Kritik Sastra Novel Laut Bercerita

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Laut bercerita merupakan sebuah novel garapan Leila Salikha Chudori yang diterbitkan oleh KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) pada tahun 2017 silam. Novel setebal 394 halaman ini  mengangkat tema tentang persahabatan, kisah cinta, kekeluargaan, hingga rasa kehilangan yang mampu menyihir pembacanya untuk kembali menyusuri ruang masa lalu dimana latar waktu cerita dalam novel ini berlangsung.

Novel Laut Bercerita ini akan membawa memori pembaca ke dalam masa-masa reformasi yang penuh kepahitan. Meskipun bergenre historical ficition atau fiksi sejarah, namun penulis mengembangkan cerita dalam novel berdasarkan fakta yang ada. Ia bahkan melalukan serangkaian riset wawancara dan penyelidikan mendalam terhadap korban, keluarga korban, dan juga tokoh-tokoh serta tempat terjadinya peristiwa nahas di masa lalu itu. Tak heran, penulis membutuhkan waktu 5 tahun untuk bisa menyelesaikan novel ini. Hal itu juga yang membuat cerita dalam novel ini menjadi sangat hidup ketika dibaca.

Novel Laut Bercerita sendiri mengisahkan tentang kekerasan dan hilangnya para aktivis mahasiswa di masa Orde Baru. Novel ini disusun menjadi dua bagian dengan setting waktu yang jauh berbeda. Bagian pertama cerita dalam novel ini mengisahkan dari sudut pandang tokoh yang bernama Biru Laut dan kawan-kawan aktivisnya. Sedangkan pada bagian kedua, sudut pandang yang digunakan adalah dari sisi Asmara Jati yang merupakan adik dari Biru Laut.

Bagian Pertama

Biru Laut merupakan seorang mahasiswa Sastra Inggris di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, yang sangat menyukai dunia sastra. Laut, nama panggilannya, sangat menyukai karya sastrawan Indonesia yang bernama Pramoedya Ananta Toer yang saat itu karya-karyanya dilarang untuk terbit. Laut pun diam-diam menfotokopi buku-buku Pramoedya di suatu tempat fotokopi terlarang. Disanalah ia bertemu dengan Kinan, seorang mahasiswa FISIP, yang kemudian memperkenalkannya pada organisasi Wirasena dan Winatra.

Bergabung di organisasi Winatra membuat Laut semakin giat melakukan aktivitas diskusi buku dan kondisi politik negeri ini dengan rekan-rekan organisasinya. Selain aktif berdiskusi, Laut juga gemar menulis. Berbagai gagasannya ia tulis dan ia kirimkan ke media cetak.

Pada suatu ketika, Laut dan rekan-rekannya melakukan aksi protes yang disebut dengan Aksi Tanam Jagung Blangguan untuk membela rakyat yang haknya diambil paksa. Setelah selesai melakukan aksi, Laut dan rekan-rekannya kembali ke terminal. Saat tengah menunggu bis, tiba-tiba datang sekelompok orang yang berusaha menangkap mereka.

Laut, Alex, dan Bram yang berhasil tertangkap kemudian dibawa ke sebuah tempat yang nampak semacam markas tentara. Disana, ketiganya diinterogasi dan bahkan mendapat siksaan fisik demi mendapat jawaban atas pertanyaan siapa dalam dari aksi protes yang mereka lakukan. Setelah lewat dua hari satu malam, ketiganya kemudian dikembalikan ke terminal Bungurasih, Surabaya.

Singkat cerita, sejak organisasi Winatra dan Wirasena dilarang dengan sebab dianggap membahayakan pemerintah, Alex dan rekan-rekannya menjadi buron. Satu-persatu rekan Laut menghilang secara tiba-tiba dan demikian juga dengan Laut.

Selain kisah terkait aktivitas organisasinya, di bagian pertama novel ini juga menceritakan mengenai kisah antara Laut dengan keluarganya dan bagaimana kehidupan mereka dan orang-orang terdekat mereka berubah sejak menghilangnya Laut dan teman-temannya.

Bagian Kedua

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa bagian kedua dari novel Laut Bercerita mengambil sudut pandang Asmara yang merupakan adik dari tokoh Laut. Asmara dan Laut adalah dua kakak beradik yang memiliki visi dan minat berlainan. Laut sangat menggemari sastra sementara Asmara berminat pada bidang sains.

Latar bagian kedua kisah dalam novel ini mengambil latar waktu di tahun 2000 atau tepat dua tahun setelah menghilangnya Laut dan ketigabelas rekannya. Asmara dan kawan-kawannya serta dibantu oleh keluarga rekan-rekan Laut yang juga menghilang membentuk lembaga untuk menekan pemerintah agak menuntaskan kasus hilangnya para aktivis tersebut.

Hingga suatu hari, ada informasi mengenai ditemukannya tulang belulang manusia di Kepulauan Seribu, sebagian dikubur dan sebagian lainnya dengan dianalisis forensik. Tulang belulang siapakah itu? Dan siapa pelaku dan dalam dibalik semua kasus itu?

Penokohan

Tokoh-tokoh yang digambarkan dalam novel Laut Bercerita ini memang tampak sangat nyata. Hal ini sangat mungkin mengingat Lela S Chudori memang terinspirasi dari kasus penculikan dan penghilangan sejumlah aktivis di tahun 1998 silam. Bahkan sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa penulis juga melakukan serangkaian riset dan wawancara kepada korban yang pernah di culik kala itu.

Sebut saja tokoh bernama Mas Gala yang akan mengingatkan pembaca kepada sosok Wiji Thukul, seorang penyair dan pegiat Hak Asasi Manusia, yang hilang pada tahun 1998 silam. Demikian juga tokoh-tokoh lainnya yang digambarkan sebagaimana mahasiswa pada umumnya. Laut dan kekasihnya Anjani atau Alex dan Sunu yang merupakan teman seperjuangan Laut semenjak awal mereka kuliah. Kemudian ada juga sosok Bima yang merupakan pemimpin dari tiap gerakan aksi yang mereka lakukan.

Kelebihan Novel

Kelebihan novel Laut Bercerita adalah pada keberaniannya mengangkat tema yang sebenarnya cukup sensitif, yakni mengenai pelanggaran hak dan kemanusiaan yang pernah terjadi di era Orde Baru lalu. Meski bergenre fiksi sejarah, nyatanya novel yang ditulis dengan riset yang matang ini justru berhasil menvisualisasikan karakter dan suasana yang sedemikian hidup dan tampak nyata.

Selain itu, alur novel ini yang mengundang teka-teki dan tanda tanya tentu mengusik rasa penasaran dan menjadi sangat menarik untuk diikuti lembar demi lembarnya. Terlebih lagi pemilihan kata dan penggunaan bahasa yang bisa dikatakan mudah dipahami membuat novel ini semakin enak untuk dibaca.

Dan yang utama adalah nilai moral yang secara tersirat dihadirkan dalam karya sastra ini, yakni tentang rasa kemanusiaan serta perjuangan untuk menegakkan keadilan dan hak asasi manusia tentunya menjadi ruh tersendiri bagi novel ini secara keseluruhan.

Kekurangan Novel

Diantara kekurangan novel ini adalah penggunaan alur campuran atau alur maju mundur yang bisa menimbulkan kebingungan bagi pembaca. Sehingga, untuk bisa memahami isi dan jalan cerita dalam novel ini dengan baik diperlukan fokus yang pemahaman seksama sehingga jalan cerita dalam novel bisa dipahami dengan baik.

fbWhatsappTwitterLinkedIn