5 Pahlawan Nasional dari Jawa Barat Beserta Biografinya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tanah Sunda turut melahirkan banyak pahlawan yang memberikan sumbangsihnya bagi NKRI. Mereka turut melawan dan memperjuangkan NKRi melalui pemikiran dan gerakan-gerakan perlawanan. Setidaknya ada lima tokoh pahlawan nasional dari tanah sunda ini. Siapa saja mereka? Selengkapnya akan diulas berikut ini.

1. K.H Zainal Mustafa

KH Zainal Mustafa merupakan seorang ulama yang lahir di Tasikmalaya pada tanggal 1 Januari 1899. Saat kecil ia kerap dipanggil dengan nama Hudaini namun setelah menunaikan ibadah haji namanya lebih akrab dikenal dengan Zainal Mustafa. Ia menempuh pendidikan di Sekolah Rakya. Tidak hanya mengenyam pendidikan umum, KH Zainal Mustafa juga mendalami pendidikan agama bersama guru di kampungnya.

Saat sedang melaksanakan ibadah haji, KH Zainal Mustafa berkenalan dengan seorang ulama yang terkenal. Perkenalan tersebut dimanfaatkannya untuk bertukar pendapat. Kemudian, setelah pulang dari ibadah haji, ia mendirikan sebuah pesantren Sukamanah yang ada di kampung Cikembang. Pesantren inilah yang digunakannya untik menyiarkan agama islam dengan berceramah.

Meskipun seorang ulama, KH Zainal Mustafa turut memberikan peranannya dalam memperjuangkan NKRI. Ia bahkan tak segan melawan pemerintah Belanda dan Jepang. Alhasil, ia kerap mendapatkan peringatan keras dari pemerintah Belanda dan Jepang. Nahkan ia pernah ditangkap beserta ketuga ulama lainnya oleh Belanda. Penangkapan ini didasari atas tuduhan mempengaruhi pikiran rakyat dengan ideologi yang dianutnya. Atas semua jasa-jasanya, ia mendapatkan gelar pahlawan nasional pada tanggal 6 November 1972.

2. Otto Iskandar Dinata

Otto Iskandar Dinata

Raden Otto Iskandar Dinata merupakan pria kelahiran Bojongsoang, Bandung pada tanggal 31 Maret 1987. Ia adalah anak terakhir dari pasangan Raden Haji Adam Rahmat dan Siti Hidayah. Dalam hal pendidikan, Otto beruntung bisa merasakan bangku sekolah. Otto Iskandar Dinata menempuh pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School atau IHS yang ada di Bandung.

Selanjutnya, ia bersekolah di Kweekschool Onderbouw atau Sekolah Guru Bagian Pertama di Bandung. Setelah selesai, Otto kemudian melanjutkan sekolah di Hogerr Kweekschool atau Sekolah Guru Atas di Purworejo, Jawa Tengah.

Kiprahnya di nusantara, dimulai saat menjadi wakil ketua Budi Utomo cabang Bandung pada tahun 1921 sampai 1924. Tidak berhenti di situ, ia juga pernah menjabat sebagai wakil ketua Budi Utomo cabang Pekalongan. Selain aktif di Budi Utomo, ia juga aktif dalam organisasi paguyuban Sunda. Saat masa Hindia Belanda, ia pernah menjadi anggota Volkstraad atau semacam DPR. Ia juga pernah menjadi seorang pemimpin surat kabar Thaja.

Peranannya yang paling banyak dikenal adalah turut andil dalam merumuskan kemerdekaan dengan menjadi anggota BPUPKI dan PPKI. Saat kabinet pertama RI, ia juga pernah menjabat sebagai menteri negara. Kontribusinya pada negara, membuat Otto Iskandar Dinata diangkat menjadi Pahlawan Nasional pada tanggal 6 November 1973. Namanya pun diabadikan untuk penamaan jalan.

3. Raden Eddy Martadinata

Raden Eddy Martadinata

Raden Eddi Martadinata atau yang kerap dikenal dengan RE Martadinata lahir pada tanggal 29 Maret 1921 di Bandung. Ia adalah seorang laksamana dan diplomat Angkatan Laut. Ia mengenyam pendidikan di HIS pada tahun 1934 dan kemudian melanjutkannya di MULO pada tahun 1938. Sejak kecil, RE Martadinata sudah memiliki cita-cita menjadi seorang pelaut. Maka dari itu, untuk mewujudkannya ia menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Pelayaran atau STP yang ada di Jakarta. Saat bersekolah di STP yang menjadi lulusa terbaik dan diangkat menjadi guru tetap.

Namun, keinginan awalnya menjadi seorang pelaut terus ada. Ia terus mencari peluang dan akhirnya mendapatkan kepercayaan sebagai nahkoda kapal Latih Dai 28 Sakura Mau. Tentu saja tawaran tersebut langsung ia iyakan. Alhasil, RE Martadaniata harus berhenti menjadi guru.

Peranannya dalan menjaga NKRI adalah ia terlibat dalam pembentukan Badan Keamanan Rakyat atau BKR Laut Pusat pada tanggal 10 september 1945. Ia ditunjuk menjadi pimpinan BKR-Laut Banten. Atas semua jasanya, ia dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh pemerintah. Tidak hanya itu, namanya pun diabadikan di beberapa jalan di tanah sunda sama seperti Otto Iskandar Dinata

4. Djuanda Kartawijaya

Djuanda Kartawijaya

Pemilik nama lengkap Ir H. Djuanda Kartawijaya merupakan seseorang kelahiran Tasikmalaya pada tanggal 14 Januari 1911. Ia merupakan anak sulung dari pasangan Raden Kartawijaya dan Nyi Monat. Ayahnya merupakan seorang Mantri Guru di Hollandsch Inlandsdsch School atau HID. Pendidikan awal Djuanda pun di sana. Selanjutnya pada tahum 1929, ia melanjutkan pendidikannya di Hoogeschool te Bandoeng atau THS dengan mengambil jurusan Teknik Sipil. THS merupakan sekolah teknik yang ada di kota Bandung.

Ia akrif dalam berbagai kegiatan seperti mengikuti organisasi politik yakni Muhammadiyah dan Paguyuban Sunda. Ia bahkan sempat menjadi pemimpin sekolah Muhammadiyah. Peranannya dalam memerjuangkan NKRI adalah saat menjabat sebagai perdana menteri ke-10 dan menteri keuangan pada saat kabinet kerja I. Tidak hanya itu, kontribusi lainnya adalah deklarasi Djuanda.

Deklarasi ini dibentuk pada tanggal 13 Desember 1957. Di mana isi deklarsinya menjelasjan bahwa laut Indinesua termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan dari wilayah NKRI. Deklarsi ini kemudian diresmikan menjadi UU No. 4/PRP/1960 tentang Perairan Indonesia. Atas jasa-jasa yang telah diberikannya, ia diangkat menjadi Pahlawan Nasional.

5. Dewi Sartika

Dewi Sartika

Raden Dewi Sartika merupakan seorang pejuang emansipasi wanita seperti Raden Ajeng Kartini. Ia lahir pada tanggal 4 Desember 1884 di Cicalengka. Raden Dewi Sartika atau yang kerap disapa Dewi Sartika ini merupakan keturunan priyayi. Sejak kecil, ia sudah tertarik dengan dunia pendidikan. Keinginannya inilah berusaha diwujudkannya dengan mendirikan sekolah pada tanggal 16 januari 1904. Sekolah yang didirikannya bernama Sekolah Isteri, sekolah khusus kaum perempuan.

Saat didirikan, Sekilah Isteri memiliki murid sejunlah 20 orang dan guru 3 orang. Sekolah Isteri didirikan dengan tujuan ingin mendidukan anak perempuan dari berbagai kalangan. Mengingat, pada saat itu tidak semua kalangan bisa merasakan bangku sekolah. Bahkan terdapat doktrin bahwa perempuan tidak boleh mengenyam pendidikan. Dengan didirikannya Sekolah Isteri, Raden Dewi Sartika berharap bisa mengangkat harkat dan martabat seorang perempuan.

Mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Isteri adalah pekerjaan yang biasa dilakukan oleh perempuan seperti mencuci, menyetrika, menjahit, menyulan dan membatik. Atas jasa-jasa yang telah diberikannya, ia mendapatkan gelar Pahlawan Nasional pada tanggal 1 Desember 1966.

Itulah sejumlah tokoh pahlawan nasional dari tanah sunda. Adapun tokoh-tokoh tersebut adalah KH Zainal Mustafa, Otto Iskandar Dinata, RE Martadinata, Djuanda Kartawijaya dan Dewi Sartika. Bentuk peranan mereka dalam memerjuangkan NKRI setidaknya ada dua bentuk. Pertama dengan mendirikan sekolah/pesantren seperti yang dilakukan oleh KH Zainal Mustafa dan Dewi Sartika. Melalui pendidikan, mereka dapat mengangkat harkat dan martabat rakyat Indonesia.

Ada pula yang melalui penggunaan jabatan yang dimiliki seperti pada Otto Iskandar Dinata, RE Martadinata dan Djuanda Kartawjiaya. Otto melalui Budi Utomonya ikut memerjuangkan NKRI bersama para pemuda lainnya. Sementara RE Martadinata melalui BKRnya ikut menjaga keamanan NKRI khususnya di jalur laut. Terakhir, Djuanda melalui jabatannya sebagai perdana menteri dan deklarasi Djuandanya.

Bagaimana pun bentuk perjuangannya, mereka tetap memiliki peranan penting dalam menjaga NKRI dan melawan penjajah. Mereka pantas mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. Semoga dengan membaca perjuangan mereka, kita dapat meneladani perjuangannya.

fbWhatsappTwitterLinkedIn