Daftar isi
Dalam pelajaran sejarah atau saat mengunjungi museum kita pasti pernah melihat sebuah prasasti batu. Pada jaman dahulu, prasasti sudah menjadi sebuah hal yang umum. Lalu, apakah arti dari Prasasti itu sendiri? Berikut ini kami akan jelaskan.
Pengertian Prasasti
Pengertian Secara Umum
Kata prasasti berasal dari bahasa Sanskerta, dengan arti sebenarnya adalah “pujian”. Namun kemudian dianggap sebagai “piagam, maklumat, surat keputusan, undang-undang atau tulisan”.
Di kalangan arkeolog prasasti disebut inskripsi, sementara di kalangan orang awam disebut batu bertulis atau batu bersurat.
Meskipun berarti “pujian”, tidak semua prasasti mengandung puji-pujian (kepada raja). Sebagian besar prasasti diketahui memuat keputusan mengenai penetapan sebuah desa atau daerah menjadi sima atau daerah perdikan.
Sima adalah tanah yang diberikan oleh raja atau penguasa kepada masyarakat yang dianggap berjasa. Karena itu keberadaan tanah sima dilindungi oleh kerajaan.
Dari yang diketemukan di beberapa tempat di Indonesia, Prasasti yang terlihat menunjukkan hubungan antara Indonesia dengan India antara lain Prasasti Mulawarman di Kalimantan yang berbentuk Yupa, Prasasti Purnawarman di Jawa Barat. Prasasti ditulis dalam bentuk syair menggunakan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta.
Pengertian Menurut KBBI
Jika dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, pengertian dari prasasti adalah sebuah piagam yang ditulis di batu, tembaga dan sebagainya.
Sejarah Prasasti
Sampai saat ini prasasti di Indonesia teridentifikasi berasal dari abad ke-5 Masehi, dari kerajaan Kutai yaitu Yupa, Kalimantan Timur. Prasasti itu berisi tentang hubungan geneologi di masa pemerintahan raja Mulawarman.
Prasasti Yupa adalah prasasti batu yang tertulis dengan huruf Pallawa serta bahasa Sansekerta. Periode terbanyak keluarnya prasasti pada Abad ke-8 sampai abad ke-14.
Pada saat itu aksara banyak dipakai ialah Pallawa, Sanskerta, Prenagari, Jawa Kuno, Sunda Kuno, Melayu Kuno, dan Bali Kuno. Bahasa yang dipakai juga beranekaragam dan biasanya ialah bahasa Sansekerta, Jawa Kuno, Bali Kuno, dan Sunda Kuno.
Fungsi Prasasti
Di antara berbagai sumber sejarah kuno Indonesia, seperti naskah dan berita asing, prasasti dianggap sumber terpenting karena mampu memberikan kronologis suatu peristiwa. Ada banyak hal yang membuat suatu prasasti sangat menguntungkan dunia penelitian masa lampau.
Selain mengandung unsur penanggalan, prasasti juga mengungkap sejumlah nama dan alasan mengapa prasasti tersebut dikeluarkan. Prasasti merupakan bukti autentik tentang kehidupan sosial, budaya, politik, dan ekonomi masyarakat pada masa lampau, yang tidak lepas dari kehidupan serta kekuasaan raja beserta pejabat-pejabat kerajaan.
Ada prasasti yang berisi penentuan batas sima/perdikan, hukum, pajak, kemenangan raja, pendirian bangunan suci, dan bahkan silsilah.
Tujuan Prasasti
Pada masa Kerajaan Mataram Hindu pada abad ke-7, raja-raja yang memerintah membangun suatu sistem penyampaian perintah yang cepat dan tertera hitam di atas putih. Karena pada masa tersebut belum ditemukan kertas dan tinta.
Media yang digunakan adalah prasasti yang dibuat dari batu atau logam. Kemudian di atas bahan-bahan tersebut ditatah serta digoreskan aksara demi aksara.
Pada masa itu, orang telah mengenal aksara Jawa Kuna, serta aksara Dewanagari. Adapun bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa Kuna, bahasa Sanskerta, dan Melayu Kuna, sebagaimana terbukti dari prasasti emas yang ditemukan di daerah Ratu Boko.
Pada prasasti tersebut digunakan bahasa Jawa Kuna (bahasa ibu), bahasa Sanskerta (untuk kepentingan keagamaan), dan bahasa Melayu Kuna (untuk perdagangan).
Bahan Pembuat Prasasti
Pahatan aksara di atas prasasti merupakan hasil karya para penulis prasasti yang biasa disebut dengan citralekha. Dalam memahat prasasti seorang citralekha menggoreskan aksara sesuai dengan kemampuan dan keinginannya, dalam arti tidak ada bentuk yang baku.
Para citralekha cukup mudah mendapatkan bahan prasasti, karena logam pada masa Jawa Kuna merupakan komoditi yang diperjualbelikan dengan leluasa. Supaya siap digunakan sebagai “kertas tulis” logam harus disiapkan sampai berbentuk lempengan yang akan digores dengan aksara.
Pada prasasti berbahan batu, pengerjaannya juga melalui tahapan pemilihan bahan, menjadikan bongkahan batu ke dalam bentuk yang diinginkan, serta menyiapkan permukaannya sebagai bidang yang siap untuk dipahat membentuk aksara.
Pada saat mengguratkan tulisan pada logam atau batu, citralekha menggunakan alat semacam tatah. Namun, sebelumnya isi prasasti telah ditulis terlebih dahulu dengan menggunakan arang, kapur, atau ujung daun buah kosamra.
Dalam naskah-naskah kuno dijumpai gambaran tentang cara kerja para citralekha yang menggunakan pisau tulis untuk menggores atau menggurat aksara. Disebutkan bahwa ada dua orang yang berperan dalam penulisan prasasti.
Mereka terdiri atas seorang juru tulis kerajaan yakni citralekha yang menulis perintah raja, dan seorang penatah prasasti yakni anatah prasasti/likhitapatra yang menatahkan kalimat-kalimat pada batu atau lempengan logam.
Contoh Prasasti di Indonesia
- Prasasti Muara Cianten atau Prasasti Pasir Muara, Ciampea, Bogor, 536
- Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor, abad ke-5
- Prasasti Pasir Awi atau Prasasti Ciampea, Citeureup, Bogor
- Prasasti Tukmas, Dakawu, Grabag, Magelang, Jawa Tengah, ~ 500
- Prasasti Canggal, Candi Gunung Wukir, Desa Kadiluwih, Salam, Magelang, Jawa Tengah, 732.