12 Jenis Makna Kata dan Contohnya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Menurut Ferdinand de Saussure (Chaer, Abdul, 2007:287),  menjelas bahwa makna merupakan “pengertian” atau “konsep” yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda linguistik.

Kalau tanda linguistik itu disamakan identitasnya dengan kata atau leksem, maka itu artinya makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki oleh setiap kata atau leksem.

Jik tanda linguistik itu disamakan identitasnya dengan morfem, maka itu artinya makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki oleh setiap morfem baik yang disebut morfem dasar maupun morfem afiks.

1. Makna Leksikal

Makna leksikal merupakan makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apapun.

Contoh:

  • Leksem kuda memiliki makna leksikal “sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai
  • Leksem pensil bermakna leksikal “sejenis alat tulis yang terbuat dari kayu dan arang
  • Leksem air bermakna leksikal “sejenis barang cair yang biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari”.

2. Makna Gramatikal

Makna Gramatikal merupakan makna yang baru ada kalau terjadi proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi.

Contoh:

  • Proses afiksasi prefiks ber
    • Dasar baju melahirkan makna gramatikal “mengenakan atau memakai baju
    • Dasar kuda melahirkan makna gramatikal “mengendarai kuda
    • Dasar rekreasi melahirkan makna gramatikal “melakukan rekreasi
  • Proses Komposisi
    • Dasar sate dan ayam melahirkan makna gramatikal “bahan
    • Dasar madura melahirkan makna gramatikal “ asal
    • Dasar lontong melahirkan makna gramatikal “bercampur
    • Dasar Pak Kumis (nama pedagang sate yang terkenal di Jakarta) melahirkan makna gramatikal “buatan
  • Proses Sintaktisasi
    • Sintaktisasi kata adik, menendang, dan bola menjadi kalimat Adik menendang bola melahirkan makna gramatikal adik bermakna “pelaku”, menendang bermakna “aktif” dan bola bermakna “sasaran
    • Sintaktisasi adik, menulis, dan surat melahirkan makna gramatikal adik bermakna “pelaku”, menulis bermakna “aktif”, dan surat bermakna “hasil

3. Makna Kontekstual

Makna kontekstual merupakan makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks.

Contoh:

  • Makna konteks kata kepala pada kalimat-kalimat berikut ini.
    • Rambut di kepala nenek belum ada yang putih.
    • Sebagai kepala sekolah dia harus menegur murid itu.
    • Nomor teleponnya ada pada kepala surat itu.
    • Beras kepala harganya lebih mahal dari beras biasa.
    • Kepala paku dan kepala jarum tidak sama bentuknya.

4. Makna Referensial

Sebuah kata disebut makna referensial kalau ada referensnya atau acuannya. Kata-kata seperti kuda, merah, dan gambar adalah termasuk kata-kata yang bermakna referensial karena ada acuannya dalam dunia nyata. Seperti kata-kata dan, atau dan karena adalah termasuk kata-kata yang tidak bermakna referensial karena kata-kata itu tidak mempunyai referens.

Contoh:

  • “Tadi pagi saya bertemu dengan pak Ahmad”, kata Ani kepada Ali

Kata saya mengacu pada Ani

  • “O, ya? Sahut Ali, “Saya juga bertemu beliau tadi pagi”

Kata saya mengacu pada Ali

  • “Di mana kalian bertemu beliau?” tanya Amin, “Saya sudah lama tidak berjumpa dengan beliau”

Kata saya mengacu pada Amin

5. Makna Denotatif

Makna denotatif merupakan makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem.

Contoh:

  • Kata babi bermakna denotatif “sejenis binatang yang biasa diternakkan untuk dimanfaatkan dagingnya”
  • Kata kurus bermakna denotatif “keadaan tubuh seseorang yang lebih kecil dari ukuran yang normal”
  • Kata rombongan bermakna denotatif “sekumpulan orang yang mengelompok menjadi satu kesatuan”

6. Makna Konotatif

Makna konotatif merupakan makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut.

Contoh:

  • Kata babi pada orang yang beragama Islam atau di dalam masyarakat Islam mempunyai konotasi yang negatif, ada rasa atau perasaan yang tidak enak bila mendengar kata itu.
  • Kata kurus berkonotasi netral artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan.
  • Kata ramping yang sebenarnya bersinonim dengan kata kurus memiliki konotasi positif nilai rasa yang mengenakkan, orang akan senang kalau dikatakan ramping.
  • Kata kerempeng yang sebenarnya juga bersinonim dengan kata kurus dan ramping mempunyai konotasi negatif nilai rasa yang tidak mengenakkan, orang akan merasa tidak enak kalau dikatakan tubuhnya kerempeng.

7. Makna Konseptual

Makna konseptual merupakan makna yang dimliki sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun.

Contoh:

  • Kata kuda memiliki makna konseptual “sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai”
  • Kata rumah memiliki makna konseptual “bangunan tempat tinggal manusia”

8. Makna Asosiatif

Makna asosiatif merupakan makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa.

Contoh:

  • Kata melati berasosiasi dengan sesuatu yang suci atau kesucian
  • Kata merah berasosiasi dengan “berani” atau juga “paham komunis”
  • Kata buaya berasosiasi dengan “jahat” atau juga “kejahatan”

9. Makna Kata

Makna kata merupakan makna yang sudah jelas kalau kata itu sudah berada di dalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya.

Contoh:

  • Tangannya luka kena pecahan kaca.
  • Lengannya luka kena pecahan kaca.

Kata tangan dan lengan sebagai kata, maknanya lazim dianggap sama atau bermakna sama.

10. Makna Istilah

Makna istilah merupakan makna yang pasti, yang jelas, yang tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat.

Contoh:

  • Tangannya luka karena pecahan kaca.

Tangan bermakna bagian dari pergelangan sampai ke jari tangan.

  • Lengannya luka karena pecahan kaca.

Lengan bermakna bagian dari pergelangan sampai ke pangkal bahu.

Jadi, kata tangan dan lengan sebagai istilah dalam ilmu kedokteran tidak bersinonim       karena maknanya berbeda.

11. Makna Idiom

Idiom merupakan ujaran yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal.

Contoh:

  • Bentuk “menjual gigi” memiliki makna “tertawa keras-keras”
  • Bentuk “membanting tulang” memiliki makna “bekerja keras”
  • Bentuk “meja hijau” memiliki makna “pengadilan”
  • Bentuk “sudah beratap seng” memiliki makna “sudah tua”

12. Makna Pribahasa

Berbeda dengan idiom yang maknanya tidak dapat diramalkan secara leksikal maupun gramatikal, maka yang disebut pribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya asosiasi antara makna asli dengan maknanya sebagai pribahasa.

Contoh:

  • Pribahasa “seperti anjing dengan kucing” yang bermakna “ihwal dua orang tidak pernah akut”
  • Pribahasa “tong kosong nyaring bunyinya” yang bermakna “orang yang banyak cakapnya biasanya tidak berilmu”
fbWhatsappTwitterLinkedIn