Malang merupakan sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur. Kota Malang ini adalah kota terbesar kedua setelah Surabaya di Jawa Timur. Jumlah penduduk di Kota Malang sekitar 843.810 jiwa. Namun belum lama telah terjadi gempa bumi di Malang yang mengakibatkan dampak besar.
Pada Sabtu, 10 April 2021 tepatnya pada pukul 14.00 WIB telah terjadi gempa bumi dengan magnitudo 6,1 di Jawa Timur. Pusat gempa bumi terletak pada koordinat 112,48 derajat BT dan 8,95 derajat LS atau sejauh 90 km dari barat daya Kabupaten Malang. Gempa ini berpusat di bagian selatan Kabupaten Malang telah dirasakan oleh 32 kabupaten di Jawa Timur. Gempa juga terasa sampai ke sebagian Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali dan Sumbawa. Gempa Malang ini terjadi pada kedalaman 25 km.
Hingga pukul 21.00 WIb, gempa tersebut telah memakan korban sebanyak 8 korban jiwa meninggal dunia, 5 orang dari daerah Lumajang, dan 3 orang dari Malang. Tidak hanya itu, gempa ini juga telah menimbulkan kerugian material yang tercatat berupa kerusakan 344 rumah, 1 pondok pesantren, 11 sarana pendidikan, 6 sarana ibadah, 7 kantor pemerintahan serta 1 rumah sakit.
Meskipun BKMG telah menyatakan gempa tidak berpotensi tsunami, namun gempa Malang harus tetap diwaspadai karena dimungkinkan akan muncul gempa susulan. Dengan benar, gempa susulan terjadi pada Minggu, 11 April 2021 sebanyak delapan kali dengan kekuatan magnitudo sekitar 3,1-5,3 skala ritcher.
Penyebab Terjadinya Gempa di Malang
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG yakni Daryono telah mengemukakan bahwa episentrum gempa bumi yang terjadi pada bagian selatan Malang letaknya berdekatan dengan pusat gempa bumi yang merusak Jawa Timur pada masa silam yaitu tahun 1896, 1937, 1962, 1963, dan 1972. Area gempa bumi selatan Malang tersebut memang adalah kawasan aktif gempa yang sering terjadi.
Pulau Jawa dipengaruhi oleh zona penunjaman Lempeng Indo-Australiake bawah Lempeng Eurasia di bagian selatan di mana dapat memberikan kontribusi pada tekanan tektonik yang berupa adanya sesar-sesar aktif di daratan. Dengan kata lain, gempa Malang terjadi akibat adanya kegiatan zona subduksi yang terbentuk akibat terjadi tumbukan antara Lempeng Indo-Australia dengan Lempang Eurasia.
Berdasarkan penelitian Dr Ir Amien Widodo selaku peneliti senior Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan Dan Perubahan Iklim Institute Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya menjelaskan bahwa tumbukan lempeng tersebut terjadi sekitar 200 km dari pantai selatan Jawa. Hal itu dikarenakan posisi tumbukan miring sehingga sepanjang jalur tumbukan dua lempeng itu yang akhirnya menimbulkan gempa bumi.
Cara Menanggulangi Gempa Malang
Sehari setelah terjadinya gempa, BNPB telah menyalurkan dana siap pakai sebesar Rp1 miliar untuk penanganan dampak dari bencana gempa bumi yang telah terjadi di beberapa wilayah yang berada di Jawa Timur. Selain berupa dana, BNPB juga sudah menyiapkan cara penanganan lain yaitu melakukan pembangunan kembali rumah warga yang rusak sedang maupun ringan yang dilakukan secara swakelola dengan pendanaan yang diajukan kepada BNPB.
Cara penanganan darurat lainnya yaitu dengn mendirikan pos komando (posko) untuk dapat membantu dalam mengelola pelayanan kepada warga yang terdampak seperti dapur umum dan pengungsian. BPBD Lumajang mendirikan dua tenda pengungsian yang berlokasi di Desa Kaliuling, Kecamatan Tempursari. Selain itu, BPBD Jawa Timur sudah mendorong adanya dustrubusi logistik berupa sembako seperti beras, lauk-pauk, makanan instan, makanan bergizi, mie instan, selimut, terpal dan sebagainya.