Leukosit : Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Leukosit, atau yang lebih dikenal sebagai sel darah putih, adalah komponen penting dari sistem kekebalan tubuh manusia. Secara etimologis, “leukosit” berasal dari bahasa Yunani, yaitu “leuko” yang berarti putih, dan “cyte” yang berarti sel.

Oleh karena itu, leukosit secara harfiah dapat diartikan sebagai sel darah yang berwarna putih. Meskipun mereka hanya menyusun sebagian kecil dari total volume darah, fungsi leukosit dalam menjaga kesehatan tubuh sangat besar.

Jenis Leukosit

Leukosit terbentuk dalam sumsum tulang, yang kemudian dilepaskan ke dalam darah untuk beredar di seluruh tubuh. Ada beberapa jenis leukosit yang memiliki peran dan fungsi khusus dalam respons kekebalan tubuh terhadap infeksi dan penyakit. Jenis leukosit yang paling umum melibatkan granulosit dan agranulosit.

Sel darah putih, yang juga dikenal sebagai leukosit, merupakan elemen penting dalam sistem kekebalan tubuh manusia. Kehadirannya mendukung fungsi pertahanan tubuh terhadap benda asing, bakteri, virus, dan kuman berbahaya. Leukosit dibagi menjadi beberapa jenis, masing-masing dengan peran uniknya dalam menjaga kesehatan dan kekebalan tubuh.

1. Leukosit Netrofil

Leukosit Neutrofil merupakan salah satu jenis sel darah putih, berperan dalam mendeteksi dan merespons zat atau benda asing yang memasuki tubuh. Mekanisme ini memungkinkan mereka untuk segera mengidentifikasi potensi bahaya dan mengaktifkan respons pertahanan.

Selain itu, leukosit Neutrofil juga dikenal sebagai “pejuang umum” dalam respons imun, Neutrofil memiliki karakteristik inti segmen yang terbagi, memberikan tampilan yang khas di bawah mikroskop. Fungsinya terletak pada kemampuannya mendeteksi dan merespons zat.

Atau benda asing yang memasuki tubuh, seperti bakteri, virus, dan partikel asing lainnya. Respons ini cepat dan efektif, memungkinkan Neutrofil untuk segera bergerak menuju sumber infeksi atau peradangan.

Ketika Neutrofil mencapai lokasi yang terinfeksi, mereka menggunakan berbagai mekanisme untuk menghancurkan dan menghilangkan agen patogen. Salah satu cara utama adalah dengan fagositosis, di mana Neutrofil menyerap dan mencerna bakteri atau partikel lainnya.

Selain itu, Neutrofil juga menghasilkan senyawa-senyawa mikrobisida, seperti enzim dan radikal bebas, yang membantu membunuh agen patogen. Respons cepat dan kemampuan untuk bergerak secara aktif menjadikan Neutrofil sebagai garda terdepan dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi.

Meskipun Neutrofil memiliki peran kritis dalam respons imun awal, mereka memiliki umur hidup yang terbatas dan dapat mati setelah menyelesaikan tugasnya. Proses pembentukan dan pelepasan Neutrofil baru dari sumsum tulang merupakan bagian penting dari regenerasi dan pemeliharaan tingkat yang konstan dari sel ini dalam darah.

Leukosit Neutrofil, dengan kemampuan respons cepat dan keragamannya dalam mengatasi berbagai patogen, membuktikan signifikansinya dalam menjaga kesehatan tubuh manusia. Pemahaman mendalam tentang peran mereka memberikan wawasan yang berharga dalam pemeliharaan dan perbaikan sistem kekebalan tubuh kita.

2. Leukosit Monosit

Leukosit Monosit, di sisi lain, memiliki fungsi lebih lanjut dalam melawan bakteri, virus, dan kuman berbahaya. Mereka bertugas secara langsung terlibat dalam proses perang melawan agen patogen ini, membantu meningkatkan daya tahan tubuh secara keseluruhan.

Leukosit Monosit, atau yang sering disebut sebagai “makrofag dalam darah,” merupakan salah satu jenis sel darah putih yang memiliki peran penting dalam sistem kekebalan tubuh manusia. Monosit memiliki bentuk yang lebih besar dibandingkan dengan jenis leukosit lainnya, dan intinya berbentuk renik atau bersisik.

Fungsi utama Monosit terletak pada kemampuannya untuk menyerap dan mencerna bakteri, virus, dan partikel asing lainnya. Mereka bertanggung jawab untuk berperang secara langsung melawan agen patogen yang dapat menyebabkan penyakit dan berkontribusi pada meningkatnya sistem kekebalan tubuh secara keseluruhan.

Ketika terjadi infeksi atau peradangan, Monosit bergerak menuju area tersebut dengan cepat melalui sirkulasi darah. Setelah mencapai tempat infeksi, Monosit berubah menjadi sel makrofag, yang memiliki kemampuan lebih besar untuk menelan dan mencerna agen patogen.

Selain berperang langsung melawan agen patogen, Monosit juga berperan dalam proses penyembuhan dan pemulihan. Mereka membantu membersihkan sisa-sisa sel mati, jaringan rusak, dan partikel lain yang dapat menghambat proses penyembuhan.

Seiring waktu, Monosit yang telah menjalankan tugasnya dapat bermigrasi ke berbagai bagian tubuh untuk memenuhi kebutuhan sistem kekebalan. Proses ini memastikan bahwa Monosit dapat berpartisipasi dalam melawan infeksi di berbagai lokasi dan berkontribusi pada kesehatan umum tubuh.

Penting untuk dicatat bahwa Monosit juga berperan dalam menyampaikan informasi terkait dengan infeksi atau peradangan kepada sel-sel kekebalan tubuh lainnya. Hal ini membantu dalam koordinasi respons kekebalan dan memastikan bahwa tubuh dapat merespons dengan efektif terhadap ancaman eksternal.

Leukosit Monosit, dengan kemampuannya yang serbaguna dan kontribusinya dalam pemulihan dan perlindungan tubuh dari infeksi, menjelaskan pentingnya peran mereka dalam sistem kekebalan tubuh yang kompleks dan dinamis. Pemahaman tentang fungsi Monosit menjadi kunci untuk mengapresiasi kerja sama sel-sel kekebalan tubuh dalam melindungi dan menjaga kesehatan kita.

3. Leukosit Basofil

Leukosit Basofil, jenis leukosit lainnya, juga berperan dalam respons kekebalan tubuh. Mereka terlibat dalam mengatur respon alergi dan peradangan, memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan dan kesehatan sistem kekebalan tubuh.

Leukosit Basofil, sebuah jenis sel darah putih, memegang peranan penting dalam respons imun dan perlindungan tubuh terhadap ancaman tertentu. Basofil memiliki peran khusus dalam mengatur respon alergi dan peradangan, yang merupakan bagian integral dari sistem kekebalan tubuh manusia.

Karakteristik utama dari Basofil adalah adanya granula granular di dalam sitoplasmanya, yang mengandung berbagai zat kimia, seperti histamin. Histamin adalah mediator kunci dalam merespons rangsangan alergen dan bertanggung jawab atas sejumlah reaksi alergi dan peradangan.

Fungsi utama Leukosit Basofil adalah merespons ketika tubuh terpapar substansi asing, termasuk alergen. Ketika ini terjadi, Basofil melepaskan histamin dan zat-zat biologis aktif lainnya ke dalam darah. Histamin, sebagai contoh, dapat menyebabkan pelebaran pembuluh darah, peningkatan permeabilitas pembuluh darah, dan kontraksi otot polos, yang semuanya merupakan respons alergi.

Selain itu, Leukosit Basofil juga dapat memberikan sinyal kepada sel-sel lain dalam sistem kekebalan tubuh untuk bergabung dalam respons melawan ancaman tertentu. Mereka berpartisipasi dalam mengatur perjalanan dan intensitas respons kekebalan, membantu tubuh untuk mengatasi infeksi atau ancaman lainnya.

Meskipun jumlah Leukosit Basofil dalam darah relatif kecil dibandingkan dengan jenis leukosit lainnya, peran mereka sangat penting dalam menjaga keseimbangan dan respon tubuh terhadap berbagai stimulus lingkungan. Respons Basofil yang cepat dan efektif dalam situasi tertentu membantu melindungi tubuh dari potensi bahaya dan menjaga kesehatan secara keseluruhan.

Pemahaman yang mendalam tentang Leukosit Basofil memainkan peran kunci dalam merinci kompleksitas sistem kekebalan tubuh dan memberikan wawasan yang

4. Leukosit Eusinofil

Leukosit Eosinofil, dengan fungsinya yang khas, bertanggung jawab dalam melawan parasit dan terlibat dalam respon alergi. Keberadaan mereka membantu melindungi tubuh dari ancaman eksternal yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan.


Leukosit Eosinofil, salah satu jenis sel darah putih yang memiliki peran spesifik dalam sistem kekebalan tubuh manusia. Eosinofil dikenal dengan peran khususnya dalam melawan parasit dan berkontribusi pada respons alergi. Sel ini memiliki inti yang tersegmentasi dan granula dalam sitoplasma yang mengandung zat-zat biokimia yang berperan dalam respons imun.

Fungsi utama Leukosit Eosinofil terfokus pada pertahanan tubuh terhadap parasit seperti cacing dan mikroorganisme lainnya. Mereka bekerja dengan cara menempel pada permukaan parasit dan melepaskan enzim serta zat kimia yang membantu menghancurkan atau melumpuhkan parasit tersebut.

Selain itu, Leukosit Eosinofil juga terlibat dalam respons alergi dan inflamasi. Saat tubuh terpapar alergen atau substansi yang menyebabkan reaksi alergi, jumlah Eosinofil dapat meningkat sebagai respons terhadap peristiwa ini. Mereka memainkan peran dalam mengatur peradangan dan meredakan efek negatif dari reaksi alergi.

Leukosit Eosinofil juga dikenal karena kemampuannya dalam merespons peradangan kronis dan kondisi medis tertentu, seperti asma. Kehadiran mereka dalam jumlah yang tidak normal dapat menjadi indikator adanya penyakit atau gangguan kesehatan tertentu.

Penting untuk dicatat bahwa fungsi Leukosit Eosinofil bukan hanya terbatas pada melawan parasit dan reaksi alergi. Mereka juga dapat berinteraksi dengan sel-sel lain dalam sistem kekebalan tubuh dan berpartisipasi dalam regulasi dan pemeliharaan keseimbangan sistem kekebalan secara keseluruhan.

Melalui pemahaman lebih lanjut tentang Leukosit Eosinofil, kita dapat menghargai kompleksitas sistem kekebalan tubuh dan bagaimana berbagai jenis sel darah putih bekerja sama untuk melindungi tubuh dari ancaman eksternal dan menjaga kesehatan secara menyeluruh.

5. Leukosit Limfosit

Terakhir, leukosit Limfosit, yang merupakan komponen utama sistem kekebalan tubuh, memiliki peran penting dalam pembentukan respons kekebalan jangka panjang. Mereka dapat mengenali dan “mengingat” agen patogen tertentu, membantu melindungi tubuh dari infeksi ulang.

Leukosit Limfosit, adalah salah satu jenis sel darah putih yang memegang peran sentral dalam sistem kekebalan tubuh manusia. Limfosit dikenal sebagai “pekerja intelektual” dalam respons imun, karena mereka memiliki kemampuan untuk mengenali dan “mengingat” patogen tertentu, memainkan peran kunci dalam respons kekebalan jangka panjang.

Terdiri dari dua subpopulasi utama, yaitu limfosit B dan limfosit T, Limfosit memiliki peran yang berbeda dalam menjaga kesehatan dan melindungi tubuh dari infeksi dan penyakit. Berikut adalah peran dan fungsi masing-masing subpopulasi Limfosit:

  • Limfosit B:
    • Limfosit B berperan dalam produksi antibodi, protein khusus yang dapat mengidentifikasi dan menetralkan patogen seperti bakteri dan virus.
    • Setelah terpapar oleh patogen tertentu, Limfosit B dapat “mengingat” patogen tersebut dan merespons dengan lebih cepat pada paparan berikutnya.
    • Antibodi yang dihasilkan oleh Limfosit B membantu melibatkan sistem kekebalan humoral, yang melibatkan cairan tubuh seperti darah dan getah bening.
  • Limfosit T:
    • Limfosit T terlibat dalam merespons patogen dan sel abnormal, seperti sel kanker.
    • Ada dua jenis utama Limfosit T, yaitu Limfosit T Pembantu (Helper) dan Limfosit T Sitotoksik.
    • Limfosit T Pembantu berkoordinasi respons imun dan membantu aktivasi Limfosit B dan Limfosit T Sitotoksik.
    • Limfosit T Sitotoksik memiliki kemampuan untuk membunuh sel-sel yang terinfeksi oleh virus atau sel kanker.

Selain itu, Limfosit juga memiliki peran dalam regulasi imunitas dan menjaga keseimbangan sistem kekebalan tubuh. Mereka dapat mendeteksi sel-sel yang telah terinfeksi atau bermutasi, dan bertindak untuk menghilangkan ancaman tersebut.

Penting untuk dicatat bahwa keberadaan Limfosit sangat penting untuk memberikan perlindungan yang efektif terhadap penyakit infeksi dan kondisi kesehatan lainnya. Pemahaman yang mendalam tentang peran dan fungsi Limfosit memberikan wawasan yang berharga dalam upaya kita untuk memahami kompleksitas sistem kekebalan tubuh manusia.

Fungsi Leukosit

Fungsi leukosit melibatkan beberapa mekanisme yang bekerja bersama untuk melindungi tubuh dari serangan patogen, yaitu :

  • Kemampuan fagositosis memungkinkan leukosit untuk menelan dan mencerna bakteri, virus, dan sel-sel mati.
  • Leukosit juga memainkan peran kunci dalam respons imun adaptif, di mana mereka mendeteksi dan menghancurkan patogen berdasarkan pengenalan spesifik terhadap antigen.
  • Dapat menghasilkan senyawa-senyawa seperti sitokin, yang berfungsi sebagai sinyal untuk merangsang respons kekebalan tubuh.

Leukosit juga terlibat dalam proses inflamasi, suatu respons yang penting untuk menyembuhkan jaringan yang terluka atau terinfeksi. Ketika terjadi cedera atau infeksi, leukosit bermigrasi ke daerah tersebut melalui aliran darah dan menempel pada dinding pembuluh darah.

Proses ini memicu pelepasan zat kimia, termasuk histamin, yang menyebabkan pembuluh darah melebar dan meningkatkan permeabilitasnya. Ini menciptakan lingkungan yang lebih mudah diakses oleh leukosit untuk menuju ke tempat yang memerlukan perhatian lebih.

Dalam beberapa kondisi medis, perubahan dalam jumlah atau fungsi leukosit dapat mengindikasikan masalah kesehatan. Leukopenia, misalnya, adalah kondisi di mana jumlah leukosit dalam darah lebih rendah dari normal, meningkatkan risiko infeksi.

Di sisi lain, leukositosis terjadi ketika jumlah leukosit melebihi batas normal dan dapat terjadi sebagai respons terhadap infeksi, radang, atau kondisi medis lainnya. Selain itu, kelainan dalam fungsi leukosit dapat terjadi dalam penyakit autoimun di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehatnya sendiri.

Contohnya termasuk arthritis reumatoid, lupus, dan penyakit Crohn. Pemahaman mendalam tentang leukosit dan peran mereka dalam menjaga kesehatan tubuh menjadi kunci untuk mendeteksi dan mengelola berbagai kondisi medis.

Fungsi lainnya dari leukosit adalah:

  • Pertahanan Terhadap Infeksi

Leukosit berperan sebagai benteng pertahanan utama tubuh terhadap infeksi bakteri, virus, jamur, dan parasit. Mekanisme pertahanan ini melibatkan kemampuan leukosit untuk mendeteksi, menyerang, dan menghancurkan patogen yang masuk ke dalam tubuh.

  • Fagositosis

Sebagian besar leukosit memiliki kemampuan fagositosis, yaitu menelan dan mencerna mikroorganisme atau partikel yang dianggap asing atau merugikan bagi tubuh. Leukosit, terutama neutrofil dan monosit, menghancurkan patogen dengan mengeluarkan enzim pencernaan dan membentuk gelembung fagolisis.

  • Respons Imun Adaptif

Leukosit, khususnya limfosit (sel T dan sel B), berperan penting dalam respons kekebalan tubuh adaptif. Sel T membantu menghancurkan sel yang terinfeksi atau sel kanker, sementara sel B memproduksi antibodi yang mengenali dan mengikat patogen, membantu penghancurannya.

  • Produksi Antibodi

Sel B dalam kelompok leukosit bertanggung jawab untuk memproduksi antibodi, protein khusus yang dapat mengikat dan menetralkan patogen. Antibodi juga dapat merangsang respons fagositosis dan melibatkan sel-sel T untuk memperkuat respons kekebalan tubuh.

  • Regulasi Inflamasi

Leukosit memainkan peran penting dalam proses inflamasi. Ketika terjadi cedera atau infeksi, leukosit bermigrasi ke daerah yang terkena melalui peredaran darah dan melepaskan zat-zat kimia seperti histamin. Ini menciptakan respons inflamasi yang membantu memperbaiki jaringan yang rusak dan melawan infeksi.

  • Pembersihan Debris dan Sel Mati

Monosit, sejenis leukosit, memiliki peran sebagai fagosit besar dan membantu membersihkan sisa-sisa sel mati, sel terinfeksi, dan debris dari tempat-tempat yang mengalami kerusakan atau inflamasi.

  • Pertahanan Terhadap Kanker

Leukosit, terutama sel T dalam kelompok limfosit, berperan dalam mendeteksi dan menghancurkan sel kanker. Mereka dapat mengenali sel yang mengalami mutasi dan membantu menghancurkannya sebelum dapat menyebabkan penyakit kanker.

  • Pertahanan Terhadap Alergi dan Reaksi Autoimun

Beberapa jenis leukosit, seperti eosinofil dan sel T, terlibat dalam respons terhadap alergi dan mencegah reaksi autoimun. Eosinofil berperan dalam melawan parasit dan meredakan reaksi alergi, sementara sel T membantu mengidentifikasi dan mengatur respons sistem kekebalan tubuh terhadap sel-sel tubuh sendiri.

  • Pengaturan Respons Imun

Leukosit membantu mengatur dan memoderasi respons imun tubuh. Mereka dapat memproduksi sitokin, yang merupakan zat kimia pengatur yang berperan dalam koordinasi respons imun dan interaksi antar sel kekebalan tubuh.

  • Pertahanan Terhadap Infeksi Kronis

Sel T memainkan peran kunci dalam pertahanan terhadap infeksi kronis, seperti infeksi virus tertentu yang dapat bertahan dalam tubuh untuk jangka waktu yang lama. Sel T membantu mengidentifikasi dan menghancurkan sel yang terinfeksi virus.

Dalam kesimpulannya, leukosit adalah pilar utama sistem kekebalan tubuh manusia. Jenis dan fungsi leukosit yang beragam menciptakan jaringan pertahanan yang kompleks dan efisien terhadap ancaman kesehatan.

Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang leukosit, kita dapat menghargai kompleksitas respons kekebalan tubuh dan mengidentifikasi peran pentingnya dalam menjaga kesehatan dan melawan penyakit.

fbWhatsappTwitterLinkedIn