Daftar isi
Gelar pahlawan Nasional merupakan gelar tertinggi yang diberikan kepada para pejuang Tanah Air. Gelar yang diberikan berupa anumerta atau gelar yang diberikan setelah kematian.
Gelar ini bisanya diberikan oleh pemerintah Republik Indonesia yang dalam hal ini adalah presiden, atas jasa-jasa yang telah dilakukan oleh para pejuang terdahulu. Jasa yang dilakukan oleh para pejuang ini bersifat nyata dan dapat dikenang serta dijadikan teladan sepanjang masa bagi masyarakat.
Tidak semua pejuang terdahulu mendapatkan gelar pahlawan Nasional. Setiap bagian Kalimantan, Kalimantan Timur, Selatan, Utara hingga Kalimantan tengah memiliki tokoh heroik masing-masing. Ada beberapa dari para pejuang tersebut yang telah mendapatkan gelar pahlawan nasional.
Namun, masih banyak juga yang belum mendapatkan gelar tersebut. Hal inilah yang kemudian menyebabkan di beberapa daerah ada yang hanya memiliki satu tokoh pahlawan nasional saja bahkan tidak memiliki tokoh pahlawan nasional sama sekali.
Tentunya hal tersebut bukan menandakan bahwa daerah tersebut tidak ada para pejuangnya. Bisa saja, mereka yang dimaksud para pejuang belum mendapatkan gelar pahlawan Nasional dari pemerintah.
Hal inilah yang kemudian terjadi pada daerah Kalimantan Utara. Hanya beberapa tokoh yang tercatat sebagai pahlawan nasional. Ketahui, selengkapnya pembahasan mengenai pahlawan Nasional asal Kalimantan Utara di bawah ini.
1. Abdul Kadir
Abdul Kadir memiliki nama lengkap Raden Temenggung Setia Pahlawan. Ia lahir pada tahun 1771 di Kabupaten Sintang. Ia merupakan seorang bangsawan dari Melawi yang menawarkan pengembangan ekonomi rakyat agar rakyat tidak terkendala ekonominya.
Tidak hanya itu, sama seperti para pejuang lainnya, Abdul Kadir juga sering melakukan perlawanan pada pasukan Belanda. Abdul Kadir merupakan putra dari seorang bangsawan Kerjaan Sintang. Ia kemudian menggantikan ayahnya untuk memimpin wilayah Melawi pada tahun 1854.
Saat memimpin kerajaan ia mengalami keadaan yang dilematis. Di satu sisi ia harus patuh dengan raja yang di mana saat itu tunduk kepada Belanda. Namun, di sisi lain jiwanya tak setuju dengan hal itu. Sebab, ia tidak suka dengan penjajahan yang dilakukan oleh Belanda.
Akhirnya ia memutuskan untuk menolak dan tidak patuh pada Belanda. Namun, hal tersebut ia lakukan secara diam-diam. Seperti diam-diam membangun pasukan untuk melawan Belanda. Sayangnya, rencana yang dilakukan oleh Abdul Kadir tercium juga oleh Belanda.
Abdul Kadir tidak tinggal diam setelah rencananya terendus Belanda. Ia terus melanjutkan perlawanan pada tahun 1868-1875. Sayangnya, kali ini perjuangannya harus berhenti. Sebab, ia ditangkap dan ditahan di Nanga Pinoh.
Abdul Kadir kemudian meninggal dunia di dalam tahanan dan jasadnya dimakamkan di Natal Mungguk Liang, Melawi. Atas semua jasa yang telah dilakukannya, ia diberi gelar pahlawan nasional pada tahun 1999.
2. Drs Saadilah Mursyid
Drs Saadilah Mursyid merupakan salah satu tokoh pahlawan yang lahir di Barabai pada tanggal 7 September 1937. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Muda/Sekretaris Kabinet Indonesia pada Kabinet Pembangunan VI.
Tidak hanya itu, ia juga pernah memegang jabatan sebagai Sekretaris Negara di Kabinet Pembangunan VII. Meskipun namanya tak banyak diketahui oleh orang, Drs Saadilah Mursyid merupakan sosok yang patut diperhitungkan pada saat itu.
Ia kerap menduduki jabatan-jabatan penting di kursi pemerintahan. Bahkan ia memiliki hubungan yang dekat dengan presiden Indonesia. Atas hal inilah, ia kemudian menjadi seseorang yang menulis konsep pengunduran diri dari Presiden Soeharto.
Saat tahun 1998, ketika Indonesia mengalami situasi yang genting dan mendesak presiden Soeharto untuk mundur. Saadilah Mursyid lah yang menjadi sosok penulis atas pengunduran diri Presiden Soeharto.
3. Letjen Purn Zaini Azhar Maulani
Letjen Purn Zaini Azhar Maulani merupakan sosok pejuang yang lahir di Marabahan pada tanggal 6 Januari 1939. Ia adalah seorang penulis yang bergerak di bidang militer intelijen serta orang yang memiliki pengaruh dalam gerakan Islam.
Tidak hanya menjadi seorang penulis dan pejuang, saat masih muda ia sering terlibat dan aktif dalam organisasi pelajar Islam. Contohnya seperti pernah menjadi aktivis pelajar Islam Indonesia.
Melihat rekam jejaknya yang bagus, Letjen Purn Zaini Azhar Maulani kemudian diangkat sebagai Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara pada tahun 1999. Beberapa tahun kemudian, ia meninggal dunia pada tanggal 5 April 2005.
4. Panglima Batur
Tokoh selanjutnya adalah Panglima Batur. Namanya memang terdengar asing di telinga kita. Namun, kisah hidupnya sangat menarik dan membuat haru. Panglima Batur merupakan sosok pejuang dari tanah Kalimantan.
Ia lahir pada tahun 1852 di Desa Buntok Baru, Kecamatan Teweh Tengah. Tak banyak sumber yang menceritakan akan perjuangan beliau. Namun, jasa-jasa yang dilakukan beliau terdahulu tidak dapat diragukan lagi.
Mengingat bagaimana naasnya akhir hidup dari seorang Panglima Batur. Banyak cerita yang beredar bahwa beliau meninggal dunia dikarenakan dibunuh dengan cara digantung oleh Belanda. Hal tersebut dilakukan karena perlawanan yang dilakukan oleh Panglima Batur kepada Belanda.
Maka, Belanda tak segan untuk menghabiskan nyawa siapa saja yang menentangnya termasuk Panglima Batur. Panglima Batur meninggal dunia pada tanggal 5 Oktober 1905. Saat itu, ia berusia 53 tahun.
5. Sultan Hidayatullah
Sultan Hidayatullah merupakan sosok pejuang yang lahir pada tahun 1822. Ia merupakan sosok pemimpin perang. Ia pernah terlibat sebagai pemimpin perang yang terkenal dahsyat di Kalimantan yakni perang Banjar.
Sayangnya, tak banyak sumber yang memaparkan mengenai perjuangan Sultan Hidayatullah selama hidup melawan penjajah. Sultan Hidayatullah kemudian meninggal dunia pada tanggal 24 November 1904.
Saat itu, ia berusia 82 tahun. Atas semua jasa yang telah diberikannya ia dianugerahi gelar Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah Republik Indonesia.
Itulah sejumlah tokoh pahlawan yang berjuang di tanah Kalimantan. Terdapat 5 tokoh pahlawan seperti Abdul Kadir, Drs Saadilah Mursyid, Letjen Purn Zaini Azhar Maulani, Panglima Batur dan Sultan Hidayatullah. Mereka semua tentunya memiliki ciri khas perjuangan masing-masing.
Ada yang terlibat peperangan secara langsung dengan menjadi panglima perang sepeti Sultan Hidayatullah dan Panglima Batur. Adapula yang melakukan perjuangan diam-diam karena memiliki kekuasaan yang harus tunduk pada Belanda.
Adapula yang melakukan perjuangan melalui organisasi. Semua perjuangan yang dilakukan sudah pasti memiliki berharga bagi Indonesia saat itu.
Meskipun tak banyak sumber yang menuliskan bagaimana perjuangannya, namun kita patut menghargai jasa-jasa yang telah diberikannya. Tanpa mereka kita tidak akan bisa merasakan hidup dengan nyaman seperti ini. Tanpa jasa mereka, bisa jadi kita masih merasakan bagaimana pedihnya dan menderitanya penjajahan.
Terdapat beberapa syarat dan ketentuan serta waktu yang cukup lama untuk membuktikan bahwa mereka patut diberikan gelar pahlawan nasional. Oleh karena hal inilah, masih banyak para pejuang yang belum mendapatkan gelar Pahlawan Nasional meskipun mereka telah berkontribusi dalam perjuangan kemerdekaan.
Setiap pulau tentunya memiliki pahlawan masing-masing. Mereka yang menjadi tameng masyarakat dalam menghadapi para penjajah. Begitupun dengan pulau Kalimantan. Kalimantan memiliki para pejuang yang tak kalah hebat dari pulau-pulau di Indonesia lainnya.