Sistem Reproduksi Cumi-Cumi

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info
Cumi-cumi

Sama seperti halnya manusia yang mengalami pertumbuhan, cumi-cumi pun mengalaminya. Pertumbuhan pada cumi-cumi dimaksudkan sebagai pertambahan ukuran baik berupa peningkatan bobot tubuh cumi-cumi atau panjang cumi-cumi.

Semua ini bergantung pada jumlah makanan yang tersedia serta faktor-faktor lingkungan lainnya seperti suhu, oksigen yang larut, umur dan kematangan gonad. Cumi-cumi memiliki sistem reproduksi yang cukup unik karena memiliki kelamin yang terpisah.

Pada cumi-cumi jantan serta betina terdapat sejumlah perbedaan dari segi fisiknya. Hal inilah yang kemudian nantinya akan mempengaruhi cara bereproduksi pada cumi-cumi. Cumicumi atau Loligo Sp termasuk ke dalam kelas Cephalopoda dan famili Lologinidae.

Pada bagian kepala cumi-cumi terdapat lengan yang cukup panjang dengan jumlah sebanyak delapan buah. Selain itu, terdapat pula tentakel yang memiliki fungsi untuk pergerakan, mencari makanan dan alat reproduksi.

Reproduksi cumi-cumi dilakukan dengan cara seksual dengan memiliki dua organ reproduksi. Alat reproduksi pada cumi-cumi terpisah dan masing-masing gonad berada di bagian ujung rongga mantel bagian dorsal.

Organ reproduksi pada cumi-cumi jantan berupa testis dan bagian yang mengeluarkan sperma dinamakan dengan spermatoforik. Semua jenis cumi-cumi memiliki alat kelamin yang terpisah dari bagian gonad yang berada di bagian prosterior tubuh.

Cumi-cumi memiliki sifat dimorfisme yakni adanya perbedaan morfologi pada hewan jantan dan betina. Pada bagian cumi-cumi jantan memiliki herekoterus sedangkan cumi-cumi betina tidak memilikinya.

Sistem Reproduksi Cumi-Cumi Jantan

Sistem reproduksi cumi-cumi jantan

Pada umumnya ukuran tubuh cumi-cumi jantan jauh lebih kecil dibandingkan cumi-cumi betina. Pada cumi-cumi betina memiliki sistem reproduksi yang terdiri dari ovarium, saluran telur, kelenjar oviducal, kelenjar nidamental dan kelenjar aksesori nidamental. Pada cumi-cumi betina, ovarium tidak berpasangan dan terdapat dalam posterior rongga mantel.

Lain halnya dengan sistem reproduksi pada cumi-cumi jantan. Cumi-cumi jantan memiliki alat reproduksi sebagai berikut.

  • Terdapat sebuah testis
  • Adanya saluran vas deferens
  • Organ spermatofora
  • Kelenjar asesori atau pelengkap
  • Kantong spermatofora atau dinamakan pula kantong needham
  • Penis

Hampir sebagian besar kelas Cephalopoda tidak mempunyai organ reproduksi jantan yang berpasangan. Biasanya testis memiliki bentuk seperti bola dan adapula yang memiliki bentuk seperti cerutu. Testis terdapat pada bagian posterior mantel.

1. Pelepasan Sperma

Nantinya, sperma akan dihasilkan oleh testis dan dan dilepaskan ke vas deferens dengan bentuk seperti gulungan. Sperma tersebut akan terus berjalan menuju seminal vesicle di anterior. Sperma akan dipaketkan dengan bantuan berbagai kelenjar sehingga menjadi spermatofor yang memiliki ukuran besar.

Selanjutnya, nedham sac akan menjadi tempat penyimpanan atau penampungan bagi sperma. Kemudian, spermatofor dibiarkan menuju ke dalam rongga mantel melalui saluran sperma dan alat kelamin jantan atau penis.

Kematangan gonad pada cumi-cumi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan cumi-cumi. Selain itu, pembenihan cumi-cumi juga dipengaruhi oleh kematangan gonad.

2. Kematangan Gonad Jantan

Usia kematangan gonad jantan pada cumi-cumi mengalami perbedaan untuk setiap jenisnya. Ada yang mengalami kematangan saat berusia muda seperti cumi-cumi jenis Cephalopoda yang hanya membutuhkan waktu sekitar 3 sampai 6 bulan saja.

Selain itu, pemberian spermatofor pada cumic-ucmi betina biasanya membutuhkan waktu dua per tiga dari waktu hidupnya. Hal ini berbeda dengan kematangan pada gonad betina yang lebih lambat. Adapula yang menyatakan bahwa ukuran minimum cumi-cumi jantan ketika mengalami kematangan gonad adalah berukuran 10 cm.

Ukuran cumi-cumi betina pertama kali saat kematangan gonad adalah 14 cm. Maka dari itu, cumi-cumi dengan sirip besar akan mengalami kematangan gonad yang lebih cepat dibandingkan dengan cumi-cumi lainnya.

Kematangan gonad pada cumi-cumi memiliki lima tahapan. Tahapan ini terjadi tidak hanya pada cumi-cumi jantan saja melainkan juga cumi-cumi betina. Adapun tahapan kematangan gonad adalah sebagai berikut.

3. Tingkat Kematangan pada Cumi-cumi Jantan

  • Imatur testes yakni berupa membran dan tidak adanya sperma pada kantong spermatoforik.
  • Pematangan testis akan terlihat jelas, yang dibuktikan dengan adanya perkembangan pada seminal vesikel kantong spermatoforik. Kantong spermatoforik memiliki sedikit sperma yang berwarna putih dan halus.
  • Adanya pematangan testis menjadi padat dan berisi sehingga sperma akan berkembang dalam kantong spermatoforik namun tidak sepenuhnya.
  • Tahap pematangan testis kaku adanya pemadatan sperma pada kantong spermatoforik yang terlihat jelas pada bagian ujungnya.
  • Pemijahan testis yang berukuran panjang serta tipis dan terdapat sedikit sperma pada kantong spermatoforik.

Sistem Reproduksi Cumi-Cumi Betina

Sistem reproduksi Cumi-cumi betina

Sistem reproduksi pada cumi-cumi betina meliputi ovum, kelenjar kuning telur dan saluran ovum. Hampir seluruh kelas Cephalopoda termasuk cumi-cumi ini memiliki kelenjar oviducal yang dapat membentuk zat pembentuk selubung ketiga pada telur-telur cumi-cumi nantinya. Selubung pertama dinamakan dengan membran vitelin sedangkan selubung kedua adalah khorion yang dapat menghasilkan perekat telur.

Biasanya hewan betina akan mengalami kematangan gonad sekitar 4-8 bulan. Hewan betina dapat menyimpan spermatofora selama setengah atau dua per tiga dari masa hidupnya. Pada ukuran cumi-cumi jantan yang paling kecil mengalami kematangan gonad dengan ukuran panjang mantel 80-89 mm dengan berat tubuh 41-60 gram.

Ukuran kematangan gonad pada hewan betina lebih panjang yakni dengan ukuran 120-129 mm dengan berat badan 121-140 gram. Sementara itu, pada cumi-cumi sirip besar, mereka akan mengalami kematangan kelamin saat berusia 60 hari. Ukuran panjang mantelnya yakni 5,74 cm dengan bobot 18,6 gram.

1. Tingkat Kematangan pada Cumi-cumi Betina

  • Immatur ovarium memiliki ukuran kecil, membran yang terlihat, struktur yang tidak bergranula dan kelenjar nidamental terlihat.
  • Terjadinya proses pematangan pada kelenjar nidamental dan aksesorisnya dari kecil menjadi besar.
  • Pematangan kelenjar nidamental dan aksesorisnya berukuran besar dan adanya dua tahapan telur yang berbeda.
  • Pematangan penuh pada kelenjar nidamental dan aksesorisnya memiliki ukuran sangat besar. Warna kelenjar aksesorinya yakni merah. Ovari akan membesar memenuhi bagian dorsal mantel dengan telur retikuler kuning pucat.
  • Pemijahan gonad kecil, kelenjar nidamental berukuran besar dengan tekstur yang lembut. Pada bagian ovari terdapat sisa telur.

2. Proses Produksi Sel Telur

Pada bagian cumi-cumi betina akan memproduksi telur yang berukuran besar, yang dibantu oleh kelenjar penunjang yang akan mengeluarkan gel yang akan membalut telur. Setelah terekspos oleh air laut, kapsul yang membungkus telur akan mengeras.

Saluran akhir pada cumi-cumi betina yakni kelenjar ovidukal nantinya kelenjar tersebut akan menghasilkan membran yang melindungi sekeliling telur. Sistem saraf yang berkembang membuat perkembangan yang cukup rumit dengan puncaknya terjadi proses pemindahan spermatofor dari cumi-cumi jantan ke betina.

Testis yang terdapat dalam cumi-cumi jantan akan menghasilkan sperma yang kemudian disalurkan ke vas deferens menuju seminal vesakel. Beberapa kelenjar akan membawa sperma menuju spermatofor yang kemudian akan disimpan dalam kantong needham. Dari sinilah nantinya spermatofor akan dilarikan menuju lubang mantel lewat saluran sperma.

3. Proses Pembenihan

Pembukaan pada kelenjar ovidukal berada cukup dalam dari bagian mantel di mana nantinya cumi-cumi jantan akan menggunakan organnya untuk memindahkan spermatofor. Setiap spermatofor terdiri dari sejumlah sperma, cement body, yang memiliki bentuk pilin yang berfungsi sebagai organ ejakulasi saat tertutup.

Tutup tersebut akan terbuka saat spermatofor dipindahkan menuju kantong needham. Sekali tertutup akan terbuka oleh organ yang melakukan proses ejakulasi dan dapat menarik sperma untuk keluar. Sperma yang keluar akan menempel pada seminal reseptakel yang menjadi organ penerima sperma atau dinding mantel pada cumi-cumi betina.

Sperma tersebut akan terlepas dan menjadi sperma yang bebas selama dua hari lamanya. Maka dari itu, akan terjadi proses pembuahan secara internal dan akan menghasilkan telur. Cumi-cumi betina nantinya akan menghasilkan banyak benang telur ke dalam air. Pada beberapa jenis, telah banyak dikembangkan proses pembenihan dengan cara menyimpan sperma ke dalam cumi-cumi betina.

4. Larva Cumi-Cumi

Cumi-cumi jantan dan betina yang telah beranjak dewasa akan menuju perairan yang dangkal. Perairan yang dangkal dijadikan tempat berlindung sekumpulan cumi-cumi sebelum adanya spawning. Biasanya cumi-cumi dewasa ini akan menuju perairan dangkal saat bulan Agustus dan Februari. Selanjutnya, cumi-cumi betina akan menempelkan kapsul telurnya ke lumpur atau pasir agar tidak terlihat.

Setelah tiga bulan, telur yang disembunyikan akan berkembang menjadi larva dan memiliki panjang sekitar 5 mm. Larva tersebut akan memakan krustase kecil. Setelah larva berkembang akan bergerak menuju perairan yang dalam. Nantinya cumi-cumi kecil akan memakan krustase kecil, ikan serta cumi-cumi kecil.

Pada umumnya usia cumi-cumi berukuran paling lama yakni 2 hingga 3 tahun. Selanjutnya cumi-cumi akan mati setelah proses snapwing. Adapun panjang maksimal pada cumi-cumi yakni sekitar 175 mm. Cumi-cumi dapat dimanfaatkan untuk berbagai olahan makanan ringan ataupun masakan rumahan yang lezat. Cumi-cumi termasuk hewan yang memiliki harga jual yang cukup lumayan di pasaran.

fbWhatsappTwitterLinkedIn