Daftar isi
Daerah Istimewa Yogyakarta bukan hanya terkenal sebagai kota pendidikan saja. Kota yang memiliki makanan khas gudeg ini ternyata memiliki banyak tokoh pahlawan nasional. Kota ini menjadi tempat lahir beberapa tokoh hebat. Siapa saja mereka? Selengkapnya akan dibahas berikut ini.
Ki Hajar Dewantara merupakan sosok pejuang pendidikan yang lahir pada tanggal 2 Mei 1889. Ia terlahir dari lingkungan keluarga keraton dam memiliki nama kecil yakni Raden Mas Soewardi Soeryaningrat.
Namun, karena agar lebih dekat dengan rakyat, akhirnya ia mengganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara menempuh pendidikan di ELS dan STOVIA Jakarta.
Setelah lulus, ia pernah menjadi seorang wartawan. Tidak hanya itu, ia juga aktif mengikuti organisasi kepemudaan seperti Budi Utomo. Bersama kedua rekannya yang kemudian dikenal dengan tiga serangkai, Ki Hajar Dewantara mendirikan Indische Partij pada tanggal 25 Desember 1912.
Ki Hajar Dewantara pernah diasingkan di negeri Belanda. Namun, berkat pengasingan tersebut ia dapat mendirikan sebuah perguruan nasional bernaa Taman Siswa pada tanggal 03 Juli 1922. Oleh karena itulah, ia kemudian dikenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia dan diangkat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan.
Tidak hanya itu, tanggal lahirnya yakni 2 Mei dijadikan sebagai hari pendidikan nasional. Atas semua jasanya, ia kemudian diangkat menjadi pahlawan nasional pada tanggal 28 November 1959.
Agustisnus Adisucipto merupakan sosok pejuang yang lahir pada tahun 1916. Sebelum menempuh pendidikan di sekolah sekolah penerbang Militaire Luchtvaart di Kalijati, ia pernah menempuh pendidikan di GHS atau sekolah tinggi kedokteran.
Alasannya masuk ke sekolah kedokteran karena desakan dari ayahnya. Awalnya ia ingin bersekolah di sekolah militer, namun karena ayahnya tak memberikan restu, maka ia mengurungkan niatnya. Setelah masuk di sekolah penerbangan militer, ia kerap ditugaskan dalam beberapa misi. Salah satunya misi yang mengantarkan nyawanya.
Ia tewas tertembak oleh Belanda. Saat itu pesawatnya tengah transit di Singapura setelah pulang menuntaskan misinya. Di Singapura, ia beserta rekannya akan membawa keperluan medis. Namun, di pertengahan jalan, ia terhalang oleh blokade Belanda dan tewas karena penembakan tersebut.
Agustinus Adisucipto menjadi sosok yang merintis dan mendirikan Sekolah Penerbang di Yogyakarta. Atas semua jasanya ia diangkat menjadi pahlawan nasional pada tanggal 9 November 1974. Tidak hanya itu, namanya juga diabadikan menjadi nama bandar udara yang ada di Yogyakarta.
Siapa yang tak kenal dengan Kiai Haji Ahmad Dahlan? Ia merupakan sosok yang mendirikan Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912. Ia lahir pada tahun 1868 dengan nama kecil Muhammad Darwis.
Ia masih memiliki keturunan dari salah seorang tokoh wali songo yakni Maulana Malik Ibrahim. Muhammadiyah merupakan organisasi keagamaan yang membantu melayani umat khususnya di bidang pendidikan dan sosial. Hingga kini, Muhammadiyah masih eksis di kalangan masyarakat.
Padahal, semula ketika pembentukannya, Kiai Haji Ahmad Dahlan sempat mendapatkan kecaman. Ia dituding telah membuat agama baru yang melenceng dari ajaran agama islam. Atas semua jasanya ia kemudian diangkat menjadi pahlawan nasional pada tanggal 27 Desember 1961.
Nyai Ahmad Dahlan merupakan istri dari Kiai Haji Ahmad Dahlan. Ia memiliki nama asli, Siti Walidah. Ia lahir pada tahun 1872 di Kauman, Yogyakarta. Bersama suaminya, ia aktif di Muhammadiyah dan Aisyiyah sebagai salah satu tokoh gerakan perempuan muslim Indonesia.
Ia ikut andil dalam memperjuangkan kesetaraan hak perempuan dan laki-laki,mendirikan asrama untuk para pelajar serta menanamkan nilai kebangsaan sehingga para pelajar peremuan dalam memiliki peranan dalam pergerakan nasional. Atas semua jasanya, ia diangkat menjadi pahlawan nasional pada tanggl 22 September 1971.
Sosok laki-laki yang memiliki nama lengkap Bendoro Raden Mas Ontowiryo ini lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta. Ia merupakan anak pertama dari Raja Mataram yakni Hamengkubuwono III. Ibunya bernama RA Mangkarawati, perempuan yang berasal dari Pacitan.
Pangeran Diponegoro pernah memimpin perang sabil bersama tokoh agama yang berasal dari Surakarta yakni Kyai Maja. Sayangnya, karena sayembara yang dilakukan oleh Belanda, ia berhasil ditangkap dan kemudian diasingkan ke Ungaran.
Setelah diasingkan, ia dibawa ke gedung Karesidenan Semarang dan kemudian ditahan di Stadhius atau Museum Fatahillah. Pada tanggal 3 Mei 1830, ia dibuang ke Manado dan dipindahkan ke Benteng Rotterdam Makassar. Untuk mengenang jasanya, ia diangkat menjadi pahlawan nasional pada tanggal 3 November 2006.
Abdul Rahman Saleh merupakan sosok pejuang yang lahir pada tahun 1909. Namanya mungkin terdengar asing. Sebab, tak banyak catatan sejarah yang menceritakan sosok Abdul Rahman Saleh. Namun, ia termasuk salah seorang perintis Angkatan Udara. Saat itu, ia tewas terbunuh karena ditembak oleh Belanda ketika membawa keperluan medis.
Surjopranoto merupakan kakak dari Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia adalah anak pertama dari KPA Suryaningrat dan cucu Paku Alam III. Kakak dari Ki Hajar Dewantara ini lahir pada tanggal 11 Januari 1871 dengan nama Iskandar. Jika dilihat dari garis keturunan, ia merupakan putra mahkota.
Sayangnya, ayahnya tidak mendapatkan hak untuk naik tahta dikarenakan diserang penyakit mata yang menyebabkan buta. Surjopranoto meninggal dunia pada tanggal 15 Okyober 1959. Ia kemudian diangkat menjadi pahlawan nasional pada tanggal 30 November 1959.
Fachruddin atau Muhammad Jazuli merupakan sosok pejuang yang lahir pada tahun 1890 di Yogyakarta. Ia adalah tokoh Muhammadiyah, organisasi bentukan Kiai Haji Ahmad Dahlan. Ia tidak pernah mengenyam pendidikan secara umum namun ia mendapatkan pengajaran dari ayahnya langsung dan beberapa orang ulama.
Ia pernah diutus untuk meneliti nasib jemaah haji yang berasal dari Indonesia yang kerap diperlakukan tdak baik. Untuk meneliti tersebut, ia membutuhkan waktu selama 8 tahun. Kemudian, ia menjadi sosok yang mempelopori pembentukan Badan Penolong Haji. Atas semua jasanya, ia kemudian diangkat menjadi pahlawan nasional pada tanggal 26 Juni 1964.
Kol. Inf. Anm Sugiono merupakan sosok pejuang yang lahir pada tanggal 12 Agustus 1926 di Gedaren, Gunung Kidul, Yogyakarta. Ia menjadi salah satu korban dari kebengisan PKI pada peristiwa G30 S PKI. Saat itu, ia meninggal dunia pada usia 39 tahun. Atas semua jasanya, ia diangkat menjadi pahlawan revolusi pada tanggal 19 Oktober 1965.
Wahidin Sudirohusodo merupakan sosok yang menjadi pelopor dari organisasi yang bernama School tot Opleiding van Inlandsche Artsen, Jakarta. Ia lahir pada tanggal 7 Januari 1852 di Mlati, Yogyakarta. Ia adalah seorang dokter lulusan STOVIA. Ia kerap tak meminta imbalan saat mengobati pasiennya.
Tidak hanya itu, ia memiliki pandangan bahwa untuk melawan penjajahan adalah dengan pendidikan. Maka dari uru, setia rakyat memiliki kesempatan untuk bisa merasakan dunia pendidikan di sekolah. Atas gagasannya inilah kemudian lahir organisasi bernama Budi Utomo.
Brigjen TNI Anm. Katamso merupakan sosok anggota PETA yang lahir pada tanggal 5 Februari 1923 di Sragen. Ia aktif dalam berbagai pergerakan nasional dan menumpas para pemberontak seperti peristiwa Batalyon 426 dan PRRI di Sumbar. Sama seperti Kol Inf Anm Sugiono, ia terbunuh karena peristiwa G 30 S PKI.
Sultan Agung Anyokrokusumo merupakan anak dari pasangan Prabu Hanyakrawati dan Ratu Adi Dyah Banawati. Ia memiliki nama asli Raden Mas Jatmika atau Raden Mas Rangsang. Ia terlahir dari keluarga bangsawan.
Ayahnya yakni Prabu Hanyakrawati merupakan raja kedua Mataram sementara ibunya merupakan putri dari Raja Pajang, Pangeran Benawa. Sama seperti ayahnya, ia merupakan Sultan Mataram ketiga yang memerintah pada tahum 1613-1645.
Ia yang membawa Mataram pada puncak kejayaan sehingga berhasi menjadi kerajaan terbesar di Jawa pada saat itu. Ia pernah membangun Astana Imogiri yang memiliki fungsi sebagai pemakamakan keluarga raja-raja Mataram.
Pembangunan astana tersebut dilakukan saat akhir hidupnya. Tidak hanya itu, ia juga menuliskan tuntunan hidup untuk trah Mataram yang kemudian dinamakan serat Sastra Gending. Setelah kematiannya, tahta sultan diberikan kepasa anaknya yang bernama Raden Mas Sayidin.
Ki Bagus Hadikusumo merupakan sosok tokoh dari Muammadiyah yang lahir pada tahun 1890 di Kampung Kauman, Yogyakarta. Ia merupakan ketua pengurus besar Muhammadiyah pada tahun 1942 sampai 1953.
Ia pernah menjadi anggota PPKI yakni salah seorang perwakilan dari Muhammadiyah untuk perumusan Mukadimah UUD 1945. Atas semua jasanya, ia kemudian diangkat menjadi pahlawan nasional pada tanggal 4 November 2015.
Sosok yang memiliki nama asli Raden Mas Sujana ini lahir pada tanggal 6 Agustus 1717 di Kartasura. Ia masih memiliki keturunan dari Brawijaya V baik dari pihak ayah maupun ibunya. Ia adalah anak dari Amangkurat IV Raja Kasunanan Surakarta serra selir yang berna Mas Ayu Tejawati.
Pada tahun 1755, ia memutuskan untuk mendirikan ibu kota kerajaan bekas Hutan Pabringan. Tempat itulah yang kemudian dikenal sebagai Kesultanan Yogyakarta dan menjadi raja pertama dari Kesultanan tersebut. Pada tahun yang sama pula berdasarkan perjanjian Giyanti, mengakui Mangkubumi sebagai Sri Sultan Hamengkubuwono pertama.
Tidak hanya itu, pada perjanjian tersebut tertera pembagian Mataram yang menjadi Surakarta dan Yogyakarta. Untuk mengenang jasanya, ia kemudian diangkat menjadi pahlawan nasional pada tanggal 03 November 2006.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX lahir pada tanggal 12 April 1912. Ia memiliki nama lengkap Bendoro Raden Mas Dorojatun dan merupakan putra dari Sultan Hamengkubuwono VIII dan RA Kustilah. Ia pernah mengenyam pendidikan di HIS dan MULO Yogyakarta.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, ia menjadi Gubernur dari DIY hingga ajalnya. Ia juga pernah menjabat sebagai menteri negara pada Kabinet Sjahrir III, Kabinet Amir dan Kabinet Syarifuddin. Atas semua jasanya, ia kemudian diangkat menjadi pahlawan nasional pada tanggal 30 juli 1990.
Itulah 15 tokoh pahlawan nasional dari DIY. Semuanya memiliki andil bagi kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itulah, mereka pantas mendapatkan gelar pahlawan nasional.