Kondisi cuaca di setiap wilayah di berbagai negara memiliki kondisi yang berbeda. Perbedaan cuaca dan kisaran suhu yang ada di wilayah tertentu membuat para geolog membedakannya dengan membuat klasifikasi cuaca yang diteliti dalam jangka waktu 30 tahun. Pengamatan cuaca yang berubah ni disebut iklim.
Iklim adalah pola cuaca jangka panjang di suatu wilayah tertentu secara luas. Cuaca yang dapat berubah dari jam ke jam, hari ke hari, bulan ke bulan atau bahkan tahun ke tahun inilah yang disebut dengan pola cuaca.
Iklim diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu iklim matahari, iklim Oldeman, Koppen, Schmidt-Ferguson, dan iklim Junghuhn.
Klasifikasi Iklim
Para ahli geolog membagi iklim sesuai dengan apa yang telah mereka temukan dalam penelitian mereka. Klasifikasi iklim matahari merupakan iklim yang pembagiannya dilihat dari garis lintang bumi dan sinar matahari yang diterima oleh wilayah tersebut.
Sedangkan, iklim Oldeman merupakan iklim yang terbagi atas kriteria pada jumlah bulan kering atau basah berturut-turut. Klasifikasi iklim Oldeman ini berfokus pada jumlah kebutuhan air oleh tanaman pangan atau pertanian di Indonesia, terutama padi.
Iklim Schmidt-Ferguson ialah iklim yang dibagi berdasarkan atas siklus curah hujan, di mana akan di dapatkan jumlah rata-rata bulan kering dan jumlah rata-rata bulan basah, sehingga penggunaan istilah pada iklim Schmidt-Ferguson yaitu iklim basah dan kering.
Kemudian iklim Koppen merupakan iklim yang terbagi atas pengamatan Wladimir Koppen berdasarkan atas temperatur dan curah hujan. Klasifikasi iklim menurut Koppen ini menjadi klasifikasi iklim yang paling banyak digunakan.
Namun, dalam artikel kali ini hanya akan membahas satu iklim yang diklasifikasikan oleh Franz Wihelm Junghuhn.
Apa itu Iklim Junghuhn?
Iklim Junghuhn adalah istilah yang digunakan untuk salah satu pembagian iklim yang diteliti oleh Franz Wihelm Junghuhn. Jughuhn adalah seoarang gelog, botanikus sekaligus doktor berkebangsaan Jerman kemudian Belanda.
Junghuhn ditugaskan sebagai inspektur penyelidikan alam di pulau Jawa untuk perkembangan perkebunan cinchona yang pada akhirnya tanggal 24 April 1864, Indonesia menjadi tempat berakhirnya jasa yang ia lakukan tepatnya di Lembang, Jawa Barat.
Selain ditugaskan untuk proyek perkebunan cinchona di Pulau Jawa, Junghuhn mengadakan penelitian di Sumatera Selatan dan Dataran Tinggi Bandung untuk mengamati iklim berdasarkan ketinggian tempat.
Maka dari itu, Junghuhn menjadi seorang geolog yang mengklasifikasikan iklim berdasarkan ketinggian suatu tempat dan tanaman budidaya atau tanaman yang dapat tumbuh secara optimal sesuai dengan suhu yang menjadi habitatnya.
Dengan melihat kondisi wilayah berdasarkan ketinggian dan tanaman budidaya, Junghuhn membagi perbedaan iklim menjadi empat zona iklim yakni iklim panas, iklim sedang, iklim sejuk dan iklim dingin.
Ingin tahu lebih jelasnya klasifikasi iklim Junghuhn? Simak dan baca terus hingga akhir ya!
- Zona Iklim Panas
Junghuhn menyatakan suatu wilayah memiliki iklim panas ialah wilayah yang berada pada ketinggian 0 hingga 600 meter di atas permukaan laut. Umumnya, wilayah pada ketinggian ini memiliki suhu berkisar antara 22 °C – 26 °C.
Zona iklim panas merupakan iklim dengan kondisi cuaca paling panas sehingga tanaman-tanaman yang hidup pada iklim ini tidak cocok untuk tanaman yang memerlukan kelembapan tinggi.
Dengan kondisi cuaca dan suhu yang seperti ini, beberapa contoh tanaman yang dapat tumbuh dan dibudidayakan dengan baik antara lain kelapa, karet, tebu, padi, jagung, tembakau dan cokelat. Tanaman-tanaman ini banyak ditemukan di wilayah pulau Sumatera, sesuai dengan lokasi penelitian yang dilakukan oleh Junghuhn.
- Zona Iklim Sedang
Kelompok kedua dari zona pembagian iklim menurut Junghuhn adalah zona iklim sedang. Dimana zona iklim sedang merupakan wilayah dengan iklim yang berada pada ketinggian antara 600 meter hingga 1500 meter di atas permukaan air laut. Di wilayah ini suhu udara berkisar antara 17 derajat Celcius hingga 22 derajat Celcius.
Suhu yang lebih rendah dari sebelumnya ini, menjadikan iklim sedang lebih dingin. Tanaman-tanaman yang tumbuh subur di wilayah iklim sedang ini yaitu teh, padi, tembakau, cokelat, kina, stroberi dan beberapa sayur-mayur seperti kol, sawi, selada dan lainnya. Beberapa tanaman yang hidup di zona klim sedang ini juga tumbuh subur di iklim panas, namun memiliki tingkat pertumbuhan yang berbeda.
- Zona Iklim Sejuk
Sesuai dengan istilahnya, tempat dan wilayah yang berada ada ketinggian antara 1500 meter hingga 2500 meter di atas permukaan air laut, sehingga termasuk ke dalam iklim sejuk dalam klasifikasi iklim yang ditentukan oleh Junghuhn.
Zona iklim sejuk ini berada pada dataran tinggi. Zona iklim sejuk ini memiliki rata-rata suhu udara yang bisa kamu rasakan sekitar 11 derajat Celcius hingga 17 derajat Celcius. Kisaran suhu ini tentu lebih dengin dari kedua iklim sebelumnya sehingga tanaman yang hidup di zona iklim sejuk hanya tanaman tertentu seperti sayur-sayuran, teh, kopi, dan dijadikan sebagai hutan tanaman industri.
Tanaman di zona iklim sejuk daerah tertentu, mayoritas sama dengan tanaman yang ada di semua dataran tinggi dengan iklim yang sejuk ini.
- Zona Iklim Dingin
Klasifikasi iklim Junghuhn yang keempat dan terakhir adalah wilayah pada ketinggian yang paling tinggi dari dataran lainnya. Pada ketinggian 2500 meter di atas permukaan laut, wilayah ini termasuk ke dalam zona iklim dingin.
Pada wilayah ini, suhu yang akan Anda rasakan rata-rata bisa mencapai antara 6 derajat Celcius hingga 11 derajat Celcius. Karena suhu yang terlampau dingin, Junghuhn mengatakan tidak ada jenis tanaman budidaya yang mampu hidup di zona iklim dingin, dan hanya ada tumbuhan tertentu yang dapat bertahan hidup dalam kondisi lingkungan yang sedingin ini seperti lumut dan paku.
Nah, inilah klasifikasi iklim oleh Junghuhn yang harus Anda ketahui dan pahami perbedaannya. Perlu Anda ingat, Junghuhn membagi zona iklim menjadi empat bagian dengan melihat ketinggian dari suatu wilayah dan tanaman yang tumbuh di wilayah tersebut.