Pada dasarnya hampir setiap orang pasti pernah menggunakan atau mengonsumsi makanan yang mengandung zat aditif. Zat aditif didefinisikan sebagai suatu bahan yang ditambahkan untuk meningkatkan mutu, rasa, aroma, warna dan daya tahan makanan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 003 tahun 2012, definisi zat aditif makanan adalah bahan – bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuknya. Disebut juga sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang artinya sebagai bahan yang ditambahkan atau dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu, sifat atau bentuk pangan dalam Permenkes RI no.329/Menkes/PER/XII/76.
Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa zat aditif adalah bahan yang ditambahkan pada pangan dalam pemrosesan, pengolahan, pengemasan atau penyimpanan makanan untuk meningkatkan mutu makanan. Pemakaian zat aditif di Indonesia sudah diatur oleh Departemen Kesehatan dan diawasi oleh Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM).
Aturan Penggunaan Zat Aditif
Penggunaan zat aditif perlu ditetapkan oleh pihak – pihak yang memahami mengenai perubahan wujud zat pengertian contoh, memahami sifat – sifat materi kimia dasar dengan mudah dan telah paham mengenai apa itu ilu kimia mari mempelajari kimia dasar. Penggunaan zat tambahan pada makanan untuk tujuan tertentu terikat pada norma – norma yang harus ditaati seperti berikut :
- Dapat mempertahankan nilai gizi dalam makanan.
- Tidak mengurangi kandungan zat – zat esensial dalam makanan.
- Mempertahankan atau memperbaiki mutu dari makanan tersebut.
- Penampilan makanan menarik tetapi tidak mengandung unsur penipuan.
Jenis Zat Aditif Dalam Makanan
Pengertian zat aditif pada makanan dan contohnya dibedakan menjadi zat aditif alami dan sintetis. Zat aditif alami adalah yang dihasilkan dari proses alami dan bahan dari alam sementara zat aditif sintetis adalah yang dihasilkan dari proses kimia atau non alami. Beberapa jenis dari pengertian zat aditif pada makanan dan contohnya yaitu:
1. Penyedap Rasa
Bahan tambahan dalam makanan yang fungsinya menambah cita rasa dan mengembalikan cita rasa yang mungkin hilang saat proses pemasakan. Contoh penyedap rasa alami adalah bawang putih, garam dapur, cabe, dan lainnya. sedangkan contoh penyedap rasa sintetis adalah MSG atau vetsin, nukleotida seperti guanosin monofosfat (GMP).
2. Pewarna
Pewarna bisa berasal dari alam ataupun buatan. Pewarna alami berasal dari hewan atau tumbuhan, contohnya kunyit, daun pandan, buah naga, bit, dan lainnya. Contoh pewarna sintetis adalah Brilliant Blue FCF, Karmoisin, Eritrosin, dan Ponceau 4R. Rhodamin B dan Methanyl Yellow adalah pewarna sintetis yang dilarang.
3. Pemanis
Digunakan untuk menambah rasa manis pada makanan. Pemanis alami didapatkan dari tumbuhan seperti gula pasir dari sari tebu, gula jawa, gula aren, madu lebah atau madu bunga, dan kulit kayu. Contoh pemanis sintetis adalah siklamat, sakarin dan aspartam.
4. Pengawet
Digunakan untuk mengawetkan pangan agar bertahan lebih lama supaya tetap dapat dikonsumsi dalam kondisi yang baik. Pengawetan bisa dilakukan secara alami menggunakan garam dapur, gula. Bawang putih, dan cuka. Pengawetan secara kimia menggunakan natrium benzoat, asam benzoat, natrium nitrit, asam propionat, asam sorbat dan lainnya atau secara biologis dengan penambahan enzim papain dan bromelin.
5. Penambah aroma
Pengertian zat aditif pada makanan dan contohnya ini adalah berupa tambahan aroma tertentu pada makanan sehingga menggugah selera untuk dinikmati. Contoh pemberi aroma alami adalah daun jeruk, minyak atsiri, vanili, sereh. Contoh aroma sintetis adalah Etil Butirat, Amil Valerat, Oktil Asetat, Butil Asetat, Isobutil Propionat, Benzaldehida.
6. Penambah Asam
Pengertian zat aditif pada makanan dan contohnya untuk mengatur keasaman pada makanan untuk menghilangkan rasa mual ketika mengonsumsi makanan. Contoh penambah asam alami adalah jeruk nipis. Sedangkan contoh penambah asam sintetis adalah asam asetat, asam sitrat, asam laktat, asam tartrat, natrium bikarbonat dan amonium bikarbonat.
7. Antioksidan
Merupakan bahan tambahan pangan untuk menghambat, menunda atau mencegah kerusakan makanan secara oksidatif. Contoh antioksidan biasanya terbuat dari bahan kimia, yaitu Tokoferol, Alfa Tokoferol, Gama Tokoferol, Propil Galat, Asam Eritorbat dan garam natriumnya, Butil Hidrokuinon Tersier, BHT, BHA dan banyak lagi.
8. Pengemulsi, Pemantap dan Pengental
Zat aditif golongan ini ditambahkan pada makanan untuk membantu pembentukan sistem dispersi homogen. Contohnya Gom Arab, bahan aditif alami yang fungsinya dapat mengemulsi minyak dan air agar menyatu. Ada pula garam alginat dan gliserin sebagai bahan aditif buatan yang fungsinya untuk membuat makanan menjadi lebih pekat dan stabil sehingga teksturnya lembut.
9. Pengeras
Zat aditif yang ditambahkan untuk membantu membuat makanan menjadi lebih keras. Contoh dari pengeras buatan adalah kalium glukonat pada buah kalengan, alumunium amonium sulfat yang digunakan untuk acar ketimun yang dibotolkan.
10. Sekuestran
Zat ini berfungsi untuk mengikat ion logam polivalen jika ditambahkan pada makanan. Contohnya adalah asam fosfat pada lemak dan minyak makanan, kalium sitrat pada es krim, dan kalsium dinatrium EDTA.
11. Antikempal
Berupa bahan tambahan yang dapat mencegah proses penggumpalan atau pengempalan pada makanan seperti serbuk, tepung dan bubuk agar lebih mudah dikemas dan dikonsumsi. Biasanya antikempal ditemukan dalam susu berupa alumunium silikat, garam meja (kalsium alumunium silikat) dan sebagainya.
12. Pemutih
Zat pemutih digunakan untuk memutihkan bahan makanan, misalnya pada proses pembuatan tepung untuk mempercepat proses pemanggangan dan pemutihan tepung sehingga meningkatkan kualitas tepung. Contoh : asam askorbat, aseton peroksida, dan kalium bromat.
13. Penambah gizi
Zat yang ditambahkan pada suatu produk untuk meningkatkan nilai gizi dalam produk, dapat berupa mineral dan vitamin. Contoh : asam askorbat dalam minuman kemasan, feri fosfat, vitamin A, vitamin D dan sebagainya.
Selain pengertian zat aditif pada makanan dan contohnya yang memang diperuntukkan bagi bahan pangan, kerap kali ada oknum tidak bertanggung jawab yang juga menambahkan bahan aditif non pangan pada makanan. Beberapa bahan aditif non pangan yang dilarang penggunaannya adalah boraks, pewarna tekstil seperti rhodamin B, dan formalin yang semuanya bisa menimbulkan dampak buruk bagi tubuh dan pengertian zat pengatur dalam tubuh terutama masalah kesehatan serius bahkan hingga menimbulkan pengertian pencemaran lingkungan.