Perubahan Makna: Pengertian, Jenis dan Faktornya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Seiring berkembangnya zaman, terjadi perubahan makna dalam sebuah kata. Karena pada dasarnya setiap kata mempunyai arti atau makna tersendiri. Tidak heran jika pada satu kata dapat memiliki lebih dari satu makna tergantung dari kalimat yang digunakan.

Dalam bahasa Indonesia, hal ini dikenal dengan istilah pergeseran makna atau perubahan makna. Apakah perubahan makna tersebut dan apa saja jenisnya? Berikut penjelasannya!

Pengertian Perubahan Makna

Perubahan atau pergeseran makna merupakan perubahan suatu makna yang terjadi pada kata tertentu, sehingga makna sekarang akan memiliki makna yang berbeda dari sebelumnya. Bahkan dalam perubahan makna dari suatu kata dapat memiliki makna yang lebih sempit, lebih luas, membaik ataupun memburuk.

Penyebab Perubahan Makna

Terjadinya perubahan makna dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

  1. Proses gramatikal
    Yakni terdapat proses afiksasi atau reduplikasi yang bisa menghasilkan makna baru yang berbeda dari makna sebelumnya.
  2. Perbedaan penafsiran
    Adanya perbedaan penafsiran antara satu orang dengan orang lainnya.
  3. Konteks kalimat
    Terdapat pengaruh terhadap pergeseran makna secara kontekstual. Dalam kondisi tertentu penggunaan kata dapat mempengaruhi makna yang timbul.
  4. Perkembangan IPTEK
    Seiring berkembangnya zaman tentu akan terjadi perubahan makna pada beberapa kata.
  5. Proses asosiasi
    Jika terjadi persamaan sifat dari dua kata berbeda, dapat menimbulkan makna yang berbeda terutama dari makna awal kata tersebut.
  6. Perbedaan sosial budaya
    Adanya perbedaan sosial dan budaya yang berkembang di masyarakat turut mempengaruhi perubahan makna suatu kata.

Jenis-Jenis Perubahan Makna

Beberapa jenis perubahan makna, antara lain:

  1. Membaik (Amelioratif)
    Amelioratif merupakan jenis perubahan makna dari sebuah kata menjadi lebih baik. Artinya dahulu suatu kata mempunyai makna yang buruk atau nilainya rendah, hingga akhirnya berubah menjadi lebih baik nilainya atau lebih tinggi.
  2. Memburuk (Peyoratif)
    Peyoratif merupakan jenis perubahan makna dari suatu kata menjadi lebih rendah. Perubahan makna ini di mana sebuah kata yang dahulu memiliki makna dengan nilai yang baik, sekarang menjadi lebih rendah atau nilainya kurang baik. Bisa dikatakan jika peyoratif adalah kebalikan dari amelioratif.
  3. Makna Menyempit (Spesialisasi)
    Perubahan makna menjadi menyempit terjadi ketika suatu kata di mana mulanya digunakan dan mempunyai makna luas, mengalami penyempitan atau pembatasan makna.
  4. Makna Meluas (Generalisasi)
    Makna meluas merupakan perubahan makna yang terjadi pada suatu kata yang dahulu penggunaanya terbatas saat ini berubah menjadi lebih luas maknanya. Makna meluas ini adalah kebalikan dari makna menyempit.
  5. Persamaan Sifat (Asosiasi)
    Asosiasi adalah perubahan makna di mana terdapat hubungan makna asli dengan makna baru akibat adanya perubahan lingkungan pemakaian.
  6. Pertukaran Tanggapan (Sinestesia)
    Sinestesia adalah jenis perubahan makna yang terjadi karena terdapat pertukaran tanggapan yang berasal dari dua indra. Misal makna untuk indera penglihatan berubah makna menjadi indera perasa.

Contoh Perubahan Makna

Contoh dari amelioratif:

Makna dari kata “wanita” mempunyai nilai yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kata “perempuan”.

Makna dari kata “suami” mempunyai nilai lebih tinggi jika dibandingkan dengan kata “laki”.

Makna dari kata “lembaga pemasyarakatan” mempunyai nilai lebih tinggi dibandingkan dengan kata “bui”.

Contoh dari peyoratif:

Dahulu makna kata “bunting” memiliki nilai yang tinggi, namun sekarang menjadi lebih rendah. Sehingga penggunaan kata “hamil” lebih sering digunakan untuk saat ini dan dianggap lebih tinggi maknanya.

Dahulu makna kata “kaki tangan” memiliki nilai yang tinggi dengan arti pembantu. Namun sekarang berubah makna dengan arti yang rendah yakni “kaki tangan penjahat” atau “mata-mata penjahat”.

Dahulu kata “kawin” mempunyai nilai yang tinggi, namun sekarang menjadi rendah maknanya sehingga penggunaan kata “menikah” lebih sering digunakan dan dianggap tinggi maknanya.

Contoh makna menyempit:

Kata “sarjana” dahulu digunakan untuk orang yang dianggap pandai atau pintar. Namun saat ini kata “sarjana” mengalami penyempitan makna dan hanya digunakan untuk orang yang lulus perguruan tinggi.

Kata “madrasah”dahulu digunakan untuk mengartikan sekolah secara umum. Namun saat ini kata “madrasah” hanya digunakan untuk menyatakan sekolah agama Islam.

Contoh makna meluas:

Dahulu kata “saudara” hanya diperuntukkan untuk menyebutkan orang yang mempunyai hubungan darah atau keluarga. Namun saat ini kata “saudara” memiliki makna yang luas dan dapat menjadi kata ganti atau sapaan untuk orang yang tidak memiliki hubungan keluarga sekalipun.

Dahulu kata “kepala” digunakan untuk menyatakan bagian tubuh. Namun saat ini kata “kepala” juga dapat bermakna sebagai ketua ataupun pemimpin.

Contoh dari asosiasi:

Kata “kursi” mempunyai makna sebenarnya berupa “tempat duduk”. Namun saat ini kata “kursi” dapat juga memiliki makna “jabatan”.

Kata “parasit” memiliki makna sebenarnya berupa “tumbuhan atau hewan yang merugikan makhluk hidup lainnya”. Sekarang kata “parasit” dapat juga diartikan sebagai “ orang yang sangat merugikan orang lain”.

Contoh dari sinestesia:

Kata “enak” identik dengan indra perasa. Namun sekarang kata “enak” terdapat juga pada indra pendengar.

Contoh kalimat: Suaranya sangat enak untuk didengar.

Kata “manis” identik dengan indra perasa. Namun sekarang kata “manis” terdapat juga pada indra penglihatan.

Contoh kalimat: Wajah gadis itu sangat manis.

fbWhatsappTwitterLinkedIn