Mempelajari Perkembangan Moral Menurut Kohlberg Secara Lengkap

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Lawrence Kohlberg merupakan psikolog yang lahir pada tanggal 25 Oktober tahun 1927 dan dibesarkan di Brouxmille, New York. Tahun 1948, Kohlberg masuk Universitas Chicago dan setahun kemudian mendapat gelar Bachelor dalam bidang psikologi. Kemudian tahun 1958 Kohlberg lulus S3 dengan disertasi berjudul The Development of Modes of Thinking and Choices in the year 10 to 16. Disertasi ini menjadi landasan teori tahapan-tahapan perkembangan moral Kohlberg.

Teori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh teori perkembangan moral kognitif yang dirintis oleh psikologi Swiss yaitu Jean Piaget. Kohlberg yang membagi tahap-tahap perkembangan moral dari masa anak-anak sampai dewasa. Selain Piaget, pemikiran-pemikian Kohlberg juga dipengaruhi oleh John Dewey, Baldwin, dan Emile Durkheim. Kohlberg adalah seorang penulis produktif yang telah menerbitkan berbagai buku mengenai psikologi, Pendidikan dan filsafat.

Tahapan perkembangan moral ialah pekembangan penalaran moral yang didasarkan pada ukuran tinggi rendahnya moral seseorang. Teori yang disampaikan Kohlberg menyatakan bahwa perilaku sopan santun yang didasari pada penalaran dapat dikelompokkan ke dalam enam tahapan. Keenam tahapan perkembangan moral tersebut dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan yaitu pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional.

1. Pra-konvensional

Masa pra-konvensional adalah masa yang umumnya terjadi pada anak-anak dimana pada masa ini individu mulai tanggap terhadap aturan-aturan budaya yang berlaku di masyarakat dan kehidupan sekitarnya. Aturan ini berupa aturan dasar yang membedakan baik dan buruk, benar dan salah. Penilaian aturan ini dilihat secara langsung berdasarkan konsekuensi dari perilaku dalam aturan tersebut. Tingkat pra-konvesional ini dibagi menjadi dua tahapan yaitu tahap orientasi hukuman dan kepatuhan serta tahap orientasi relativis instrumental.

  • Tahap orientasi hukuman dan kepatuhan
    Pada masa ini, individu terfokus bahwa suatu tindakan akan memberikan dampak secara langsung pada dirinya sendiri. Secara moral, individu akan berpikir jika suatu tindakan dikatakan salah jika mendapat konsekuensi berupa hukuman. Anggapan yang berkembang pada tahap ini ialah tindakan akan dikatakan semakin salah jika hukuman yang diberikan semakin berat. Sedangkan tindakan yang tidak mendapat hukuman dianggap sebagai suatu tindakan yang benar. Hukuman inilah yang kemudian memengaruhi kepatuhan.
  • Tahap relativis instrumental
    Penalaran tahap kedua ini menunjukkan perhatian pada pengaruh suatu tindakan terhadap kepentingan diri sendiri, sehingga kurangnya perhatian terhadap kepentingan orang lain. Pada tahap ini, suatu tindakan dikatakan benar jika tindakan tersebut mampu memenuhi kebutuhan atau memberi keuntungan pada diri sendiri atau orang lain dan tidak menimbulkan kerugian. Penggambaran hubungan antar individu ialah sebagai hubungan timbal balik dengan menempati kedudukan yang cukup penting.

2. Konvensional

Tahap tingkatan yang kedua ini biasanya dialami oleh remaja atau orang dewasa. Pada tahapan ini, individu menilai moralitas dari suatu tindakan dengan membandingkannya dengan pandangan dan harapan dari berbagai kalangan seperti keluarga, kelompok komunitas dan kelompok masyarakat. Pada masa ini menekankan individu untuk mengakui tata tertib dan berusaha secara aktif untuk menjalin hubungan baik dengan individu lain. Masa konvensional dibagi menjadi dua tahapan yaitu :

  • Tahap penyesuaian dengan kelompok dan orientasi menjadi “anak manis”
    Pada tahap ini individu memiliki pandangan bahwa tindakan yang diakui dan akan diterima oleh individu lain adalah berupa tindakan yang menyenangkan dan memiliki manfaat bagi orang lain atau kelompok. Jadi, setiap individu akan berusaha untuk dapat menyenangkan individu lain untuk dapat dianggap bermoral. Maka dari itu, pada tahapan ini individu berusaha memenuhi kriteria “anak manis” untuk dapat diterima dan menyesuaikan diri dengan kelompok tempatnya berada.
  • Tahap orientasi hukum dan ketertiban
    Penalaran moral pada tahap ini mengusung konsep kepentingan kelompok harus berada diatas kepentingan diri sendiri. Individu selalu memiliki pandangan yang mengarah pada kekuasaan, cara memenuhi aturan dan usaha untuk memelihara ktertiban sosial. Individu percaya dengan menjaga tata tertib akan menciptakan kondisi yang nyaman dalam kelompok atau komunitasnya.

3. Pasca Konvensional

Tingkatan ketiga ini juga dikenal dengan tingkatan berprinsip. Pada masa ini individu menciptakan sendiri norma-norma dan prinsip moral sendiri tanpa mengaitkan dengan kekuasaan kelompok maupun individu lain. Pada tingkatan ini terpisahnya individu dengan masyarakat kelompok semakin jelas. Tingkatan pasca konvensional ini terbagi menjadi dua tahapan, yaitu :

  • Tahap kontrak sosial
    Pada tahapan ini individu menyadari perbedaan antara individu dan pendapat. Kematanagn moral yang tinggi menjadi ciri khas utama tahapan ini. Individu dipandang sebagai pemiliki pendapat-pendapat dan nilai-nilai yang berbeda. Hal yang penting adalah bahwa individu ingin merasa dihargai dan dihormati tanpa adanya keberpihakan. Pada masa ini tindakan yang dianggap bermoral merupakan tindakan-tindakan yang mampu mencerminkan hak individu dan memenuhi ukuran yang telah diuji dan telah disepakati oleh masyarakat luas. 
  • Tahap prinsip etika universal
    Tahapan ini ialah tahapan tertinggi. Hal ini dikarenakan penalaran moral didasarkan pada penalaran abstrak dengan menggunakan  prinsip universal. Menurut Kohlberg syarat atas prinsip moral universal, yaitu komprehensif, universal, dan konsisten (tidak ada kontradiksi dalam penerapannya). Pada tahapan ini moral dipandang benar tidak harus dibatasi oleh hukum atau aturan dari kelompok sosial atau masyarakat. Pada tahapan ini individu membayangkan apa yang akan dilakukan seseorang saat menjadi orang lain, yang juga memikirkan apa yang dilakukan bila berpikiran sama.
fbWhatsappTwitterLinkedIn