Seni

Seni Lukis Realisme : Pengertian, Ciri, Tokoh, dan Contoh Karya

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Seni lukis merupakan karya seni rupa dua dimensi yang terbentuk dan tersusun dari unsur-unsur rupa yaitu titik, garis, bidang, bentuk, ruang, warna, tekstur, dan gelap terang. Seni rupa sendiri memiliki artian sebagai cabang seni dimana karyanya ditungakan dalam media yang dapat ditangkap oleh mata dan dirasakan dengan rabaan.

Karya dalam seni rupa sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu karya seni rupa dua dimensi dan karya seni rupa tiga dimensi. Seni lukis sendiri merupakan cabang dari seni rupa yang berfokus pada bentuk dua dimensi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) seni lukis diartikan sebagai salah satu cabang seni yang berfokus pada gambar-menggambar dan lukis-melukis. Seni lukis sendiri dibedakan menjadi beberapa aliran sesuai dengan perkembangannya, salah satu alirannya adalah aliran realisme.

Realisme merupakan suatu aliran seni yang mengangkat peristiwa keseharian yang dilalui oleh banyak orang atau masyarakat luas. Penggunaan kata realisme disini bukan merujuk pada tingkat keakuratan atau kemiripan atau keakuratan gambar lukisan dengan referensinya.

Aliran yang mengusung ide tersebut disebut sebagai aliran naturalisme. Meskipun gambar yang dilukiskan realistis (naturalis tepatnya) sejalan dengan ide penggambaran realistis yang ingin dicapai oleh pergerakan ini.

Pengertian Seni Lukis Realisme

Seni lukis realisme merupakan salah satu aliran seni lukis modern yang pertama kali dimulai di Perancis pada tahun 1840. Realisme merupakan aliran seni lukis yang melukiskan hal-hal dalam kehidupan sehari-hari seperti aslinya dan nyatanya. Aliran seni realisme hampir menyerupai dengan naturalisme.

Hanya saja pada naturalisme lebih menitik beratkan untuk melukiskan atau menggambarkan keindahan alam sesuai dengan keadaan nyatanya tanpa melebih-lebihkan. Sedangkan, aliran realisme menggambarkan atau melukiskan kegiatan terkait kehidupan sehari-hari tanpa melebih-lebihkan dan sesuai dengan keadaan nyatanya.

Lebih details sejarah dari seni lukis realisme sendiri dimulai dari Royal Academy of Painting and Sculpture dimana telah mendominasi sirkulasi produk kesenian di Perancis selama hampir dua abad. Perancis sendiri dikenal sebagai pusat kebudayaan seni yang paling unggul di dunia pada masa itu.

Berasumsi untuk menjaga keunggulannya, Akademi Seni Perancis menetapkan standar-standar tertentu untuk karya seni diseluruh Eropa. Salah satu caranya adalah dengan memberikan berbagai pelatihan untuk para seniman muda berbakat. Selain itu, akademi ini juga mengkurasi dam memilah karya yang layak dipamerankan di galeri The Paris Salon.

Akademi menetapkan tema yang diambil dari mitologi klasik, Alkitab, literatur, atau sejarah manusia sebagai tema terbaik. Hanya sebagian kecil pelukis ternama yang diizinkan melukis dalam genre ini, dan karya inilah yang paling diangkat oleh Akademi.

Genre juga dijadikan tolak ukur untuk melakukan penilaian. Potret tokoh penting dan kelas atas dianggap menjadi genre yang paling baik. Disusul oleh lukisan pemandangan dan still life (benda mati: gelas, ceret, makanan, dan lain sebagainya).

Seiring berjalannya waktu, Akademi tersebut dianggap semakin tidak mampu untuk mengakomodir keadaan zamannya oleh sebagian seniman. Sebagian seniman merasa standar yang ditentukan oleh Akademi tersebut terlalu kaku untuk zaman modern. Tema yang ditentukan terlalu pilih kasih dan dinilai tidak adil untuk semua kalangan manusia.

Maka, munculah para pelukis Realisme yang menggantikan gambaran idealistik dari seni tradisional dengan peristiwa keseharian dikehidupan nyata. Mengangkat masyarakat biasa untuk mendapatkan kehidupan sehari-hari ke dalam kanvas adalah manifestasi awal keinginan avant grade untuk menghubungkan seni pada kehidupan masyarakat umum.

Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) realisme sendiri diartikan sebagai aliran kesenian yang berusaha melukiskan atau menceritakan sesuatu bagaimana kenyataannya. Ketika pelukis berusaha meniru referensi semirip mungkin, pelukis sedang berusaha untuk menciptakan lukisan yang sealamiah mungkin (natural) mirip dengan aslinya, menirukan alam.

Maka dari itu, istilah yang lebih sesuai untuk hal tersebut sebetulnya naturalis, bukan realis. Beberapa ahli berpendapat bahwa realisme adalah gerakan seni modern yang pertama. Karena realisme dinilai telah menolak bentuk

Ciri Seni Lukis Realisme

Ciri dari seni lukis realisme antara lain:

  • Mengangkat peristiwa keseharian yang dialami oleh orang kebanyakan.
  • Menggambarkan masyarakat dan situasi kontemporer yang nyata dan khas dengan lingkungan keadaan sehari-harinya.
  • Karya realis menggambarkan manusia dari semua kelas dalam situasi dan kondisi aslinya.
  • Realisme tidak setuju terhadap subjek seni yang dibesar-besarkan (dramatis) ala Romantitisme.
  • Memiliki detail gambar yang menyerupai aslinya (natural) melalui teknik tinggi yang dikuasai oleh pelukisnya.
  • Tidak menutupi kehidupan rakyat sederhana yang tidak memiliki rumah mewah atau pakaian mahal seperti kaum bangsawan.
  • Objektif terhadap kaum atas, dalam artian tidak hanya kebaikannya saja yang diperlihatkan. Misalnya: mengangkat peristiwa tragisnya perang yang dihasilkan oleh permainan politik kelas atas atau melalui penggambaran pion-pion kecil dibawahnya.

Tokoh Seni Lukis Realisme

Gustave Courbet

Gustave Courbet merupakan salah satu pencetus munculnya aliran seni rupa Realisme dipertengahan abad ke-19. Gustave menolak gaya klasik dan didominasi Akademi Seni di Perancis. Karyanya berfokus pada realitas fisik benda-benda yang diamati walaupun kenyataan itu dinilai tidak indah dan memiliki muatan yang dianggap terlalu kontras.

Courbet melihat Realisme merupakan sarana untuk memperjuangkan hak-hak kaum tani dan rakyat biasa di negaranya. Courbet sendiri juga dikenal sangat berani karena tanggapannya terhadap pergolakkan politik di Perancis. Para kritikus menilai karyanya sebagai pengaruh penting dalam memicu para seniman modern awal lainnya seperti Edouard Manet dan Claude Monet.

Thomas Eakins

Thomas Eakins adalah seorang pelukis sekaligus pemahat yang berasal dari Amerika Serikat. Eakins memperdalam ilmu seninya di Eropa tepatnya di Sekolah Seni Rupa Pennsylvania. Ditempat itu kemudian Eakins memperoleh gelar profesornya dan membuat berbagai karya seni lukis.

Pelukis satu ini terkernal sebagai sosok kontroversial karena mempekerjakan model telanjang dalam kelasnya sehingga Eakins sempat diberhentikan. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Gross Clinic.

Jean-Francois Millet

Jean-Francois Millet merupakan seorang pelukis dengan kewarganegaraan Perancis. Millet merupakan seseorang yang turut andil dalam pendirian sekolah Barbizon di Perancis. Dari kedermawaannya tersebut, Millet dikenal dengan seniman yang menyukai kehidupan sederhana. Hal ini tentunya memberikan perbedaan mencolok dengan kehidupan seniman pada umumnya.

Millet memiliki ketertarikan untuk melukis masyarakat biasa yang memiliki pekerjaan fisik. Karena dari gambarannya menunjukkan kebajikan dari masyarakat biasa tersebut. Hasil karyanya terkenal dengan adanya pesan religious yang sering menyertai lukisannya.

Salah satu karyanya yang terkenal adalah lukisan yang bernama Potato Harvest. Lukisan tersebut menggambarkan para petani yang bekerja di perkebunan dan sedang memanen kentang. Karena banyak membuat lukisan yang mendukung kelas petani, karyanya tidak begitu disukai oleh kebanyakan kaum kalangan atas.

Edouard Manet

Edouard Manet merupakan seorang pelukis yang berasal dari Perancis. Manet merupakan sosok penting dalam transisi dari seni lukis Realisme ke Impresionisme. Manet sendiri sebenarnya bergerak dan melukis bersama para Impresionis namun menolak menggunakan teknik serupa.

Lahir dikeluarga kelas atas dengan koneksi politik yang kuat, Manet ‘menolak’ prospek masa depan yang cerah dari keluarganya dan memilih bergelut dengan dunia seni.

Raden Saleh

Maestro pertama yaitu Raden Saleh Sjarif Boestaman atau sering dikenal dengan Raden Saleh. Raden Saleh lahir pada tahun 1881 di Semarang, Jawa Tengah. Diektahui bahwa semenjak kecil Raden Saleh telah menunjukkan bakatnya dalam bidang seni terutama seni lukis.

Hal itu ditambah dengan dukungan keluarga serta biaya oleh gubernur Jenderal G.A.G.Ph. Van Der Capellen untuk belajar ke Belanda pada tahun 1829. Semenjak belajar di Belanda Raden Saleh terpengaruh dengan tokoh romantisme Delacroix yang menciptakan karya lukis romantisme yang begitu realis pada abad 19.

Melalui karyanya terlihat maksud untuk menyindir nafsu manusi yang terus mengusik makhluk lain. Misalnya dengan berburu singa, rusa, banteng, dan lain-lain.

Berkat usaha dan reputasi karyanya Raden Saleh memiliki banyak prestasi dibidang artistiknya. Karya-karyanya dikenal diberbagai museum dalam dan luar Indonesia. Karya lukisannya pernah dipamerkan di museum akbar seperti Rijkmuseum, Amsterdam, Belanda dan dipamerkan dimuseum bergengsi Louvre, Paris, Perancis.

Pada tahun 1883 diadakan pameran di Amsterdam untuk memperingati wafatnya Raden Saleh. Lukisan yang dipamerkan yaitu berjudul Hutan Terbakar, Berburu Kerbau di Jawa, dan Penangkapan Pangeran Diponegoro. Raden Saleh juga mendapatkan penghargaan dari tanah air berupa Piagam Anugerah Seni sebagai Perintis Seni Lukis di Indonesia pada tahun 1969.

Sindoesoedarsono Soedjojono

Soedjojono sering dikenal sebagai Bapak Seni Lukis Indonesia Modern atau biasa dikenal dengan nama S. Soedjojono. Soedjojono merupakan seorang kritikus seni rupa yang lahir di Sumatera Utara pada 14 Desember 1913.

Sebelum menjadi seorang pelukis, Soedjojono menjadi salah satu guru di Taman Siswa pada tahun 1931 di Banyuwangi. Selama mengajar, Soedjojono mulai untuk menekuni bakatnya yang ada pada dirinya sebagai pelukis. Dengan ciri khas kasar atau bertekstur yang berbeda dengan yang lain.

Awal karirnya dimulai pada tahun 1937 dimana Soedjojono mengikuti pameran untuk pertama kalinya di Kunstring Jakarya, Jakarta beserta peserta pelukis Eropa. Hal inilah yang menjadi jalan Soedjojono terkenal menjadi pelukis dan menjadi pionir mendirikan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi). Karya lukisnya yang terkenal yaitu Di Depan Kelambu Terbuka, Cap Go Meh, Pengunso serta Seko.

Barli Sasmitawinata

Barli Sasmitawinata adalah seorang seniman pelukis realis segaligus guru di ITB (Institut Teknologi Bandung) terkenal di Indonesia dan lahir di Bandung 18 Maret 1921. Barli merupakan satu-satunya orang pribumi yang memperoleh kesempatan untuk belajar langsung di studio milik Jos Pluimentz, pelukis asal Belgia yang tinggal di Bandung pada tahun 1935.

Dari sinilah Barli mulai banyak belajar melukis objek benda dan alam yang berguru ke Luigi Nobili seorang pelukis Italia. Dari studio itulah Barli mengenal pelukis-pelukis lain, yaitu Affandi, Hendra Gunawan, Sudarso, dan Wahn.

Dari perkenalan tersebut tercipta kelompok yang bernama lima atau dikenal dengan sebutan Kelompok Lima Bandung. Kelompok ini lebih fokus berkarya sambil belajar sehingga membentuk banyak seniman-seniman besar tanah air.

Selain dikenal sebagai seniman, Barli juga dikenal sebagai akademisi yang menjunjung tinggi pentingnya pendidikan. Pada tahun 1984, Barli mendirikan studio lukis Jiwa Mukti bersama Karnedi dan Sartono. Karena kiprahnya, Barli mendapat beasiswa belajar di Paris dan Amsterdam.

Dari Eropa, Barli memperoleh banyak pengetahuan teknik melukis realistik dan membawa pengaruhnya di Indonesia. Sepulang dari Eropa, Barli mendirikan studio Rangga Gempol dan tetap bertahan menjadi Bale Seni Barli di Padalarang.

Barli juga dikenal sebagai salah satu pengajar di Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB serta menjadi inisiator berdirinya program studi pendidikan seni rupa di IKIP Bandung (sekarang UPI). Karya-karyanya pernah dipamerkan didalam maupun luar negeri. Koleksinya juga dipamerkan di Museum Barli Bandung. Pada tahun 2000, Barli menerima penghargaan Satyalancana Kebudayaan dari Presiden Republik Indonesia.

Contoh Karya Seni Lukis Realisme

Lukisan Realisme A Burial at Ornans dan Analisisnya

Sebagai contoh lukisan aliran realisme, lukisan itu berdasarkan fakta penguburan nyata dan menghindari konotasi spiritual yang dilebih-lebihkan. Courbet sengaja memberikan penekanan pergantian cahaya pada lukisan untuk menekankan bahwa kehidupan itu tidaklah abadi.

Sedangkan, tenggelamnya matahari merupakan suatu simbol yang dapat diartikan untuk transisi besar dari ketidakabadian manusia menuju keabadian di alam sana. Pada lukisan ini Courbet ingin menyampaiakan sesuatu sesuai dengan apa yang dilihatnya. Untuk itu, lukisannya berfokus pada realitas fisik benda yang dia amati walaupun benda tersebut sebagai sesuatu yang tidak indah.

Beberapa kritikus dimasa lalu melihat kepatuhan terhadap fakta-fakta dari kematian sebagai penghinaan agama. Karena pada masa itu melukiskan tema kematian lazimnya adalah dengan menggunakan Alegori dari riwayat manusia dan kisah yang terdapat di Alkitab. Melukiskan prosesi pemakaman seperti ini masih dianggap kontroversial pada masanya.

The Potati Harvest dan Analisisnya

Millet menggambarkan para petani kentang dalam salah satu adegan keseharian para petani ketika sedang bekerja. Lukisan ini menunjukkan betapa kerasnya pekerjaan yang dilakukan oleh para petani kentang untuk bertahan hidup.

Adegan yang diambil spesifik adalah ketika para petani sedang memanen kentang. Para petani tidak berhenti bekerja hingga matahari mulai tenggelam. Millet mangangkat harkat derajat kaum petani sebagai fondasi dari kehidupan sosial yang langsung berhubungan dengan kebutuhan utama manusia, yaitu bahan makanan.

A Bar at The Folies Bergere dan Analisisnya

Manet menggambarkan suasana keseharian di Bar tempat dimana Manet biasa bercengkrama sambil menggambar atau melukis dengan beberapa temannya. Manet memilih subjek sehari-hari yang selama itu tidak pernah diangkat karena dinilai tabu.

Pada lukisan ini Manet sengaja menambahkan sosok pria dibagian cermin Bar. Karakter tersebut seharusnya tidak tersorot jika menggunakan perspektif yang akurat. Namun, dengan menambahkan sosok tersebut karyanya menjadi enigmatik dan memberikan pertanyaan apakah sebetulnya sosok tersebut ada atau tidak.

Permainan perspektif yang sengaja sedikit dimainkan dan tidak akurat pada lukisan ini adalah salah satu alasan mengapa Manet disebut-sebut sebagai salah satu Bapak Seni Modern.

Perburuan Banteng (1855) dan Analisisnya

Lukisan yang juga disebut sebagai “Wild Bull Hunt” atau “La Chasse au Taureau Sauvage” merupakan salah satu karya Raden Saleh yang sangat terkenal. Karya ini memiliki tema perburuan yang memperlihatkan konflik antara manusia dan hewan yang liar dan dramatis. Lukisan ini dinilai unik karena melibatkan self-potrait dimana Saleh melukiskan dirinya sendiri di atas kuda cokelat yang gagah.

Lukisan dengan media oil painting ini merupakan pesanan dari seorang pedagang gula dan kopi di abad ke-19 bernama Jules Stanislas Sigisbert Cezart. Karya ini kemudian dijual dan diwariskan ke beberapa generasi, hingga kemudian ditemukan kembali di rumah seorang warga Perancis pada Agustus 2017.

Lukisan ini terkahir dimiliki oleh kolektor seni anonim dari Indonesia yang menawarkan harga tertinggi pada kegiatan lelang di Vannes, Perancis. Dikabarkan terdapat beberapa karya Raden Saleh yang hilang dalam kebakaran disebuah pameran seni kolonial di Paris pada tahun 1931.

Lainnya, sekitar ada 30 karya Saleh yang dikenal di Indonesia, termasuk enam diantarannya dalam koleksi kepresidenan Istana Merdeka.

Pejuang Napitupulu (1964) dan Analisisnya

Pejuang Napitupulu merupakan salah satu karya Barli yang sangat terkenal. Dalam lukisan tersebut terlihat sesosok pria yang sedang mengenakan seragam militer zaman kolonial. Lengkap dengan sabuk yang sekaligus mengikat granat genggam dan senjata.

Kumis yang klimis merupakan salah satu ciri khas zaman kolonial yang belakangan menjadi trend juga hari ini dikalangan anak muda. Napitupulu adalah salah satu marga batak yang berasal dari sub-suku Toba.

Pada lukisan ini dapat dilihat bagaimana pendidikan di Eropa mempengaruhi teknis dan estetika Barli. Warna bumi (earth tone) digunakan untuk memahat detail lukisan. Efek cahaya yang dramatis juga membangun suasan dari lukisan.

Pose bertolak pinggang dilengkapi pandangan mata yang sangar menunjukkan sisi dominan pria agar tampak kontras dengan perempuan. Semua ciri-ciri tersebut sangat akrab dijumpai pada lukisan-lukisan Eropa zaman kolonial. Disini sudah tampak salah satu ciri khas Barli yang tidak ragu untuk menggunakan garis-garis tegas pada sebagian tepian objek lukisannya, meskipun tampak realistik adalah targetnya.