Pendidikan Agama

3 Kisah Teladan Kiai Ahmad Dahlan

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

KH. Ahmad Dahlan merupakan salah seorang ulama termahsyur di nusantara. Melalui organisasi Muhammadiyah yang didirikan, beliau menyebarkan pengaruh Islam di Indonesia.

Beliau dengan istiqamah berusaha memurnikan ajaran Islam yang masih bercampur dengan ritual-ritual takhayul. Baginya, agama Islam haruslah sesuai dengan Al-Quran dan Hadist.

Kiai Dahlan lahir pada tahun 1869 di Kampung Kauman, Yogyakarta. Beliau memiliki nama kecil Muhammad Darwis. Ayahnya bernama KH. Abu Bakar bin Kiai Sulaiman, seorang khatib tetap di Masjid Agung.

Ibunya bernama Siti Aminah binti KH. Ibrahim. KH. Ahmad Dahlan merupakan anak ke empat dari tujuh bersaudara yang semua saudaranya adalah perempuan, kecuali adiknya yang paling bungsu.

Kiai Ahmad dahlan, yang merupakan pendiri Muhammadiyah memiliki hubungan yang dekat dengan Kiai Hasyim yang merupakan pendiri Nahdlatul Ulama.

Keduanya dipertemukan saat sama-sama menjadi santri Kiai Saleh Darat, seorang Ulama dari Semarang yang telah bertahun-tahun mendalami ilmu agama di Makkah.

Mereka berdua belajar selama dua tahun. Selama dua tahun itulah mereka tidur bersama, di kamar yang sama, dan belajar hal yang sama.

Hal yang dapat dipelajari dari seorang KH Ahmad Dahlan antara lain:

1. Rajin Bertanya

Sejak kecil, Kiai Ahmad Dahlan sudah mendapatkan pendidikan agama di rumahnya sendiri dari ayahnya. Berkat keuletannya dalam menimba ilmu agama, ia sudah lancar membaca Al-Quran dan mengkhatamkannya di usia delapan tahun.

Ia mulai menunjukkan kecerdikan akalnya di usia kanak-kanak. Ia dikenal sebagai anak yang tidak malu dalam bertanya. Selain otaknya yang cemerlang ia dikenal memiliki pemahaman yang cepat terhadap sesuatu hal.

Dengan rajin bertanya, Dahlan kecil seakan haus akan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, biasakanlah untuk rajin bertanya sejak kecil. Sebab hal itu dapat memupuk rasa ingin tahu yang tinggi. Hal itulah yang menjadi salah satu pintu bagi masuknya pengetahuan baru.

2. Belajar pada Banyak Guru

Dalam perjalanan hidupnya, kiai Dahlan memiliki banyak guru. Ia tak berpuas diri belajar hanya dengan satu orang guru saja.

Ia pernah belajar ilmu fiqh kepada Kiai Muhammad Saleh, lalu belajar ilmu nahwu pada Kiai Haji Muhsin. Dengan belajar kepada banyak guru, hal itu akan membuat seseorang terbiasa dengan sebuah perbedaan.

Setiap guru tentunya memiliki metode berbeda dalam menyampaikan pelajaran. Masa muda Kiai Dahlan dikorbankan untuk terus belajar, belajar, dan terus belajar.

Hal itulah yang di kemudian hari membuat nama Kiai Dahlan terkenal hingga saat ini. Dengan warisannya yang berharga, yakni Muhammadiyah , namanya tidak akan pernah tergerus zaman.

3. Menyukai Olah Raga

Sepak bola merupakan permainan favorit Darwis, yang merupakan nama kecil Kiai Dahlan. Dari bermain bola, Darwis kecil belajar mengenai kepemimpinan yang nantinya sangat berguna ketika menjadi pendiri sekaligus pemimpin organisasi Muhammadiyah.

Ada sebuah ungkapan yang sudah tidak langka terdengar di telinga, di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat. Darwis kecil selalu mengamalkan hal tersebut.

Di sela waktunya belajar ia tidak lupa untuk terus melatih tubuhnya berolahraga, salah satunya dengan sepak bola.