk menyendiri dan menyepi, memohon kepada Allah swt. agar dikaruniai sebuah ilmu yang tidak pernah dimiliki orang lain. Do’a beliau akhirnya dikabulkan oleh Allah SWT.

Perkembangan Ilmu Arudh

Sejak awal diperkenalkan oleh Imam Kholil, ilmu ‘Arudh menjadi ilmu yang mengukur keindahan dan kebenaran pembuatan sastra arab.

Hal ini terus berlanjut hingga pertengahan abad kedua Hijriyah. Setelah itu banyak ulama yang turut memperhatikan perkembangan ilmu ini.

Sebagian dari mereka menguraikan kaidah yang diperkenalkan Imam Kholil, memperluas keterangannya, meringkas, dan lain sebagainya.

Sejak saat itulah banyak ulama yang juga menulis ilmu ‘Arudh. Di antanya

  • Al-Akhfas al-Ausat (sekitar tahun 215 H)
  • Al-Abbas Muhammad bin Yazid al-Mubarrad (kira-kira tahun 285 H)
  • Ibnu Kisan (kira-kira tahun 310 H)
  • Ibnu Siraj (kira-kira tahun 316 H)
  • Ibnu Abdu Rabah (kira-kira 328 H)
  • Zajaji (kira-kira tahun 340 H)
  • Shahib bin Ibad (kira kira tahun 385 H)
  • Abu al- Fatah bin Jany(kira-kira tahun 392 H)
  • Jauhary (kira-kira tahun 400 H)
  • Khotib at-Tibrizy (502 H)
  • Zamahksary (kira-kira tahun 538 H)
  • Ibnu Hajib (kira-kira 646 H)
  • Damaminy (kira kira tahun 827 H).

Manfaat Mempelajari Ilmu Arudh

Ilmu Arudh mempunyai segudang manfaat, yang diantaranya adalah untuk membedakan antara sya’ir arab dengan lainnya.

Dengan demikian bisa diketahui bahwa Alquran bukanlah sekadar kumpulan sya’ir-sya’ir arab, tapi merupakan firman suci yang harus dimuliakan oleh umat Islam.

Banyak ulama yang berpendapat seperti Syekh Hanafi, “bahwasanya mempelajari sesuatu yang bisa membedakan antara Alquran dengan sya’ir hukumnya fardlu ‘ain.

Dikarenakan hal itu bisa mencegah subordinasi dalam akidah. Di samping itu, dengan ilmu ‘Arudh kita juga bisa membedakan kalimat sya’ir dengan prosa, menghindari kerancauan satu bahar dengan yang lain, serta menjaga sya’ir dari perubahan.

Dengan semua kelebihan itu, jelaslah bahwa ilmu ‘Arudh memiliki faidah yang sangat besar.

Jika ada yang meragukan manfaatnya, itu berarti dia telah menutup pintu gerbang ilmu-ilmu arab. Jika hal itu terjadi, maka kita tinggal menunggu kehancuran ilmu pengetahuan.

fbWhatsappTwitterLinkedIn