Daftar isi
Gus Mus merupakan panggilan akrab dari Kiai Mustofa Bisri. Ia lahir di Rembang pada tanggal 10 Agustus 1944. Gus Mus merupakan Kiai yang multitalenta.
Karena selain dikenal sebagai seorang kiai, ia juga dikenal sebagai novelis, penyair, pelukis, dan budayawan. Ia juga menjadi pengasuh di Pesantren Raudlatut Thalibin serta digadang akan menggantikan Kiai Sahal untuk menjadi Rais ‘Aam NU.
Gus Mus memiliki garis keturunan yang istimewa. Kakeknya merupakan seorang ulama besar dan ayahnya juga seorang kiai termahsyur yang mendirikan pesantren Raudlatut Thalibin pada tahun 1941.
Gus Mus mengawali pendidikannya dari ayahnya sendiri. Ia dididik keras dalam hal prinsip agama. Belum tamat tsanawiyah, Gus Mus menimba ilmu ke Pesantren Lirboyo selama dua tahun. Kemudian berpindah ke Yogyakarta tepatnya di Pesantren Al Munawwir Krapyak di bawah asuhan Kaiai Ali Maksum. Gus Mus berada di Yogyakarta selama tiga tahun.
Setelah mengenyam pendidikan pesantren, Gus Mus tidak lantas puas diri. Ia dikirim ayahnya untuk belajar ke Al-Azhar pada tahun 1964. Di sana ia mengambil jurusan Study Islam dan Bahasa Arab.
Pada tahun 1970 Gus Mus berhasil menyelesaikan pendidikannya di Universitas Al-Azhar. Setelah itu ia langsung pulang ke Indonesia. Kemudian ia dinikahkan dengan Siti Fatimah yang merupakan temannya di masa kecil.
Dari pernikahannya dengan Nyai Siti Fatimah, Gus Mus dikaruniai tujuh orang anak. Enam diantaranya adalah perempuan dan satu laki-laki. Apa saja inspirasi hidup yang dapat dipetik dari perjalanan Gus Mus?
Bakat melukis Gus Mus terasah sejak ia berusia muda, tepatnya saat menjadi santri di Pesantren Al Munawwir, Krapyak. Sebagai kota budaya, bakatnya sangat dibantu oleh tempat keberadaannya.
Ia sering anjangsana ke rumah pelukis terkenal di Yogyakarta. Ia juga sering menyaksikan langsung bagaimana Affandi melukis. Dari sanalah, gejolak untuk melukis sesuatu muncul dalam diri Gus Mus.
Sebagai bukti bahwa Gus Mus merupakan pelukis yang handal adalah, ia pernah mengadakan pameran lukisan pada tahun 1998. Dalam pameran tersebut ia memamerkan 99 lukisan amplop, 10 lukisan bebas, dan 15 kaligrafi.
Berbeda dengan bakat menulisnya. Gus Mus mulai mahir menulis puisi semenjak berada di Kairo, Mesir. Gus Dur yang merupakan salah satu redaktur memintanya untuk menulis puisi mengisi halaman majalah yang masih kosong.
Selain itu Gus Mus juga memiliki bakat sebagai seorang penyair. Sebagai penyair, Gus Mus telah menulis ratusan sajak yang terhimpun dalam lima buah karya kumpulan puisi.
Hobi unik yang dimiliki Gus Mus selain bersastra adalah memasak. Hal ini diketahui dari salah seorang rekan kuliahnya dahulu yaitu Gus Dur. Ia paling senang mencicipi masakan buatan Gus Mus.
Begitu pula anak dari Gus Mus sendiri menuturkan bahwa Gus Mus masih sering memasak sendiri di dapur selama melakukan aktivitas di rumah.
Dari situlah terlihat bahwa Gus Mus merupakan santri tulen. Meski sudah menjadi tokoh nasional dan kiai kondang, tidak menghalangi Gus Mus untuk melakukan hobinya yaitu memasak.
Tampaknya memang benar jika sepak bola dijuluki sebagai olahraga yang paling digemari orang sejagad raya. Begitu juga Gus Mus. Hanya saja ia tidak seperti Gus Dur yang mendalami sepak bola hingga menulis di kolom olahraga.
Selain itu Gus Mus juga punya kegemaran bermain bulu tangkis. Hobi tersebut sudah berjalan semenjak Gus Mus berada di Lirboyo, Kediri. Sampai akhirnya berlanjut hingga ke Yogyakarta. Namun sayangnya di pesantren hobi tersebut belum terfasilitasi oleh event-event besar.
Selain bukunya yang meliputi kumpulan cerpen dan puisi, ia juga memiliki buku-buku keagamaan. Buku tersebut merupakan hasil karyanya sendiri sebagai langkah nyata dalam berdakwah lewat tulisan.
Karya-karya tersebut menunjukkan bahwa ia bukanlah kiai sembarangan. Ia adalah kiai yang bisa melakukan apa saja. Melukis, menulis puisi, menghasilkan karya, dan juga berdakwah ia bisa melakukannya.
Banyak diantara beberapa kiai yang memiliki motivasi untuk bergabung dalam ranah politik dibandingkan fokus memikirkan umat. Namun hal tersebut tidak berlaku bagi seorang Gus Mus.
Di beberapa kejadian ia bisa dikatakan sebagai kiai yang tidak memiliki ambisi. Misalkan saja pada pemilu legislatif tahun 2004, ia memilih mengundurkan diri sebelum pemilihan digelar. Tentu saja hal tersebut susah untuk dinalar pada orang-orang yang haus akan kekuasaan.
Satu rahasia yang tidak banyak diketahui oleh orang-orang. Ternyata, di masa mudanya, Gus Mus adalah seseorang yang sangat menyukai silat dan hal-hal yang berbau ilmu hikmah serta kanuragan.
Sebelum menjadi santri di Krapyak, Gus Mus dan Kiai Cholil terlebih dahulu belajar di Pesantren Lirboyo. Pada saat itu Lirboyo terkenal sebagai pesantren dengan segudang ilmu kanuragan. Sehingga kedua kakak beradik itu termotivasi untuk memiliki ilmu kanuragan.