4 Jenis Satwa Harapan yang Banyak dibudidayakan di Masyarakat

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Pada umumnya, alasan utama manusia melakukan budidaya satwa liar adalah karena alasan ekonomis yang berasal dari bermacam-macam produk, misalnya daging, minyak, gading atau tanduk atau taring, kulit sampai pada pemanfaata bulu dan nilai keindahan dari kekhasannya.

jenis Satwa liar harapan yang biasanya dibudidayakan oleh masyarakat yaitu :

1. Cacing tanah

Cacing tanah nerupakan hewan tingkat rendah karena tidak memiliki tulang belakang, umumnya disebit invertebrata. Jenis cacing yang umum dikembangkan di Indonesia adalah L. rubellus. Cacing ini berasal dari Eropa, ditemukan di dataran tinggi Lembang daerah Bandung oleh Ir. Bambang Sudiarto pada tahun 1982.

Dilihat dari morfologinya, cacing tersebut panjangnya antara 80-140 mm, Tubuhnya bersegmen-segmen dengan jumlah antara 85-140. Segmentasi tersebut tidak terlihat jelas dengan mata telanjang. Yang terlihat jelas di bagian tubuhnya adalah klitelum, terletak antara segmen 26/27 -32.

Klitelum merupakan organ pembentukan telur. Warna bagian punggung (dorsal) adalah coklat merah sampai keunguan. Sedangkan warna bagian bawah (ventral) adalah krem. Pada bagian depan (anterior) terdapat mulut, tak bergigi. Pada bagian belakang (posterior) terdapat anus.

Dalam bidang pertanian, cacing menghancurkan bahan organik sehingga memperbaiki aerasi dan struktur tanah. Akibatkannya lahan menjadi subur dan penyerapam nutrisi oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan cacing tanah akan meningktkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman.

Cacing tanah dalam aktivitasnya dapat mengeluarkan lendir yang nantinya lendir tersebut dimakan oleh mikroorganisme sehingga keberadaan cacing di dalam tanah dapt memberikan makan bagi mikroorganisme tanah.

Cacing tanah tidak makan vegetasi hidup, tetapi hanya makan bahan organik mati, baik sisa-sisa hewan maupun tumbuhan. Bahan organik dan tanah halus yang dimakan kemudian di keluarkan sebagai kotoran (ekskresi) atau casting yang berupa agregat-agregat berbentuk granular dan tahan terhadap pukulan-pukulan air hujan, serta banyak mengandung unsur hara yang siap tersdia bagi tanaman.

Cacing tanah mengaduk tanah dan memperbaiki tata udara tanah sehingga in itrasi air menjadi lebih baik dan lebih mudah ditembus oleh akar. Cacing tanah umumnya bersarang dan membawa makanannya ke dalam liang tanah, kemudian memakannya bersama dengan tanah ke dalam mulutnya.

Akibatnya dari aktivitas ini terjadi perpindahan tanah lapisan bawah ke lapisan atas. Adanya liang-liang yang menyebabkan sistem aerasi dan drainase tanah menjadi lebih baik sehingga tersedianya O2 dan aktivitas keluar masuk siang yang membawa seresah serta adanya sekresi lendir yang menempel di dinding liangnya.

2. jangkrik

Jangkrik merupakan serangga lompat yang termasuk dalam family Gryllidae. Ada sekitar seribu spesies jangkrik yang hidup terutama di daerah tropis. jangkrik dikenal dengan suaranya yang hanya dihasilkan oleh jangkrik jantan.

Suara ini digunakan untuk menarik betina dan menolak jantan lainnya. Suara jangkrik ini semakin keras dengan naiknya suhu sekitar. Jangkrik telah dipelihara manusia sejak lama. Usaha budidaya jangkrik di negara kita sangat didukung oleh iklim, cuaca, ketersediaan lahan ataupun jenis jangkrik yang ada di sekitar kita.

Usaha budidaya ini dilakukan untuk menghindari kelangkaan dan kepunahan akibat perburuan yang intensif dan habitat jangkrik yang semakin terdesak oleh modernisasi atau perluasan daerah perkotaan, serta dampak penggunaan pestisida.

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan jangkrik sebagai pakan hewan piaraan, makan sudah saatnya serangga ini dibudidayakan secara lebih intensif dan kontinyu, sehingga dapat memenuhi permintaan pasar.

3. Lebah madu

Lebah madu adalah salah satu jenis serangga yang kaya manfaat. Semua yang dihasilakn oleh lebah madu dikenal berkhasiat untuk kesehatan. Dalam klasifikasi dunia binatang, lebah dimasukan dalam ordo Hymenoptora yang artinya sayap bening. Dalam ordo ini terdapat 100.000 spesies serangga, termasuk lebah, tawon, semut dan rayap.

Di dunia ada tujuh spesies lebah madu yang sudah diketahui yaitu Apis dorsata, Apis Laboriosa, Apis Mellifera, Apis Florea, Apis Andreniformis, Apis Cerana dan Apis Koschevnikov. Lebah madu selalu hidup berkoloni, rata-rata setiap koloni berkisar 60-70 ribu lebah dalam satu sarang.

Walaupun populasi yang demikian padat, lebah mampu melakukan pekerjaannya secara terencana dan teratur rapi. Di habitat alalminya, sarang lebah madu bisa ditemukan tergantung di cabang pohon, loteng, atau bukit batu yang terjal.

Satu koloni menghuni sebuah sisiran yang ukurannya bisa sangat besar. Pada satu pohon bisa sangat 5-10koloni. Produk utama Apis Dorsata adalah madu dan malam dengan produksi madu mencapai 10-20 kg per koloni per panen. Bahkan, dari sarang yang besar produksinya bisa mencapai 30kg. Madu yang dihasilkan dinamakan madu hitam.

Jjenis lebah madu ini lebih muda dibudidayakan. Sifatnya yang jinak dan mudah beradaptasi dengan lingkungan sehingga lebah jenis ini tidak mudah meninggalkan sarangnya. Peternak akan menghasilkan madu berdasarkan sumber bunga tersebut. Di Pulau Jawa peternak lebah bisa menggembalakan lebah di perkebunan Kapuk, Mangga, Rambutan, Kelengkeng, Duwet, dan Karet.

4. Ulat sutera

Ulat sutera (Bombyx mori L) adalah salah satu jenis serangga yang mempunyai nilai ekonomis tinggi bagi manusia. Serangga tersebut adalah produsen serat sutera yang merupakan bahan baku sutera di bidang pertekstilan, benag bedah, dan parasut dengan kualitas tinggi, belum bisa dikalahkan oleh serat sutera buatan.

Banyak jenis ulat sutera yang berbeda, dikembangkan dengan peternakan. Terdapat kira-kira seratus jenis dalam famili ulat sutera dan kebanyakan terdapat di Asia. Kain sutera terkenal karena keindahan dan kehalusannya.

Pakaian dari kain sutera walaupun mahal tetapi tetap saja diminati. Ulat sutera mengeluarkan air ludah atau liur yang mengandung protein, itulah bahan pembentukan kokon. Kokon sebetulnya berfungsi sebagai pelindung dari proses perubahan ulat menjadi kepompong sebelum akhirnya menjadi dewasa.

Kokon-kokon ini dikumpulkan, kemudian diolah dengan sederhana ataupun canggih, diubah menjadi benang sutera. Selanjutnya benang ini ditenun menjadi kain.

fbWhatsappTwitterLinkedIn