Agar penataan barang di gudang terlihat rapi dan sesuai dengan SOP maka perlu di terapkan metode akuntansi persediaan.
Metode ini bertujuan untuk memudahkan dalam menghitung stock persediaan dan merapikan penataan barang berdasarkan jenis atau spesifikasi masing-masing item.
Kemudian, terdapat dua jenis sistem pencatatan akuntansi persediaan yang di gunakan di antaranya sistem perpetual dan sistem periodik.
Berikut ini metode akuntansi persediaan yang perlu diperhatikan oleh pelaku bisnis atau pelaku usaha:
FIFO atau First In Firs Out merupakan metode persediaan dimana barang yang pertama kali diproduksi atau pertama kali masuk adalah barang yang pertama kali keluar.
Metode ini cocok diterapkan oleh pelaku usaha di bidang retail atau supermarket yang memiliki masa kadaluarsa contohnya seperti makanan, minuman, obat, dll.
Metode ini biasanya dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk sebagai persediaan akhir barang dagangan.
Sebagai contoh, PT. ACAR Memiliki stock sisa barang Per Tanggal 02 Oktober 2020 sebanyak 8 Pack @Rp. 25/Pack.
Pada tanggal 02 November 2020 mengasumsikan pembelian ke supplier sebanyak 12 Pack @Rp. 30/Pack dan menjual kembali sebanyak 8 Pack pada tanggal tersebut.
Maka perhitungan persediaannya yaitu:
Tanggal | Keterangan | Pembelian | HPP | Persediaan | ||||||
Qty | Hrg | Jml | Qty | Hrg | Jml | Qty | Hrg | Jml | ||
02/10 | Stock Awal | 8 | 25 | 200 | ||||||
02/11 | Stock Awal | 8 | 25 | 200 | ||||||
02/11 | Pemebelian | 12 | 30 | 360 | 12 | 30 | 360 | |||
02/11 | Penjualan | 8 | 25 | 200 | 12 | 30 | 360 |
LIFO atau Last In First Out merupakan metode persediaan dimana barang yang terakhir masuk atau yang baru diproduksi adalah barang yang akan dikeluarkan terlebih dahulu.
Metode ini harga beli terakhir akan dibebankan ke dalam operasional berdasarkan kenaikan inflasi, sehingga keuntungan dan pajak yang terutang kemungkinan kecil.
Metode ini biasanya dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang pertama atau awal masuk sebagai persediaan akhir barang dagang.
Sebagai contoh, Tanggal 15 Oktober 2020 terdapat sisa stock barang milik PT. Larisa sebanyak 20 Pack @Rp. 35/Pack, barang datang dari supplier sebanyak 15 Pack @Rp. 40/Pack.
Kemudian tanggal 25 Oktober PT. Natura membeli produk dari PT. Larisa sebanyak 25 Pack.
Maka perhitungan persediaannya yaitu :
Tanggal | Keterangan | Pembelian | HPP | Persediaan | ||||||
Qty | Hrg | Jml | Qty | Hrg | Jml | Qty | Hrg | Jml | ||
15/10 | Stock Awal | 20 | 35 | 700 | ||||||
15/10 | Pembelian | 15 | 40 | 60 | 15 | 40 | 600 | |||
25/10 | Penjualan | 15 | 40 | 600 | 20 | 35 | 700 | |||
25/10 | Penjualan | 10 | 35 | 350 | 10 | 35 | 350 |
Metode Average merupakan metode persediaan akuntansi yang dimana pelaku bisnis dalam menjual barang tidak memperhatikan mana barang yang pertama atau yang terakhir masuk.
Dalam metode ini, pelaku bisnis melakukan penjualan barang sesuai dengan persediaan barang yang ada di gudang.
Sehingga persediaan akhir dan beban pokok penjualannya dapat dihitung berdasarkan harga rata-rata.
Sebagai contoh, PT. Mekar memiliki sisa stock barang per tanggal 25 Oktober 2020 sebanyak 30 Box @Rp. 50/Box . Kemudian dijual kembali sebanyak 20 Box @Rp. 55/Box.
Pada Tanggal 02 November 2020 PT. Mekar mengasumsikan pembelian kepada supplier sebanyak 70 Box @Rp. 40/Box. Maka perhitungan persediaannya yaitu :
Tanggal | Keterangan | Pembelian | HPP | Persediaan | ||||||
Qty | Hrg | Jml | Qty | Hrg | Jml | Qty | Hrg | Jml | ||
25/10 | Stock Awal | 30 | 50 | 1500 | ||||||
25/10 | Penjualan | 20 | 55 | 1100 | 10 | 52,5 | 525 | |||
02/11 | Pembelian | 70 | 40 | 2800 | 80 | 46,2 | 3700 |