11 Macam Sistem Kepercayaan

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Kepercayaan di Indonesia biasanya digunakan untuk menyebut sebuah aliran atau agama selain 6 agama yang diakui yakni Islam, Kristen, Budha, Hindu, Katolik dan Konghucu. Dalam kepercayaan tersebut terdapat sebuah sistem kepercayaan yakni sebuah panutan hidup yang dipercayai oleh suatu kelompok masyarakat dalam melaksanakan kehidupan sosial keagamaannya. 

Ada beberapa macam sistem kepercayaan bahkan sejak zaman purbakala. Berikut ini adalah jenis atau macam sistem kepercayaan yang ada di dunia. 

1. Roh Nenek Moyang

Sistem kepercayaan pada roh nenek moyang adalah sebuah kepercayaan yang dianut oleh manusia-manusia pada masa pra-aksara. Sistem kepercayaan ini muncul pada masa berburu, mengumpulkan, serta meramu makanan. Kepercayaan in muncul ketika manusia menyadari bahwa mereka dapat mengalami mimpi ketika tertidur. 

Dalam mimpi tersebut mereka melihat diri sendiri berada di tempat lain. Mereka mengartikan peristiwa tersebut sebagai pisahnya antara jiwa dan raga mereka. Jiwa yang terlepas tersebut dapat melakukan apa saja yang dikehendaki. Semenjak saat itu mereka sangat menghormati apabila ada seorang pemimpin yang meninggal. Mereka akan memuja roh tersebut. 

2. Dinamisme

Sistem kepercayaan dinamisme juga merupakan kepercayaan yang dianut manusia pada masa prasejarah. Dalam sistem kepercayaan ini manusia meyakini bahwa benda tertentu memiliki kekuatan gaib yang dapat menolong manusia. Kekuatan ini juga dipercaya dapat menentukan keberhasilan dan kegagalan dari seorang. Istilah dinamisme diambil dari bahasa Yunani yaitu “Dunamos” yang artinya kekuatan atau daya. 

Munculnya sistem kepercayaan ini diciptakan oleh pemikiran manusia ketika melihat sesuatu di sekitarnya. Contohnya adalah ketika mereka melihat gunung yang besar, lautan, pohon, atau api hingga menimbulkan rasa kagum, takut dan hormat. 

Pada saat itu manusia purbakala masih sangat terbatas dalam melakukan apapun sehingga membutuhkan pertolongan kepada yang dianggapnya memiliki kekuatan. Lambat laun akhirnya hal ini menjadi sistem kepercayaan. Sistem kepercayaan yang dalam ilmu antropologi dikenal juga dengan nama manaisme ini masih dapat kita jumpai hingga saat ini yaitu percaya pada batu atau jimat, keris memiliki kekuatan gaib dan lainnya. 

3. Animisme

Sistem kepercayaan animisme adalah sebuah kelanjutan dari kepercayaan pada roh nenek moyang. Sistem kepercayaan tersebut semakin berkembang dan manusia menganggap bahwa yang memiliki roh bukan hanya manusia tetapi juga binatang bahkan pohon.

Kepercayaan ini kemudian menjadi lebih kompleks lagi di mana manusia menganggap bahwa roh-roh tersebut adalah kekuatan yang mengatur kehidupan di alam semesta ini. Mereka pun kemudian memuja dengan cara memberi penghormatan seperti memberikan sesaji, ritual, doa, bahkan korban. Hal tersebut biasanya dilakukan untuk meminta keselamatan, kesuburan, kesehatan dan kemakmuran.

Sama hal nya dengan dinamisme, animisme masih dapat kita temui pada masa saat ini yakni di pulau Jawa yang mana masyarakatnya mempercayai bahwa laut mereka dijaga oleh Nyi Roro Kidul. Sementara itu masyarakat suku Toraja yakin kehidupan mereka dijaga oleh nenek moyang sehingga terhindar dari musibah. 

4. Totemisme 

Sistem kepercayaan lainnya yang dianut oleh manusia dan sudah ada sejak dahulu kala adalah totemisme. Pada sistem kepercayaan ini mereka meyakini bahwa makhluk lain selain manusia itu memiliki kekuatan. Makhluk yang paling umum dipuja adalah binatang namun ada juga yang memuja tumbuh-tumbuhan. 

Nama totemisme sendiri diambil dari bahasa yang ada di suku suku Algonquin dari Amerika Utara yakni  totem, tatam, dan dodaim. Kelompok yang menganut sistem kepercayaan ini meyakini mereka memiliki hubungan dengan hewan atau tumbuhan yang mereka puja. Kelompok ini juga memiliki aturan di mana sesama anggota tidak boleh saling menyakiti apalagi membunuh serta tidak boleh memakan atau membunuh makhluk kepercayaan mereka. 

Contoh dari kepercayaan ini adalah suku Indian di Amerika yang memuja burung elang. 

5. Monoteisme

Monoteisme disebut juga dengan istilah monoisme yakni sebuah kepercayaan yang meyakini hanya ada satu kekuatan tertinggi sebagai Tuhan yang mereka sembah. Tuhan yang maha esa ini memiliki kekuasaan penuh terhadap segala sesuatu yang ada di seluruh jagad raya ini. 

Istilah ini diambil dari bahasa Yunani yaitu Monos dan Teos yang masing-masing memiliki makna “tunggal” dan “Tuhan”.  Sistem kepercayaan jenis ini adalah yang paling banyak diyakini oleh manusia modern seperti saat ini. Contoh agama yang memiliki sistem kepercayaan ini adalah Islam, Yahudi, dan Kristen.

Sistem kepercayaan ini dibagi lagi menjadi beberapa cabang jenis lainnya yakni monoteisme praktis, monoteisme spekulatif, monoteisme teoritis, dan monoteisme murni.

  • Monoteisme Praktis 

Monoteisme jenis ini adalah sistem kepercayaan yang meyakini adanya kekuatan Tuhan yang tertinggi namun tidak menyangkal adanya dewa-dewa yang lainnya. 

  • Monoteisme Spekulatif 

Jenis Monoteisme spekulatif adalah sistem kepercayaan yang yakin pada satu Tuhan atau dewa. Namun dewa tersebut adalah gabungan dari dewa-dewa lainnya yang kemudian bergabung menjadi satu kekuatan yang penuh. 

  • Monoteisme Teoritis

Sistem kepercayaan monoteisme jenis ini adalah keyakinan yang mempercayai adanya satu tuhan hanya dalam teori saja. Sementara itu pada prakteknya mereka meyakini tuhan atau dewa ada lebih dari satu. 

  • Monoteisme Murni

Monoteisme Murni adalah sistem kepercayaan yang benar-benar memahami dan meyakini bahwa tuhan itu hanya ada satu baik dari segi teori, praktek, pemikiran maupun penghayatan. 

6. Teisme

Sistem kepercayaan teisme disebut juga dengan keyakinan monoteisme klasik. Kepercayaan ini mempercayai pada satu kekuatan Tuhan memiliki “kepribadian” yang khas serta bukan merupakan suatu kekuatan ilahi saja. Istilah ini pertama kali digunakan sekitar tahun 1617-1688 oleh Ralph Cudworth untuk sebagai antonim dari ateisme.

Teisme terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan pada cara pendekatan antara umat dengan tuhannya serta berdasarkan pada jumlah pribadi tuhan. Berdasarkan pendekatan kepada tuhan, teisme dibagi menjadi teisme rasionalisme yang dicetuskan oleh René Descartes, teisme eksistentialisme yang dikemukakan oleh Søren Kierkegaard, teisme fænomenologi yakni oleh Peter Kestenbaum, serta eisme empirisme oleh Thomas Reid. 

Sedangkan berdasarkan pada jumlah pribadi tuhan, teisme dibedakan menjadi tuhan yang maha Esa yakni satu (Islam dan Yahudi) serta  tritunggal (Kristenisasi). 

8. Deisme

Deisme adalah sebuah paham yang meyakini adanya tuhan namun Ia tidak ikut campur dalam urusan manusia. Pada umumnya seseorang penganut deisme akan menolak peristiwa-peristiwa gaib seperti mukjizat dan kenabian. Namun demikian mereka tetap mempercayai bahwa tuhan adalah penyebab terciptanya alam semesta dan yang menjadi sebab pertama yang tidak bersebab. 

Istilah Deisme berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata “deus” yang memiliki makna Tuhan. Sistem kepercayaan ini berjaya di Inggris, Perancis dan Amerika pada masa Pencerahan atau sekitar abad 17 sampai 18.  

9. Panteisme 

Panteisme dikenal juga sebagai Pandeisme yakni sebuah sistem kepercayaan yang meyakini bahwa tuhan adalah alam itu sendiri. Dengan kata lain segala peristiwa dan takdir yang ada merupakan kehendak dari alam, Istilah Panteisme pertama kali digunakan pada tahun 1705 oleh seorang penulis bernama Irlandia John Toland. 

Konsep ketuhanan seperti ini sudah dikenal pada masa Yunani kuno dan telah dibahas oleh para filsuf terkenal seperti  Thales, Parmenides dan Herakleitos. 

10. Panenteisme

Hampir sama dengan panteisme yang yakin bahwa alam semesta adalah tuhan namun pada panenteisme lebih percaya bahwa alam adalah bagian dari Tuhan. Walaupun begitu mereka mengimani bahwa Tuhan tidak identik dengan alam dan Ia lebih besar  dari pada alam itu sendiri. 

Istilah Panenteisme diambil dari bahasa Yunani yaitu gabungan dari kata “Pan”, “en” dan “theos” yang masing-masing memiliki makna “semua”, “dalam” dan “Tuhan”. Orang yang pertama kali mencetuskan ini adalah K. C. F. Krause yakni seorang filsuf asal Jerman.  

Dalam sistem kepercayaan ini menekankan ajaran bahwa Tuhan pada aspek terbatas, berubah, mengatur alam, dan bekerja sama dengan alam untuk mencapai kesempurnaan

11. Politeisme

Politeisme adalah kebalikan dari monoteisme yakni sistem kepercayaan yang meyakini bahwa Tuhan atau dewa itu ada lebih dari satu. Istilah ini diambil dari bahasa Yunani yakni “Poly” yang artinya “banyak” dan “theos” yang memiliki makna “Tuhan”. Orang yang pertama kali memperkenalkan istilah ini adalah seorang penulis dari Alexandria yang bernama Yahudi Philo. 

Konsep Ketuhanan ini merupakan perwakilan dari fase evolusi antara primitif, kepercayaan animisme dan monoteisme. Pada fase dewa dan dewi yang diyakini telah menjadi pribadi dan lebih kompleks dari fase sebelumnya. 

Penganut sistem kepercayaan ini mengimani bahwa dewa dan dewi meming tugas masing-masing untuk mengatur alam semesta dan kehidupan manusia. Contoh agama yang menerapkan sistem ketuhanan politeisme adalah Hindu yang mengenal dua konsep ketuhanan yakni Brahman (Tuhan tanpa wujud) dan Trimurti (Tuhan dengan wujud). Trimurti percaya pada kekuatan tiga dewa yakni Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Siwa. 

fbWhatsappTwitterLinkedIn