Daftar isi
Dalam bahasa Indonesia, kata ‘Sastra’ berasal dari bahasa Sansekerta, yakni ‘shastra’. ‘Sas’ berarti pedoman atau instruksi, sementara ‘tra’ berarti sarana atau alat.
Penggunaan kata sastra seringkali di awali dengan kata ‘su’ yang memiliki arti baik atau indah. Susastra dapat diartikan sebagai hasil karya yang baik dan indah.
Sastra dapat dimaknai sebagai karya tulisan yang mengekspresikan pemikiran, pengalaman, pendapat dan perasaan penulisnya dalam bentuk fiksi maupun non fiksi, yang menjadi cerminan realitas.
Untuk memahami sastra lebih dalam, berikut pengertian sastra yang dimaknai oleh para ahli:
Dalam pandangan Mursal Esten, sastra adalah bentuk ungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia atau masyarakat. Sastra diungkapkan melalui bahasa sebagai medianya dan harus memiliki nilai atau efek positif terhadap kehidupan manusia.
Semi melihat sastra sebagai sebuah bentuk sekaligus hasil dari pekerjaan kreatif, di mana manusia diposisikan sebagai objek, dengan bantuan bahasa sebagai medianya.
Secara singkat, Eagleton mengartikan sastra sebagai karya tulisan yang indah (belle letters). Karya ini mencatat sesuatu dengan bentuk bahasa yang estetik, seperti bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dipanjang-pendekkan, diputar balik, atau diubah dengan cara estetik lainnya.
Wellek dan Werren juga mendefinisikan sastra dengan sangat singkat. Menurut mereka, sastra adalah suatu kegiatan yang kreatif. Sastra serupa dengan karya seni.
Plato mendefinisikan sastra sebagai bentuk tiruan atau gambaran dari realitas (mimesis). Menurutnya, sesuatu dapat disebut sebagai karya sastra hanya jika berisi peneladanan alam semesta dan model dari kenyataan. Karenanya, sastra menurut plato jauh dari dunia ide.
Berbeda dengan Plato, Aristoteles melihat sastra sebagai bentuk kegiatan lain yang berhubungan dengan agama, ilmu pengetahuan dan filsafat.
Robert Scholes berpendapat bahwa sasatra adalah sebuah karya dalam bentuk kata-kata, bukan benda.
Sapardi menganggap sastra sebagai lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai media penyampaiannya. Menurutnya pula, sastra juga harus menampilkan gambaran kehidupan manusia sebagai bentuk kenyataan sosial.
Sastra dalam pandangan Panuti, merupakan sebuah karya tulisan maupun lisan yang mempunyai ciri khas dan keungggulan tersendiri. Hal tersebut meliputi keorisinilan, keartistikan, dan keindahan dalam isi atau ungkapannya.
Sastra atau kesusastraan adalah sebuah kegiatan seni yang menggunakan bahasa dan simbol lain, untuk menghasilkan karya yang sifatnya imajinatif.
Pendapat Ahmad Badrun serupa dengan Taum yang menganggap sastra adalah suatu karya cipta yang sifatnya fiksi dan imajinatif. Karya ini berisi bahasa atau kata-kata indah, yang memberi efek bagi orang yang membacanya.
Sastra dalam pandangan Tarigan adalah sebuah objek bagi pengarang dalam menumpahkan seluruh emosinya. Sastra dapat berisi perasaan sedih, kecewa, senang, marah, dan sebagainya.
Sastra adalah suatu bentuk yang imajinatif, fiktif dan inventif. Sastra juga harus memuat misi-misi yang mampu dipertanggungjawabkan.
Sastra adalah ungkapan personal manusia yang berisi pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, keyakinan dan semangat, yang disalurkan dalam sebuah gambaran konkret, dengan menggunakan bahasa.
Saryono menilai sastra sebagai sebuah karya yang dapat merekam atau memuat seluruh pengalaman empiris-natural maupun pengalaman non empiris-supra natural, melalui tulisan atau kata-kata. Dapat dibilang, sastra adalah saksi atau pengkritik kehidupan manusia.
Sastra bagi Sumarno adalah sebuah pengalaman atau eksresi pribadi yang dapat berupa pikiran, perasaan, ide, semangat, iman dalam gambaran yang nyata dengan alat bahasa.
Sastra merupakan kehidupan yang menampilkan gambaran dari realitas sosial. Damono menghubungkan kehidupan tersebut dengan hubungan antar masyarakat, masyarakat dengan individu, interpersonal dan intrapersonal (pergolakan batin seseorang).
Sastra merupakan salah satu dari sekian jenis karya tulis. Dalam memppelajari sastra tentu ada banyak ciri-ciri atau karakteriistik yang menanai jenis karya tersebut. Berikut ciri-ciri sastra menurut Luxemburg:
Sastra memiliki nilai penting bagi keidupan manusia. Maka dari itu, sastra pastinya memiliki fungsi yang beragam. Berikut fungsinya:
Sastra dapat memberi hiburan. Fungsi ini tidak hanya berarti memberi tawa, tetapi juga hiburan intelegen dengan wawasan baru yang informatif, membangkitkan sisi kemanusiaan, menginspirasi dan menjadi hiburan di kala jenuh.
Sastra harus memiliki nilai yang informatif, sehingga sastra dapat berfungsi untuk memberikan pengetahuan, wawasan, bahkan kebijaksanaan baru bagi penikmatnya.
Sebuah karya sastra tak hanya dapat menghibur dan memberi informasi. Layaknya sebuah seni, sastra juga harus memiliki nilai estetika yang tinggi. Dengan begitu, karya yang informatif tadi dapat dinikmati dengan baik oleh penikmatnya dan pesan atau gagasannya tersampaikan dengan baik.
Sastra mampu membuat penikmatnya berpikir dan lebih sadar akan kehidupan yang ditinggali, tentang isu-isu sosial yang sedang melanda dunia. Sebab, sastra adalah cerminan realitas.
Seperti yang disebut oleh Saryono, sastra adalah saksi sejarah manusia. Sastra dapat menjadi media yang menjadi saksi bisu atas peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar penulisnya. Dengan begitu, sastra adalah bukti atas suatu kejadian.
Sastra memiliki banyak jenisnya. Secara umum, sastra dapat dibagi menjadi dua jenis besar, yaitu fiksi dan non fiksi. Berikut contohnya:
Sastra berbentuk fiksi pun dibagi menjadi 2 bagian, yaitu puisi dan prosa. Seperti yang kita ketahui, contoh puisi adalah ‘Hujan Bulan Juni’ karya Sapardi Djoko Damono dan ‘Pelo’ karya Widji Thukul.
Prosa dapat berupa novel, cerpen, drama dan semacamnya. Contohnya adalah novel ‘Laskar Pelangi’ karya Andrea Hirata dan novel ‘Bumi Manusia’ karya Pramoedya Ananta Toer.
Sastra non fiksi biasanya berupa esai, kritik, sejarah, biografi, catatan harian dan surat-surat. Contohnya adalah buku ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’ oleh Kartini dan buku ‘An Autobiography: Soekarno’ karya Cindy Adams.