Daftar isi
Karya sastra yang lahir pada angkatan Pujangga Baru masih dibaca dan dikaji sampai saat ini. Meskipun ceritanya tentang kehidupan masa lampau, namun nilai yang dihadirkan masih relevan dengan zaman sekarang.
Angkatan yang lahir menggantikan kejayaan angkatan Balai Pustaka ini banyak melahirkan karya sastra yang erat dengan kehidupan masyarakat pada masa tersebut, baik novel, cerpen, maupun puisi.
Banyak ceritanya yang mengusung tema politik, nasionalisme, dan pendidikan. Berikut beberapa judul karya sastra Indonesia popular dari angkatan Pujangga Baru beserta sinopsisnya.
1. Belenggu (Novel) Karya Armijn Pane
Belenggu mengisahkan tentang cinta segitiga. Cinta terlarang ini membuat tokoh kehilangan orang yang dicintai. Kisah dari novel psikologis Indonesia pertama ini berpusat pada tiga tokoh yakni Sukartono (Tono), Sukartini (Tini), dan Rohayah (Yah)
Tono merupakan seorang dokter dan Tini merupakan istrinya. Kehidupan pernikahan mereka tidak didasari dengan cinta yang tulus. Hubungan keduanya semakin memburuk karena kesibukan masing-masing.
Suatu ketika, Tono yang merupakan seorang dokter datang mengobati pasien di sebuah hotel. Pasien tersebut bernama Yah yang ternyata perempuan tunasusila teman masa kecil Tono.
Setelah berkenalan dan menceritakan kehidupan masing-masing, mereka merasa saling cocok dan hubungan terlarang tersebut pun dimulai. Tono telah menganggap hotel tersebut sebagai rumah kedua.
Tini, yang juga pernah berselingkuh, mengetahui hubungan gelap suaminya dan datang ke hotel untuk melabrak Yah. Namun saat keduanya bertemu, mereka malah saling mengasihi.
Di akhir cerita Tini memutuskan untuk meninggalkan Tono karena merasa gagal menjadi seorang istri. Ia kemudian menjadi pengurus panti asuhan. Begitu pula Yah yang meninggalkan Tono karena merasa tidak pantas.
2. Tenggelamnya Kapal Van der Wijck (Novel) Karya Hamka
Novel yang telah diangkat mejadi film layar lebar ini mengisahkan tentang dua orang saling mencintai namun tidak bisa bersatu karena perbedaan adat istiadat dan latar belakang sosial di Minangkabau.
Film yang berlatar tahun 1930-an ini mengisahkan tentang pemuda bernama Zainuddin yang jatuh cinta kepada Hayati, seorang perempuan yang cantik jelita.
Zainuddin memiliki status matrilineal yang tidak diakui oleh masyarakat Minang. Ia hanya seorang pemuda yang miskin dan tidak bersuku. Ibunya merupakan orang Bugis, sementara ayahnya berdarah Minang.
Berbeda dengan Hayati yang merupakan keturunan Bangsawan. Suatu hari, ia dipaksa menikah dengan seorang laki-laki dari keluarga yang terpandang bernama Aziz.
Betapa hancur hati dan hidup Zainuddin mengetahui hal tersebut. Berangkatlah pemuda ini ke tanah Jawa. Seiring berjalanya waktu, mereka dipertemukan kembali namun kisah cinta mereka harus berakhir tragis.
Hayati pulang ke kampung halaman naik Van der Wijck yang naasnya tenggelam dan membuatnya tidak terselamatkan. Tak lama Zainuddin jatuh sakit dan menyusul Hayati. Jasadnya dikuburkan di sebelah kekasih hatinya.
3. Layar Terkembang (Novel) Karya Sutan Takdir Alisjahbana
Novel selanjutnya yakni Layar Terkembang yang ditulis oleh sastrawan Sutan Takdir Alisjahbana. Karya ini menceritakan perjuangan wanita dalam menggapai cita-cita.
Novel yang dianggap memberikan gambaran adopsi budaya Barat dan Indonesia ini berpusat terhadap dua tokoh wanita yakni Tuti dan Maria. Mereka merupakan saudara yang juga mahasiswi kedokteran.
Tuti sang kakak merupakan pribadi yang aktif dalam banyak kegiatan. Ia turut menyuarakan persamaan hak wanita. Sementara Maria sang adik mempunyai kepribadian yang lincah dan periang.
Suatu hari, datanglah Yusuf yang jatuh cinta kepada Maria. Begitu juga Maria yang tertarik dengan mahasiswa kedokteran tersebut. Keduanya pun menjadi sepasang kekasih.
Sementara itu, Tuti yang juga ingin mempunyai kekasih mendapatkan surat cinta dari pemuda terpelajar bernama Supomo. Namun karena bukan pria idamannya, Tuti menolak dan kembali fokus dengan kesibukannya.
Waktu berjalan, kisah asmara Maria dan Yusuf telah mendapatkan restu. Menjelang hari pernikahan, Maria jatuh sakit. Penyakitnya terbilang parah yakni malaria dan TBC. Tidak lama, ia wafat.
Sebelum menghembuskan napas terakir, ia berpesan kepada sang kakak untuk bersedia menerima Yusuf. Tuti tidak kuasa menolak dan kemudian ia dan Yusuf bertunangan. Tidak lama, keduanya menikah dan hidup bersama selamanya.
4. Nyanyi Sunyi (Kumpulan Syair) Karya Amir Hamzah
Nyanyi Sunyi merupakan kumpulan syair yang terkenal dari angkatan Pujangga Baru. Dalam buku ini, Amir Hamzah menuangkan pererasaannya yang sunti dan rindu dengan kampung halamannya.
Nyanyi Sunyi terdiri dari 24 puisi berjudul dan bait-bait lirik. Tidak ada satu pun karyanya yang diberi tanggal kepenulisannya.
Dalam karya tersebut, sang sastrawan banyak menumpahkan perasaan cinta dan kagum kepada seorang kekasih yang sangat dicintainya. Beberpa puisi juga menggambarkan tentang ratapan kepada ibu dan Tuhan.
Puisi-puisinya yang berjudul yakni Padamu Jua, Barangkali, Hanya Satu, Permainanmu, Tetapi Aku, Karena Kasihmu, Sebab Dikau, Doa, Hanyut Aku, Taman Dunia, Terbuka Bunga, Mengawan, Memuji Dikau, Kurnia, Doa Poyangku, Turun Kembali, Batu Belah, Di dalam Kelam, Ibuku Dehulu, Insyaf, Subuh, Hari Menuai, dan Astana Rela.
5. Airlangga (Naskah Drama) Karya Sanusi Pane
Naskah drama ini mengisahkan tentang seorang raja bernama Airlangga. Ia memerintah pada tahun 1091 sampai 1094.
Suatu hari, sang raja datang kepada Dharmawangsa untuk meminang putri Dharmawangsa. Kala itu, terjadi serangan dari pasukan Raha Wurawari. Airlangga selamat dari pertempuran itu dan berhasil melarikan diri.
Naskah drama ini mengisahkan sikap seorang raja yang harus berlaku adil baik terhadap keluarga maupun rakyatnya.
Naskah dengan tiga babak ini juga menyajikan bagaimana Putri Mahkota yang menolak tahta sebagai pengganti Raja Airlangga. Kisahnya juga epik akrena menampilkan pertarungan antara dua pangeran kerajaan.