Daftar isi
Dalam ilmu sosiologi yang memelajari kehidupan manusia yang berinteraksi satu sama lain dan tentang segala perilaku sosial, kita juga perlu mengenal istilah adjustment dan maladjustment. Berasal dari kata bahasa Inggris, adjustment sendiri pada sosiologi merupakan kemampuan individu atau kelompok dalam menyesuaikan diri di lingkungan sosial atau masyarakat, baik itu dalam menempatkan diri pada situasi atau kondisi tertentu maupun cara bereaksi, berinteraksi dan penerapan nilai-nilai moral sehari-hari.
Sementara itu, ada pula istilah maladjustment yang merupakan kebalikan dari adjustment yang secara umum memiliki definisi sebagai ketidakmampuan individu atau kelompok dalam menyesuaikan diri di lingkungan sosial atau masyarakat. Penyesuaian diri juga mencakup bagaimana reaksi individu atau kelompok terhadap keadaan positif maupun negatif (seperti kekacauan dan konflik).
Pengertian Maladjustment Menurut Para Ahli
Maladjustment adalah sebuah kondisi ketika seseorang atau sebuah kelompok tidak mampu menyesuaikan diri di lingkungan baru atau terhadap perubahan yang ada di sekitar di dalam kehidupan sosialnya entah lingkungan atau perubahan yang positif maupun negatif. Dan menurut para pakar atau ahli, maladjustment sendiri adalah sebagai berikut :
1. Sigmund Freud
Menurut Sigmund Freud, maladjustment berkaitan dengan pembentukan kepribadian individu yang terdiri dari tiga komponen (id, ego dan superego). Id menurut teori Sigmund Freud adalah bagian dari ketidaksadaran yang ada dalam diri manusia sehingga disebut sebagai komponen kepribadian naluriah dan cenderung primitif.
Artinya, kepribadian seseorang yang terbentuk secara biologis termasuk sebagai id dan ditandai dengan respon orang tersebut hanya kepada hal-hal yang memberi kesenangan. Berbeda dari id yang cenderung ada pada anak baru lahir, ego adalah hasil perkembangan dari id yang disebut dengan bagian dari kesadaran yang ada dalam diri manusia.
Komponen kepribadian satu ini berbeda dari id yang termasuk tidak masuk akal dan kacau, sebab ego merupakan pemikiran mengenai diri sendiri menurut akal masing-masing individu yang mengedepankan realita untuk memenuhi dorongan id dengan mempertimbangkan segala konsekuensinya.
Sementara itu, ada pula teori mengenai superego yang juga merupakan bagian ketidaksadaran dari diri individu dengan mengikuti suara hati nurani dan bukan memrioritaskan logika, akal atau cara-cara realistis seperti ego.
Bila ego sangat berfokus pada aturan-aturan yang ada di masyarakat, termasuk norma sosial dan etika dalam membuat keputusan, superego mengarah pada kode atau larangan yang dapat mengendalikan sisi impulsif dari id.
Keterkaitan antara id, ego dan superego tersebut dengan maladjustment menurut Sigmund Freud adalah bahwa ketiga komponen ini berada dalam kondisi tidak seimbang sehingga maladjusment terjadi. Karena adanya ketidakseimbangan tersebut, konflik akan terjadi dan sisi psikologis individu tidak lagi berfungsi dengan normal sebagai akibatnya.
2. Aaron Beck
Menurut Aaron Beck, terjadinya maladjustment pada individu atau suatu kelompok dalam perubahan di dalam masyarakat berkaitan dengan distorsi kognitif berulang. Distorsi kognitif atau ketidakakuratan cara berpikir bisa menjadi pembentuk maladjustment pada diri seseorang saat menghadapi hal-hal baru efek dari suatu perubahan sosial. Menurutnya, distorsi berulang ini membuat individu memiliki emosi dan pikiran yang selalu negatif.
3. Zainal Aqib
Maladjustment menurut Zainal Aqib yang tertulis dalam buku bertajuk Pedoman Model Pengembangan Diri untuk Pengembangan di Sekolah/Madrasah adalah ketika individu memiliki ketidakmampuan untuk proses penyesuaian diri di mana saja ia berada. Seseorang di kehidupan sosial seperti di pekerjaan maupun lingkungan lainnya yang tidak mampu menyesuaikan diri sudah tergolong sebagai maladjustment.
4. Eko Sujatmiko
Menurut Eko Sujatmiko, maladjustment adalah kondisi individu yang kesulitan berada di dalam suatu lingkungan yang berubah karena tidak mampu menyesuaikan diri. Perubahan akan selalu terjadi di dalam masyarakat dan Eko Sujatmiko mendefinisikan maladjustment sebagai ketidakmampuan individu dalam menghadapi dan bereaksi secara tepat pada hal-hal yang berubah yang dialaminya.
Faktor Penyebab Maladjustment
Maladjustment bisa terjadi pada siapa saja dengan faktor penyebab yang juga bermacam-macam, seperti :
1. Faktor Eksternal
Faktor eksternal dapat menjadi akar penyebab seseorang mengalami maladjustment, diantaranya :
- Norma dan hukum yang diberlakukan di wilayah tempat individu tinggal.
- Kelompok atau teman-teman sepergaulan yang berusia sama.
- Kondisi maupun situasi sekolah.
- Faktor keluarga.
- Prasangka sosial.
2. Faktor Internal
Maladjustment juga dapat terjadi karena adanya faktor internal atau dari dalam diri sendiri, diantaranya :
- Cara pandang seseorang terhadap dirinya sendiir
- Tipe kepribadian.
- Motif sosial.
- Nalar atau intelegensi.
- Perilaku dan sikap yang dapat mengarah positif maupun negatif.
- Persepsi tentang objek tertentu.
Ciri-ciri Maladjustment
Maladjustment bukan suatu hal baru di dalam masyarakat kita sebab di dalam kehidupan sehari-hari pasti akan ada sejumlah orang yang tidak mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan sosial. Untuk mengetahui apakah diri kita atau orang lain mengalami kondisi maladjustment, berikut adalah ciri-ciri yang perlu diketahui :
- Merasa kesulitan beradaptasi di sebuah lingkungan baru atau saat sebuah lingkungan mengalami perubahan, entah dari segi tempat, ruang, maupun individu atau kelompok lain.
- Merasa diri sendiri lebih baik dan unggul daripada pihak lain di mana sebenarnya hal ini menunjukkan bahwa dirinya penuh kecemasan atau bahkan mengalami stres dan depresi.
- Merasa takut ketika harus berada di lingkungan baru atau di lingkungan yang berubah, terutama saat harus melakukan interaksi dan menjalin hubungan dengan pihak lain; hal ini juga disebut dengan istilah distress subjektif.
- Memiliki perilaku menyimpang; dengan kata lain, terlalu sulit untuk menaati aturan dan norma yang berlaku di masyarakat dan justru memilih melanggarnya.
Contoh-contoh Maladjustment
Maladjusment seringkali terlihat di sekitar kita, atau bahkan diri kita sendiri pun berpotensi pernah mengalaminya. Berikut ini adalah sederet contoh-contoh nyata maladjustment di kehidupan masyarakat yang kita alami sendiri maupun kita jumpai.
- Para karyawan melakukan unjuk rasa untuk mengungkapkan rasa kecewa mereka terhadap kebijakan perusahaan yang tidak dapat mereka terima, termasuk kasus buruh pabrik yang tidak terima ketika pabrik memutus hubungan kerja dengan alasan hendak menggunakan mesin alih-alih sumber tenaga manusia.
- Ojek konvensional yang menolak keberadaan ojek online dan bahkan memusuhi karena merasa bahwa kesempatan dan pendapatan mereka berkurang karena masyarakat banyak memilih ojek online dalam berkendara.
- Pendidikan atau edukasi seks yang kurang atau bahkan tidak diberikan sama sekali kepada anak oleh orang tua menjadikan anak tumbuh dengan ketidaktahuan sehingga memiliki perilaku seksual yang menyimpang.
- Seorang anak merasa tidak nyaman saat berteman dengan anak-anak seusianya karena lingkungan pergaulannya dipenuhi anak-anak yang memiliki perbedaan perkembangan fisik darinya.
- Murid yang merasa tersisih karena teman-temannya menjauhi dan tidak menghargai dirinya disebabkan oleh prestasi akademik yang menurun atau rendah.
- Murid pindahan yang tidak memiliki teman dan memilih untuk menyendiri karena kesulitan beradaptasi di lingkungan sekolah maupun pergaulan baru.
- Aksi boikot terhadap produk-produk tertentu karena perusahan pemroduksi produk tersebut memberi dukungannya kepada calon pemimpin yang masyarakat benci.
- Pengaruh lingkungan pergaulan yang buruk menyebabkan seorang anak memberontak terhadap orang tuanya, meninggalkan rumah, dan memicu masalah serta kekacauan di dalam keluarga.
- Rakyat melakukan unjuk rasa dan kerusuhan sebagai tanda protes kepada pemerintah yang menetapkan peraturan baru yang masyarakat anggap sebagai ketidakberpihakan pemerintah terhadap rakyat kecil.
- Keberadaan media sosial yang justru disalahgunakan sebagai media untuk menyebar kabar bohong/hoax, melecehkan pihak lain, menjual diri, dan menghina pihak lain. Padahal, dengan perubahan zaman di mana teknologi semakin canggih, masyarakat dapat menggunakannya untuk hal-hal baik alih-alih berbuat tidak benar.
Reaksi setiap individu atau kelompok dalam menyikapi sebuah perubahan dalam kehidupan sosial memang berbeda-beda, namun beberapa pihak tidak mampu melakukan adaptasi atau penyesuaian diri (maladjustment) sehingga harus mengalami dampak negatif.