Daftar isi
Pengertian Khulafaur Rasyidin
Ketika Nabi Muhammad SAW. wafat maka tidak ada siapa pun yang dapat menggantikan status sebagai Rasulullah. Namun kepemimpinan Rasulullah SAW terhadap kaum muslimin harus ada yang melanjutkan. Kelanjutan kedudukan seorang pemimpin umat Islam dinamakan dengan Khulafaur Rasyidin.
Berdasarkan catatan sejarah, istilah “Khulafaur Rasyidin” terdiri dari dua kata yakni “Al-Khulafa” dalam bentuk jamak atau “Khalifah” dalam bentuk tunggal yang berarti “Pengganti”, dan “Ar-Rasyidin” yang berarti “bijaksana, pintar, dan halus”. Maka dari itu, Khulafaur Rasyidin memiliki arti pemimpin pengganti Rasulullah yang bijaksana dan pintar.
Khulafaur Rasyidin disebut sebagai masa awal kekhalifahan Islam setelah kepemimpinan Rasulullah SAW yang terbagi dalam empat masa kepemimpinan. Masa kepemimpinan tersebut antara lain, pertama Abu Bakar As-Siddiq, kedua Umar bin Khattab, ketiga Utsman bin Affan, dan terakhir Ali bin Abi Thalib.
Perlu diketahui bahwa khalifah merupakan kedudukan sebagai pemimpin yang tidak diwariskan secara turun temurun seperti sistem pemerintahan kerajaan, seperti Romawi dan Persia, melainkan para khalifah pada zamannya dipilih secara demokratis.
Setiap masa kekhalifahan memiliki masa kejayaan dan pencapaian yang berbeda-beda dalam setiap aspek. Seperti sistem hegemoni pemerintahan, politik, kelangsungan perekonomian, sampai perluasan Islam hingga ke negara-negara lain. Secara historis masa Khulafaur Rasyidin telah berlangsung selama 30 tahun dengan segmentasi masa empat khalifah.
Kisah Khulafaur Rasyidin
Khulafaur Rasyidin terbagi dalam empat khalifah, yakni Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Masing-masing khalifah memiliki karakteristik kepemimpinan yang berbeda-beda. Berikut kisah para khalifah pada masa Khulafaur Rasyidin.
Abu Bakar As-Siddiq
Periode khalifah Abu Bakar As-Siddiq berlangsung pada tahun 632 – 634 Masehi. Abdullah Abi Quhafah At-Tamim atau yang lebih dikenal dengan sebutan Abu Bakar As-Siddiq. Ketika zaman pra Islam memiliki nama Abu Ka’bah, kemudian diganti oleh Nabi Muhammad SAW dengan nama Abdullah.
Abu Bakar As-Siddiq lahir pada tahun 573 Masehi dan meninggal dalam di usia 63 tahun pada tanggal 23 Jumadil Akhir pada tahun 12 Hijriah atau pada bulan Agustus tahun 634 Masehi. Abu Bakar As-Siddiq merupakan seorang laki-laki yang pertama kali masuk Islam sehingga diberi julukan sebagai Abu Bakar yang artinya pelopor pagi hari.
Abu Bakar As-Siddiq diberikan gelar As-Siddiq karena beliau selalu membenarkan seluruh hal dan terutama ketika terjadi peristiwa Isra’ Mi’raj yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Dari hal itu menyebabkan banyak kaum yang mendukung dan berpendapat bahwa Abu Bakar merupakan orang yang pantas menjadi khalifah.
Kaum Anshar dan kaum Muhajirin menginginkan seorang khalifah di kalangan mereka, sehingga kedua kaum tersebut berpendapat dan mengusulkan Abu Bakar yang paling sesuai menjadi khalifah. Namun usulan tersebut sempat ditolak secara tegas dengan alasan kaum Muhajirin lah yang seharusnya berhak untuk mengendalikan kekuasaan, maka Umar bin Khattab Maju.
Abu Bakar pun menyampaikan pidato kepada semuanya untuk taat kepada Abu Bakar karena beliau taat kepada Allah dan Rasulullah, dan jika beliau tidak taat maka tidak diwajibkan untuk taat pada perintah Abu Bakar sebagai seorang khalifah.
Pada masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq telah terjadi banyak persoalan yang cukup banyak baik dalam negeri maupun luar negeri. Persoalan yang terjadi seperti pembangkang zakat, nabi palsu, dan kelompok murtad. Kemudian satu per satu permasalahan diselesaikan melalui diskusi dengan para sahabat.
Penyelesaian masalah untuk melawan kemurtadan adalah dengan cara perang Riddah, kemudian setelah selesai menyelesaikan persoalan dalam negeri, Abu Bakar melakukan ekspansi ke wilayah utara untuk menghadapi pasukan Romawi dan Persia yang tidak jarang mengancam keberadaan umat Muslim.
Namun dalam misi tersebut Abu Bakar tidak terselamatkan, dan tercatat dalam sejarah bahwa Abu Bakar menjadi seorang khalifah selama dua tahun. Selain menjadi khalifah, Abu Bakar juga menjadi pemimpin agama dan kepala negara bagi kaum muslimin.
Beberapa pencapaian pada masa pemerintahan Abu Bakar As-Siddiq, antara lain:
- Mendirikan pemerintahan pusat dan daerah.
- Membangun militer yang kuat, tangguh, dan disiplin.
- Membuat mushaf Al-Qur’an seperti yang dimiliki umat Islam saat ini.
- Membudayakan musyawarah sebagai bagian dalam menyikapi suatu persoalan.
- Membangun musyawarah yang bersifat demokratis dalam pemerintahan untuk masyarakat.
- Membangun kesejahteraan rakyat secara adil dengan mendayakan zakat, infaq, jizyah dan ghanimah.
- Menjadikan tentara dan umat Islam taat dan patuh serta memberikan dukungan terhadap semua kebijakan khalifah.
Umar bin Khattab
Umar bin Khattab bin Nufail atau yang lebih sering disapa dengan Umar bin Khattab merupakan orang keturunan Abdul Uzza Al-Quraisy dari suku Adi. Berdasarkan catatan sejarah masa kepemimpinan Umar bin Khattab terjadi pada tahun 634-644 Masehi, .
Umar merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang menjadi khalifah kedua setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Umar masuk Islam setelah kenabian di tahun kelima dan mempertaruhkan seluruh sisa hidupnya untuk berjuang di jalan Rasul. Sehingga Umar menjadi orang kepercayaan sekaligus menjadi penasihat utama Rasulullah.
Sosok Umar yang penuh tanggung jawab yang begitu luar biasa, bijaksana, kreatif, genius dan perhatian menjadikan Khalifah Umar bin Khattab sangat disayangi dan dihormati oleh rakyatnya. Contohnya Umar selalu mengawasi rakyat secara langsung dengan berkeliling kota. Dengan keunggulan tersebut kaum Quraisy memberikan julukan kepada Umar yakni “Singa padang pasir” dan “Abu Faiz” karena kepintarannya.
Terpilihnya Umar menjadi khalifah pada saat setelah wafanya Abu Bakar. Pada tahun 634 Masehi Umar secara resmi diangkat sebagai khalifah karena dipercaya oleh para sahabat untuk menuntun umat Islam pada kemajuan. Kemajuan yang dicapai pada masa pemerintahan Umar bin Khattab dapat dilihat dari berbagai aspek meliputi politik, sosial, seni, dan agama.
Kondisi politik pada masa khalifah Umar bin Khattab memperoleh keadaan yang stabil. Hal ini dibuktikan dengan adanya usaha perluasan daerah Islam yang terjadi begitu cepat. Oleh karena itu segera Umar mengatur sistem administrasi negara. Selain mengatur sistem administrasi negara Umar kemudian mengatur perekonomian yakni pembayaran gaji dan pajak tanah.
Umar mendirikan penghasilan untuk menegaskan pembagian kepengurusan antara lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif serta membentuk kepolisian guna menjaga keamanan dan ketertiban. Selain itu juga Umar mendirikan Bait Al-Mal, membuat tahun hijriah, menghapuskan zakat bagi para muallaf, dan menyusun mata uang.
Dalam segi pengetahuan pada masa khalifah Umar dengan semakin meluas kekuasaan Islam maka mendorong pendidikan Islam menjadi semakin besar. Para sahabat sangat terbuka untuk para pelajar baru yang ingin mendalami agama Islam. Sehingga terjadi mobilitas para pelajar dari berbagai daerah, hal ini menyebabkan Madinah menjadi wilayah pusat agama Islam.
Utsman bin Affan
Utsman bin Affan bin Abil Ash bin Umayyah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Utsman bin Affan merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW. Utsman memeluk agama Islam karena ajakan Abu Bakar, ketika Utsman memutuskan untuk memeluk Islam Utsman tidak segan untuk memberikan sebagian besar kekayaannya untuk kepentingan Islam.
Utsman bin Affan mendapatkan julukan sebagai “Zun Nurain” yang artinya memiliki dua cahaya. Julukan itu diberikan karena Utsman menikahi dua putri Nabi Muhammad SAW secara berurutan setelah salah satunya wafat. Sejak masa pemerintahan Abu Bakar hingga masa pemerintahan Umar bin Khattab, Utsman merupakan orang yang dipercaya untuk menjadi penulis.
Utsman terpilih menjadi khalifah ketika setelah wafatnya Umar bin Khattab. Pada saat Umar sakit terdapat formatur yang terdiri dari enam orang sebagai calon penerus khalifah. Calon-calon tersebut antara lain Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abdullah. Tim formatur ini dikepalai oleh Abdurrahman bin Auf.
Akhir sidang Syura mengumumkan bahwa madat kekhalifahan jatuh kepada Utsman. Utsman menjadi khalifah di umur 70 tahun sampai umurnya yang ke 82 tahun. Masa pemerintahan khalifah Utsman bin Affan pada tahun 644-656 Masehi. Masa pemerintahan ini menjadi masa kekhalifahan terlama dalam masa Khulafaur Rasyidin.
Terdapat beberapa pencapaian pada Khalifah Utsman bin Affan di antaranya yaitu mengumpulkan dan menghimpun seluruh Al-Qur’an ke dalam sebuah Mushaf Utsmani dengan tujuan mempersatukan seluruh umat Islam. Umat Islam sempat terpecah disebabkan oleh perbedaan dalam pembacaan ayat Al-Qur’an.
Pencapaian lainnya seperti menyeragamkan cara membaca Al-Qur’an yang terdapat satu mushaf dalam susunan ayat-ayatnya, membangun fasilitas umum, serta menertibkan administrasi pemerintahan dengan menegaskan deskripsi pekerjaan dengan jelas. Utsman juga melanjutkan pencapaian khalifah sebelumnya yakni tetap meneruskan budaya musyawarah dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Ali bin Abi Thalib
Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib ibn Hasyim atau yang lebih akrab dipanggil Ali bin Abi Thalib merupakan putra Abu Thalib, yang mana merupakan paman Nabi Muhammad SAW. Sejak kecil Ali mendapat didikan oleh keluarga Rasulullah. Ali merupakan orang yang pertama kali memeluk Islam dari kalangan anak-anak.
Nabi Muhammad SAW sejak kecil diasuh oleh Abu Thalib sejak kakenya yakni Abdul Muthalib meninggal. Maka dari itu untuk membalas kebaikan dan jasa pamannya yakni Abu Thalib, maka Ali diasuh dan dididik oleh Nabi Muhammad SAW.
Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah dalam kurun waktu 656-661 Masehi. Terpilihnya Ali menjadi khalifah berdasarkan hasil suara terbanyak dari dukungan sahabat senior dan para pemberontak yang ditaklukan Ali pada masa khalifah. Terpilihnya Ali Menjadi Khalifah Utsman. Thalhah merupakan orang yang pertama kali membaiat Ali kemudian diikuti oleh Zubair dan banyak sahabat dari kaum Muhajirin dan kaum Anshar.
Masa Akhir
Nabi Muhammad telah menetapkan batas waktu masa kekhalifahan. Hal ini didukung dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa’i dan at-Tirmidzi. Dalam hadist tersebut Nabi Muhammad SAW menyebutkan bahwa setelah kematiannya akan ada perubahan dalam kekhalifahan menjadi kerajaan.
Masa kekhalifahan selama rentang waktu 30 tahun dengan empat kepemimpinan, yakni Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin’ Affan dan Ali bin Abi Thalib. Setelah masa kekhalifahan Khulafaur Rasyidin dilanjutkan dengan kekhalifahan Bani Umayyah.
Berdasarkan catatan sejarah kemunculan kekhalifahan Bani Umayyah tidak lepas dari masa kemunduran Khulafaur Rasyidin. Kemunduran kekhalifahan Khulafaur Rasyidin terjadi pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Setelah Ali meninggal maka kekhalifahan digantikan oleh putranya yang bernama Hasan bin Ali bin Abi Thalib.
Namun tidak lama setelah itu pada tahun 661 Masehi Hasan memutuskan mengundurkan diri dari kekhalifahan. Hal ini mengakibatkan masa kepemimpinan sempat diambil alih oleh Muawiyah. Tidak lama setelah itu muncul kekhalifahan Bani Umayyah, pada masa ini Ibu Kota kerajaan pindah dari Madinah ke Damaskus di wilayah Syam.