Edukasi

Pembelajaran Kolaboratif: Tujuan – Langkah dan Contoh Penerapan

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Pembelajaran kolaboratif dan kooperatif merupakan dua hal yang berbeda. Namun, kedua model ini kerap kali disandingkan bersamaan. Lalu, bagaimana perbedaan keduanya? Selengkapnya akan kita ulas di bawah ini.

Pengertian Pembelajaran Kolaboratif

Pembelajaran kolaboratif merupakan filsafat pembelajaran yang dapat memudahkan siswa untuk bekerja sama, saling membina belajar serta maju dan berubah bersama. Pembelajaran kolaboratif kerap disandingkan dengan pembelajaran kooperatif.

Namun, kenyataannya pembelajaran ini lebih mencakup seluruh proses pembelajaran. Dalam pembelajaran ini, seluruh aspek berkolaborasi, siswa mengajar teman sebayanya.

Bahkan, tak menutup kemungkinan siswa mengajarkan gurunya. Sebab, yang terpenting dalam pembelajaran ini adalah adanya kerja sama dari setiap individu untuk menciptakan pembelajaran.

Perbedaan Pembelajaran Kolaboratif dan Pembelajaran Kooperatif

  1. Pada pembelajaran kooperatif siswa mendapatkan latihan untuk bekerja sama. Sedangkan pada kolaboratif, siswa sudah memiliki kemampuan tersebut.
  2. Pada pembelajaran kooperatif aktivitas belajar sudah dirumuskan. Siswa tinggal memainkan peranan sesuai yang telah dirumuskan. Namun, dalam pembelajaran kolaboratif guru hanya bertugas memantau dan mendengarkan.
  3. Pada kooperatif hasil belajar siswa akan dinilai oleh guru. Sedangkan pada kolaboratif, siswa menilai sendiri prestasi individu maupun kelompok dengan bimbingan guru tentunya.

Ciri-Ciri Pembelajaran Kolaboratif

Terdapat beberapa ciri-ciri dalam pembelajaran kolaboratif yakni sebagai berikut:

  1. Para siswa atau peserta didik berkumpul untuk saling mengumpulkan ide, pengalaman dan data. Dengan begitu, akan terjadi transfer pengetahuan dari teman sebaya.
  2. Siswa berdiskusi bersama untuk menyelesaikan masalah. Setiap masalah yang diberikan akan didiskusikan oleh siswa. Mereka saling mengeluarkan pendapat masing-masing untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan tersebut. Dengan begitu, siswa akan terbiasa untuk bekerja sama dan menghargai pendapat temannya.
  3. Saling membantu satu sama lain untuk mencapai prestasi akademik yang baik. Tidak ada egoisme dalam pembelajaran ini. Siswa diajarkan untuk saling tolong menolong. Jika ada yang tak paham, maka siswa lain berkewajiban membantunya agar hasil belajar dapat dicapai dengan baik.

Tujuan Pembelajaran Kolaboratif

Pembelajaran kolaboratif memiliki tujuan untuk mengembangkan sikap sosial yang ada dalam diri siswa. Pengembangan sikap sosial ini diwujudkan dalam kegiatan berbagi tugas, bertanya, berdiskusi, menghargai pendapat orang lain, tolong menolong dan bekerja sama dengan kelompok.

Pengembangan sikap sosial adalah salah satu ranah yang harus dicapai dalam pembelajaran. Selama ini, banyak guru yang mengabaikan akan hal ini. Padahal, pengembangan sikap inilah yang akan menjadi bahan siswa untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Pembelajaran kolaboratif mengajarkan siswa akan makna keberagaman. Perbedaan latar belakang siswa seperti suku, agama, tingkat sosial, akademik. Dengan adanya model pembelajaran ini siswa diajarkan untuk menghargai temannya meskipun memiliki perbedaan dari segi agama, akademik dan lainnya.

Pentingnya toleransi juga merupakan hal penting yang perlu ditanamkan dalam diri siswa. Sehingga, saat di masyarakat siswa tidak menjadi anak yang membedakan teman atau lingkungan sekitarnya.

Langkah-Langkah Pembelajaran Kolaboratif

  1. Guru memberikan pengantar materi yang akan didiskusikan siswa. Guru dapat memberikan pandangan umum terkait pokok bahasan atau dengan memberikan apersepsi dan stimulus dengan menggunakan media pembelajaran. Hal ini berguna agar siswa tidak terlalu buta akan topik yang akan dipelajari
  2. Setelah itu, guru membagi peserta didik ke dalam kelompok. Formasi kelompok ditentukan sesuai dengan jumlah siswa di kelas. Jangan terlalu banyak ataupun sedikit.
  3. Setelah kelompok diskusi terbentuk, siswa memperoleh tiga bandel kartu. Misalnya pada kartu pertama berisi nama-nama organ pencernaan manusia. Sementara itu, kartu kedua berisi fungsi dari setiap organ tersebut. Terakhir, kartu ketiga berisi soal-soal pengembangan sistem pencernaan manusia.
  4. Selanjutnya siswa diminta menjodohkan kartu yang dapat digabung dalam satu kelompok. Bersamaan dengan itu, siswa juga menjawab setiap butir soal yang telah tersedia.
  5. Hasil diskusi ditempelkan pada styrofoam dan kemudian siswa maju untuk mempresentasikannya.
  6. Terakhir, guru memeriksa hasil pekerjaan siswa.

Contoh Penerapan Pembelajaran Kolaboratif

Pembelajaran kolaboratif dapat digunakan dalam mata pelajaran apapun dengan catatan guru dapat mengkreasikannya. Contohnya pada mata pelajaran sejarah. Selama ini sejarah sering kali hanya dibawakan dengan metode ceramah yang terkesan kaku dan membosankan.

Padahal, mata pelajaran ini dapat menggunakan model pembelajaran kolaboratif. Caranya yakni dengan memilih salah satu pokok bahasan kemudian guru membagi siswa dalam kelompok. Namun, terlebih dahulu guru merumuskan tugas apa yang sekiranya menarik.

Misalnya, siswa diminta menjodohkan nama dan gambar tokoh kemerdekaan Republik Indonesia. Atau bisa juga dengan memasukan potongan sejarah seperti nama peristiwa dan tanggal peristiwa.

Nantinya, siswa diminta untuk menjodohkan keduanya. Dengan begitu, siswa akan merasa lebih tertantang dan mereka akan lebih paham. Sebab, materi yang diberikan tidak bertele-tele.

Kelebihan Pembelajaran Kolaboratif

  • Siswa diajak untuk bekerja sama, saling bertukar pikiran dan pengalaman. Dengan bertukar pengalaman siswa menjadi lebih banyak berinteraksi dengan temannya.
  • Pencapaian hasil belajar dapat dicapai dengan 2 cara yakni individu dan kelompok. Dengan begitu, guru tak perlu bersusah payah melakukan tes kembali.
  • Dapat saling mengajarkan. Tutor teman sebaya sangat berperan penting dalam pembelajaran. Siswa cenderung akan mudah paham jika dijelaskan temannya.

Kekurangan Pembelajaran Kolaboratif

  • Proses pembelajaran memerlukan waktu yang lama. Dengan begitu, pembelajaran menjadi tidak efisien sehingga tujuan pembelajaran dikhawatirkan tidak tercapai.
  • Dapat menimbulkan permasalahan kecil. Dengan membentuk sebuah kelompok, tidak menutup kemungkinan akan terjadi kelompok pada setiap siswa.
  • Capaian pembelajaran dapat tidak terpenuhi jika anggota kelompok hanya diam saja. Namun, hal ini dapat diatasi saat guru memilih kelompok.

Model pembelajaran kolaboratif sangat baik jika diterapkan. Model ini dapat mencapai beberapa aspek atau tujuan pembelajaran.

Sayangnya, model jenis ini memerlukan waktu yang lama dalam penerapannya. Sehingga, pembelajaran berpotensi menjadi tidak efektif.

Namun, jika model ini dipersiapkan dengan baik, maka alokasi waktu dapat teratasi. Dengan begitu, pembelajaran akan tetap berjalan efektif.