kerajaan islam - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/kerajaan-islam Fri, 02 Jun 2023 03:52:25 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico kerajaan islam - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/kerajaan-islam 32 32 8 Peninggalan Kerajaan Islam di Spanyol dan Pendirinya https://haloedukasi.com/peninggalan-kerajaan-islam-di-spanyol Fri, 02 Jun 2023 03:52:19 +0000 https://haloedukasi.com/?p=43604 Islam pernah berjaya di tanah Eropa. Banyak sekali bekas peninggalan kerajaan Islam yang ada di Eropa. Bahkan hingga saat ini peninggalan itu masih berdiri kokoh. Tidak hanya itu, peninggalan kerajaan Islam di Eropa menjadi salah satu bangunan bersejarah yang memikat banyak mata. Berikut ini peninggalan kerajaan Islam di Eropa. 1. La Garilda La Garilda merupakan […]

The post 8 Peninggalan Kerajaan Islam di Spanyol dan Pendirinya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Islam pernah berjaya di tanah Eropa. Banyak sekali bekas peninggalan kerajaan Islam yang ada di Eropa. Bahkan hingga saat ini peninggalan itu masih berdiri kokoh. Tidak hanya itu, peninggalan kerajaan Islam di Eropa menjadi salah satu bangunan bersejarah yang memikat banyak mata.

Berikut ini peninggalan kerajaan Islam di Eropa.

1. La Garilda

La Giralda peninggalan kerajaan Islam di Eropa

La Garilda merupakan sebuah peninggalan berupa menara masjid yang memiliki ketinggian 104,1 meter. Saat ini menara masjid tersebut dialihfungsikan menjadi menara lonceng katedral. La Garilda berada di Sevilla, Spanyol.

Pada tahun 1174 -1198 Masehi, bangunan ini didirikan saat masa pendudukan orang Islam di Eropa. Dahulunya La Garilda merupakan sebuah masjid yang dibangun oleh raja kedua dari dinasti Al-Muwahidin yakni Abu Yaqub Yusuf bin Abdul Mun’im.

La Garilda tidak hanya digunakan untuk mengumandangkan azan, melainkan juga sering digunakan sebagai tempat Observatorium astronomi. Jauh sebelum adanya perebutan kekuasaan di area katedral Sevilla dahulunya merupakan masjid Agung Almohad.

Nama masjid ini diambil dari nama Khalifah yang ketika itu memimpin Sevilla yakni Almohad. Namun sayangnya ada tahun 1365 di daerah Sevilla terjadi gempa bumi dan berhasil merusak sebagian besar masjid Almohad. Bangunan bersejarah ini pada tahun 1987 didaftarkan sebagai situs warisan dunia UNESCO.

2. Medina Azahra

Medina Azahra peninggalan kerajaan Islam di Eropa

Islam pernah berjaya di bumi Eropa di mana salah satu ibu kota saat Islam berkuasa ada di Medina Azahra. Media Azahra merupakan ibukota Andalusia yang memiliki bentuk seperti istana dan dikelilingi benteng. Namun saat ini kota yang pernah menjadi ibu kota Kerajaan Islam ini hanya tinggal puing-puing yang tersisa. Dalam bahasa Arab Medina Azahra merupakan kota yang bersinar.

Pada tahun 936 Masehi, kota Medina Azahra dibangun atas perintah Khalifah pertama Bani Umayyah yang ada di Cordoba yakni Abdurrahman III. Tujuan pembangunan kota ini untuk menunjukkan eksistensinya kepada sang lawan yakni dinasti Fatimiyah.

Saat bani umayah masih berjaya, Medina Azahra menjadi pusat pemerintahan dan administrasi Andalusia. Di mana Medina Azahra terdiri dari banyak gedung pemerintahan, administrasi, taman, masjid, pemukiman dan beberapa fasilitas pelengkap lainnya.

Tidak hanya itu, di kota Medina Azahra ini terdapat sebuah masjid yang arsitekturnya mirip dengan masjid di Cordoba. Masjid ini bernama masjid Aljama. Sayangnya kejayaan Islam di Medina Azahra tak berlangsung lama.

Pada awal abad ke-11, kota megah yang menjadi ibukota Bani Umayyah di Cordoba ini musnah karena dirusak dan dijarah saat terjadi perang sipil. Beberapa tahun kemudian kota indah Medina Azahra tertimbun oleh tanah hingga berabad-abad lamanya.

3. Istana Alhambra

Istana Alhambra peninggalan kerajaan Islam di Eropa

Istana Alhambra merupakan peninggalan dari dinasti Islam terakhir yang berada di Andalusia. Istana ini menjadi saksi bagaimana Islam pernah berjaya di Andalusia. Bahkan istana ini pula yang menyaksikan kehancuran imperium Islam di Tanah Eropa itu.

Sultan Muhammad bin Al-Hamar membangun sebuah istana di bukit bernama La Sabica, Granada Spanyol pada tahun 1232 Masehi. Kemudian istana ini diketahui bernama Alhambra. Alhambra dalam bahasa Arab memiliki arti istana merah.

Penamaan istana disesuaikan dengan dinding istana yang berwarna kemerah-merahan. Istana ini menjadi salah satu warisan dunia UNESCO pada tahun 1984. Istana Alhambra dibangun di lokasi yang strategis di Kota Granada.

Istana yang memiliki ketinggian sekitar 150 meter ini, membuat kita dapat menyaksikan seluruh pemandangan kota dari atas istana. Istana Alhambra dikelilingi oleh benteng yang tidak memiliki pola yang beraturan dengan luas istana sekitar 14 hektar.

4. Masjid Agung Cordoba

Masjid agung Cordoba peninggalan kerajaan Islam di Eropa

Masjid Agung Cordoba merupakan salah satu peninggalan Islam yang dibangun atas keinginan Khalifah Abdurahman I pada tahun 785 Masehi. Bahkan tak tanggung-tanggung batu yang digunakan untuk pembangunan masjid ini didatangkan langsung dari 3 wilayah yakni Narbonne, Konstantinopel dan Sevilla.

Awal pembangunan masjid ini memiliki luas sekitar 70 meter. Namun setelah mengalami beberapa renovasi luas bangunan masjid ini bertambah menjadi 5000 meter. Untuk menyempurnakan bangunan masjid yang megah dibutuhkan waktu dua abad lamanya.

Berbagai pergantian khalifah-khalifah Islam turut menemani pembangunan masjid ini.

  • Khalifah Hisyam I (778 M – 796 M)

Bangunan utama yang diselesaikan pertama yakni menara oleh Khalifah Hisyam I yang merupakan putra dari Abdurahman I. Saat itu pembangunan dilakukan pada tahun 778 M hingga 796 Masehi.

  • Al Hakam I (796 Masehi)

Setelah Khalifah Hisyam I tidak lagi menjabat ia digantikan oleh Al Hakam I. Pada masa pemerintahan Al Hakam I, terjadi pembangunan dua serambi besar yang menghadap kiblat. Pembangunan itu baru selesai dilakukan pada tahun 796 Masehi.

  • Al Hakam I (832 Masehi)

Al Hakam I kemudian digantikan oleh Abdurahman II yang membangun sebuah ruangan besar serta tiang yang berarsitektur hypostyle. Adapun jumlah tiang yang dibangun adalah sekitar 200 buah tiang. Pembangunan pun terus dilakukan hingga pada tahun 832 Masehi pembangunan difokuskan untuk menggeser arah mihrab ke sebelah tenggara yang sebelumnya menghadap sebelah selatan.

5. Torre de Oro

Torre de Oro peninggalan kerajaan Islam di Eropa

Dalam bahasa Spanyol, Torre del Oro memiliki arti menara emas. Menara emas ini dibangun pada masa dinasti Muwahidun untuk mengontrol akses ke kita Seville yang melewati Guadalquivir. Selain itu bangunan ini juga difungsikan sebagai penjara gudang pada abad ke 13.

Saat ini keberadaan menara ini dijadikan sebagai museum angkatan laut Sevilla. Tidak diketahui secara pasti mengapa menara ini dinamakan dengan menara emas. Ada yang berpendapat bahwa dahulunya tempat ini merupakan gudang penyimpanan logam mulai termasuk emas.

Ada pula yang mengatakan bahwa karena ubin menara yang memantulkan warna keemasan saat terkena cahaya matahari. Menara ini dibagi menjadi tiga tingkat yang di mana ketiganya berbentuk melingkar dan menonjol.

Keberadaan menara ini kemudian dialihfungsikan menjadi museum angkatan laut yang di dalamnya terdapat ukiran, huruf, model, instrumen serta beberapa file penting lainnya. Museum ini juga menjelaskan bagaimana keadaan Sevilla serta sungai yang berada di Sevilla. Pemugaran bangunan ini dilakukan pada tahun 1924 serta pada tahun 1944 baru dibuka untuk museum.

6. Alcazaba of Malaga

Alcazaba of Malaga peninggalan kerajaan Islam di Eropa

Alcazaba of Malaga merupakan saksi dari pertahanan terakhir umat Islam di Eropa. Pada tanggal 19 Agustus 1486 ketika umat Islam kalah di Malaga, umat Islam berhasil dikalahkan oleh Pasukan Raja Ferdinand dan Ratu Isbella.

Kekalahan Umat Islam di Malaga ini menjadi awal kekalahan bagi umat Islam di wilayah lainnya seperti Andalusia dan Granada. Dengan kekalahan inilah menandakan berakhirnya kejayaan umat Islam di Semenanjung Iberia.

7. Alcazar of Jerez de la Frontela

Alcazar of Jerez de la Frontela adalah bangunan paling tua di Spanyol yang dibangun pada abad ke 11. Bangunan ini menjadi peninggalan umat Islam di Spanyol yang menakjubkan karena dibangun dengan arsitektur seni yang indah.

Bangunan bersejarah ini telah ditetapkan sebagai lokasi bersejarah yang ada di Spanyol. Dapat dilihat secara langsung susunan batu alam tanpa plester dan warna cat yang menopang bangunan ini. Di dalam bangunan ini terdapat satu-satunya masjid di antara 18 masjid yang masih berdiri.

Pada tahun 1255 ketika pasukan Kristen menyerang bangunan ini diubah menjadi gereja. Pembangunan gereja didedikasikan oleh AlfonsoX of Castle untuk Virigin Mary. Sementara itu, menaranya diubah menjadi lonceng gereja. Dari sini dapat diketahui bahwa ketika suatu agama menguasai suatu wilayah maka akan terjadi banyak perubahan.

Agama menjadi simbol dalam berdirinya sebuah bangunan. Maka dari itu, ketika Islam yang berhasil menguasai wilayah Eropa, bangunan yang akan berdiri berupa masjid, menara, istana dan lainnya. Lain halnya saat pasukan Kristen berhasil merebut kekuasaan, bangunan tersebut sudah pasti akan diubah karena hal tersebut tidak diperlukan oleh agama mereka.

8. Alcazar of Segovia

Alcazar of Segovia peninggalan kerajaan Islam di Eropa

Alcazar of Segovia adalah bangunan peninggalan kerajaan Islam yang ada di kota Segovia, sekitar 1 jam perjalanan dari Kota Madrid. Pada mulanya, bangunan ini digunakan sebagai benteng dan istana.

Bahkan bangunan ini menjadi salah satu bangunan yang identik di Spanyol. Arsitektur bangunan ini mirip dengan logo Walt Disney. Bahkan bangunan ini menjadi sumber inspirasi bagi pembangunan ikon kerajaan Walt Disney.

The post 8 Peninggalan Kerajaan Islam di Spanyol dan Pendirinya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
8 Bukti Peninggalan Kerajaan Malaka https://haloedukasi.com/peninggalan-kerajaan-malaka Fri, 18 Nov 2022 08:38:07 +0000 https://haloedukasi.com/?p=39593 Kerajaan Malaka merupakan kerajaan yang ada di Semanjung Malaua dan berada di jalur perdagangan dan pelayaran internasional. Saat masa kejayaannya, kerajaan ini menjadi pusat dagang dan pusat dakwah islam di kawasan Asia Tenggara. Sejarah kerajaan ini berawal dari adanya perang di kerajaan Majapahit pada abad ke-15. Saat itu pangeran Paramiso yang merupakan salah satu pangeran […]

The post 8 Bukti Peninggalan Kerajaan Malaka appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kerajaan Malaka merupakan kerajaan yang ada di Semanjung Malaua dan berada di jalur perdagangan dan pelayaran internasional. Saat masa kejayaannya, kerajaan ini menjadi pusat dagang dan pusat dakwah islam di kawasan Asia Tenggara. Sejarah kerajaan ini berawal dari adanya perang di kerajaan Majapahit pada abad ke-15.

Saat itu pangeran Paramiso yang merupakan salah satu pangeran kerajaan Majapahit melarikan diri ke Tumasik (Singapura) beserta para pengawalnya. Saat tiba di Tumasik, pangeran melanjutkan perjalanannnya ke daerah utara karena Tumasik dianggap sudah tidak aman.

Saat tiba di Semenanjung Malaya, Paramiso mendirikan sebuah perkampinhan bersama dengan para pengikutnya. Pendirian kampung tersebut juga dibantu dengan bantuan nelayan dan petani setempat. Kampung inilah yang kemudian dinamakan dengan Malaka. Kampung ini kemudian mengalami banyak kemajuan karena letak geografisnya yang strategis yakni berada di jalur perdagangan dan pelayaran.

Dalam bidang perdagangan, Malaka tumbuh menjadi daerah penghubung dunia barat dan timur. Kegiatan jual beli semakin berkembang di Selat Malaka dan didominasi oleh pedagang muslim. Hal inilah yang membuat Paramiso memustkan untuk masuk agama islam. Ia juga mengganti namanya menjadi Iskandar Syah dan menjadikan daerah Malaka sebagai kerajaan yang memiliki corak islam.

Keberadaan kerajaan Malaka diketahui dari berbagai sumber sejarah. Adapun sumber sejarah yang dijadikan rujukan adalah sulalatus salatin, kronik dinasti Ming, laporan laksamana Cheng Ho dan Kitab Pararaton. Tidka hanya itu, keberadaan kerajaan Malaka diperkuat dengan adanya benda-benda peninggalan sejarah.

Kerajaan yang tumbuh besar di jalur perdagangan ini meninggalkan banyak peninggalan sejarah. Berikut ini peninggalan sejarah dari Kerajaan Malaka.

1. Masjid Raya Deli

Masjid Raya Deli, Peninggalan Kerajaan Malaka

Masjid Raya Deli atau Masjid Raya Al-Mashun berada di Medan, Sumatera Utara. Masjid ini dibangun pada tagun 1906 dan selesai pada tahun 1909. Bentuk bangunan dari masjid ini sangat unik karena menggunakan banyak perpaduan budaya yakni dari arsitektur Timur Tengah, India dan Spanyol. Ciri bangunan masjid ini terlihat dari denahnya yang memiliki bentuk segi delapan dan sayap pada bagian selatan, barat, timur dan barat.

Pada masjid ini juga terdapat gaya arsitektur Moor. Gaya arsitektur Moor terlihat pada bagian kubah yang berbentuk pipih dan hiasan bulan sabit pada bagian puncaknya. Selain itu, masjid ini dihiasi dengan lukisan dari cat minyak dengan motif bunga-bunga dan tumbuhan.

Motif tersebut menghiasi pada bagian dinding, plafon, dan tiang-tiang kokoh pada bagian dalam masjid. Bangunanasjid memiliki kemiripan dengan menara yang menjulang. Hal inilah yang semakin menambah kemegahan bangunan masjid.

Pembangunan masjid ini menghabiskan satu juta gulden. Untuk pembangunan sendiri, aristeknya berasal dari Belanda yang bernama JA Tingdemen. Pemilihan arsitek dari Belanda ini dikarenakan pada saat itu belum terdapat arsitek dari Indonesia.

Saat memasuki bulan ramadan, masjid ini akan menyajikan sebuah tradisi yakni bubur sop anyang untuk menu berbuka puasa. Selain itu, masjid ini juga terkenal dengan Al-Quran yang telah berusia tua dan dipajang di bagian pintu masuk jamaah laki-laki. Meskipun, sudah berusia ratusan tahun, Al-Quram ini masih dapat dibaca dengan jelas.

2. Benteng A Famosa

Benteng A Famosa, Peninggalan Kerajaan Malaka

A Famosa atau Fortaleza merupakan benteng yang menjadi saksi Malaka pernah dijajah oleh Portugis. Benteng ini berada di jalan Parameswara, Bandar Hilir, Malaka. Malaka sendiri merupakan kota yang kaya akan banyak potensi. Hal inilah yang kemudian menarik para penjajah untuk menguasai Malaka. Benteng ini dibangun oleh Afonso D Albuquerque. Salah seorang pemimpin dari Portugis.

Melalui benteng A Famosa, Portugis berhasil menguasai kota Malaka dan menjadikan pangkalan mereka untuk memperluas wilayah kekuasaan di Indonesia. Pada tahun 1513, Portugis berhasil menduduki Malaka kemudian terjadi sebuah pertempuran besar yang dipimpin oleh Dipati Unus.

Dengan usianya yang masih muda, Dipati Unus memimpin sebuah pertempuran. Perang tersebut bahka menjadi pertempuran terbesar di Asia Tenggara. Pada tahun 1521, Dipati Unus kembali melancarkan serangan. Sayangnya, beliau gugur di medan perang dan pertempuran pun berakhir.

Pada saat itu, A Famosa merupakan benteng yang megah, luas bahkan tangguh. Di dalamnya ada banyak menara seperti rumah sakit, Gereja bahkan gudang amunisi. Bahkan benteng ini mampu bertahan lebih dari tiga abad. Pada tahun 1641, Portugis berhasil ditendang pleh Belanda.

Kekuasaan pun diserahkan oleh Belanda kepada Inggris pada abad ke-18. Setelah pelimpahan kekuasaan benteng A Famosa dihancurkan oleh Inggris pada abad ke-19. Keindahan dan kemegahan benteng ini hanya tinggal beberapa bangunan dan sisa puing-puing yang berserakan. Namun, saat masa Sir Thomas Stamford Raffles penghancuran bentemg dihentikan.

3. Masjid Raya Baiturrahman

Masjid Raya Baiturrahman, Peninggalan Kerajaan Malaka

Masjid Raya Baiturrahman adalah masjid yang menjadi simbol agama, hudaya dan perjuangan masyarakat aceh. Masjid ini dibangun pada tahun 1612 masehi. Namun, ada pula yang menyebutkan bahwa masjid ini sempat dibangun pada tahum 1292. Meskipun terdapat perbedaan kapan masjid ini dibangun, masjid ini pernah terbakar dan ssbagai gantinya dibangun masjid baru di lokasi yang sama.

Pada tahun 1873, masjid ini dibakar oleh Belanda karena posisinya strategis. Namun, masjid ini dibangun kembali untuk meluluhkan hati masyarakat sekitar. Gubernur Jenderal Van Lansberge mengatakan akan membangun kembaliasjid agung yang baru.

Peletakan batu pertama pembangunan kembali masjid dilakukan pada tahun 1897 oleh Tengku Qadhi Malikul Adil. Masjid ini baru selesai pada tahun 1881 pada bulan desember dan diresmikan juga masjid itu pada saat itu. Namun, sejak diresmikan masyarakat menolak untuk beribadah di masjid yang dibangin oleh Belanda.

Setelah selesai dibangun, masjid ini memiliki satu buah kubah dan memara. Kemudian di tahun-tahun berikutnya, kubah dan menara ditambahkan. Hingga saat ini, masjid raya baiturrahman memiliki tujuh buah kubah dan delapan buah menara.

Pada saat tsunami Aceh, masjid ini tetap berdiri kokoh dan hanya memiliki beberapa kerusakan. Kemudian setelah adanya tsunami dilakukan renovasi. Masjid Baiturrahman tidak hanya memiliki fungsi sebagai tempat ibadah saja.

Masjid ini kerap didatangi oleh para penduduk lokal maupun mancanegara seperti Melayu, Persia, Arab dan Turki. Mereka datang untuk menuntut ilmu. Selain itu, masjid raya juga digunakan sebagai markas pertahanan dari serangan musuh.

Arsitektur masjid ini dirancang oleh Gerrit Van Bruins yang merupakan seorang kapten angkatan darat Belanda. Untuk menentukan bagaimana arstiktur masjid, ia juga melakukan diskusi dengan Snouck Hergrounje dan Penghulu Masjid yang ada di Bandung.

Ciri khas dari arsitektur masjid ini adalah memakai gaya arsitektur ala mughal. Hal ini ditandai dengan adanya menara dan kubah besar yang mirip dengan Taj Mahal di India.

Selain itu, terdapat pula tiga buah pintu yang terbuat dari kayu dan dihiasi dengan ornamen indah. Pada dinding dan pilar masjid terdapat relief. Pada bagian tangga marmer dan lantai berasal dari China sedangkan kaca patri berasal dari Belgia.

4. Hikayat Hang Tuah

Hikayat Hang Tuah, Peninggalan Kerajaan Malaka

Bentuk peninggalan kerajaan tidak selamanya berupa sebuah bangunan melainkan juga bisa berupa karya sastra. Salah satu karya sastra yang kerap menjadi peninggalan kerajaan adalah hikayat. Hikayat merupakan cerita yang memiliki konsep sama dengan dongeng namun di dalamnya terdapat nilai-nilai islami.

Dari beberapa hikayat yang terkenal di Nusantara, terdapat salah satu hikayat peninggalan kerajaan Malaka. Hikayat peninggalan kerajaan Malaka adalah hikayat kepahlawanan Hang Tuah. Di mana hikayat ini menceritakan mengenai salah satu tokoh pahlawan yang menjadi simbol kejayaan dari kerajaan Malaka.

Selain itu, hikayat yang tak kalah terkenal juga adalah hikayat raja-raja pasai. Hikayat ini berisi cerita kepahlawanan dari raja-raja pasai pada masa itu.

5. Syair

Syair Abdul Muluk, Peninggalan Kerajaan Malaka

Selain hikayat, terdapat pula salah satu bentuk sastra lain peninggalan dari kerajaan Islam yakni syair. Syair adalah karya sastra yang bentuknya memiliki kemiripan dengan puisi lama namun di dalamnya terdapat ajaran Islam.

Biasanya di dalam syair pemilihan katanya selalu diakhiri dengan bunyi yang berirama sama. Adapun syair-syair yang terkenal pada saat itu adalah syair perahu, syair Abdul muluk dan syair si burung pinggai.

Hingga saat ini keberadaan syair masih tetap dilestarikan bahkan dibawakan pada acara-acara yang memiliki tajuk peninggalan budaya Melayu. Syair biasanya dibawakan dengan konsep musikalisasi.

6. Suluk

Selain hikayat dan syair terdapat pula karya sastra lainnya yakni suluk. Suluk menjadi penanda bahwa pada zaman kerajaan Malaka, ilmu pengetahuan sudah berkembang pesat. Suluk merupakan salah satu bagian dari ajaran tasawuf.

Tasawuf sendiri membahas mengenai keberadaan Tuhan yang memiliki sifat Maha Esa. Di antara beberapa suluk yang menjadi peninggalan kerajaan Malaka, ada salah satu suluk populer. Suluk tersebut merupakan suluk wuji.

Suluk ini ditulis oleh salah seorang tokoh wali songo yakni Sunan Bonang. Di dalam suluk tersebut berisi wejangan mengenai kehidupan sosial yang relevan sepanjang zaman.

7. Mata Uang

Mata Uang Malaka, Peninggalan Kerajaan Malaka

Kerajaan Malaka merupakan kerajaan yang pada saat itu terkenal dengan sistem perdagangannya. Selain itu, hal ini pula didukung oleh keberadaan kerajaan ini sangat strategis karena berada di jalur perdagangan internasional.

Di dalam perdagangan, sudah pasti terdapat suatu alat tukar yang sangat penting mendukung jalannya jual beli. Bahkan pada saat itu Malaka menjadi pusat perdagangan. Pada masa kerajaan Malaka, sudah terdapat mata uang yang digunakan untuk sistem perdagangan.

Namun, tak diketahui pasti dari masa pemerintahan siapakah mata uang ini berasal. Saat ini, mata uang tersebut berada di dalam sebuah benteng A Famosa. Mata uang tersebut menjadi bukti betapa majunya kerajaan Malaka pada saat itu.

8. Masjid Johor Baru

Masjid Johor Bahru, Peninggalan Kerajaan Malaka

Peninggalan kerajaan Malaka lainnya adalah masjid Johor baru. Kerajaan Malaka memang banyak meninggalkan bangunan berupa masjid. Hal ini dikarenakan pada saat itu Malaka menjadi salah satu pusat agama Islam yang ada di kawasan Asia Tenggara.

Orang-orang ramai berdatangan ke Malaka untuk belajar agama. Bahkan pada masa kejayaannya, kerajaan ini mampu membuat para ulama luar negeri datang ke Malaka seperti Maulana Abu Yusuf, Kadhi Yusuf, Maulana Sadar Johan, Makhdum Sayyid Abdul Aziz dan Maulana Abu.

Masjid Johor Baru memiliki lokasi di Johor, Malaysia. Nama masjid ini diambil dari nama pendiri masjid yakni sultan Johor. Sultan Johor adalah salah seorang tokoh dari keturunan Kerajaan Malaka. Saat ini, keberadaan masjid ini menjadi salah satu cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah Malaysia.

The post 8 Bukti Peninggalan Kerajaan Malaka appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
4 Peninggalan Kerajaan Lamakera https://haloedukasi.com/peninggalan-kerajaan-lamakera Fri, 18 Nov 2022 08:29:26 +0000 https://haloedukasi.com/?p=39590 Kerajaan Lamakera berada di sebelah timur dari kerajaan Lohayong yakni di Pulau Solor. Secara administratif, desa ini Lamakera termasuk ke dalam kecamatan Solor Timur, Kabupaten Flores Timur. Lamakera menjadi tempat pertama yang dikunjungi oleh Sultan Menanga di Pulau Solor sebelum akhirnya menyebarkan Islam. Lamakera membangun pemerintahan di Menanga. Lamakera berada di paling ujung Timur Pulau […]

The post 4 Peninggalan Kerajaan Lamakera appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kerajaan Lamakera berada di sebelah timur dari kerajaan Lohayong yakni di Pulau Solor. Secara administratif, desa ini Lamakera termasuk ke dalam kecamatan Solor Timur, Kabupaten Flores Timur. Lamakera menjadi tempat pertama yang dikunjungi oleh Sultan Menanga di Pulau Solor sebelum akhirnya menyebarkan Islam.

Lamakera membangun pemerintahan di Menanga. Lamakera berada di paling ujung Timur Pulau Solor. Untuk menempuh perjalanan ke sana, dibutuhkan waktu sekitar 3 jam lebih dari pelabuhan di Lamakera. Lamakera terkenal selama berabad-abad sebagai tempatnya para pemburu ikan paus.

Di sini ditemukan sejumlah jenis ikan yang langka di perairan dan sudah ada hidup sejak berabad-abad lamanya. Seperti dalah ikan paus, hiu, lumba-lumba dan ikan pari manta. Lamakera menjadi perkampungan yang memiliki basis Islam.

Daerah kerajaan ini cukup strategis karena menjadi tempat pertemuan arus dan mudah menjangkau laut sawu. Sehingga tak heran jika masyarakat di daerah sini dahulunya memiliki mata pencaharian sebagai seorang keburu paus biru. Mereka hanya bermodalkan gala atau tombak untuk mencari ikan.

Tak banyak sumber yang menceritakan mengenai kerajaan ini. Hal ini dikarenakan keterbatasan sumber sejarah. Sama seperti kerajaan lainnya, kerajaan Lamakera meninggalkan sejumlah peninggalan sejarah. Meskipun tidak sebanyak kerajaan lain.

1. Masjid Al-Ijtihad

Masjid Al-Ijtihad, Peninggalan Kerajaan Lamakera

Masjid Al-Ijtihad berada di Desa Watobuku, Solor Timur, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Masjid ini berada di bibir pantai sehingga menara dan kubahnya yang besar sudah terlihat dari kejauhan. Masjid ini berdiri tinggi menjulang di antara rumah-rumah penduduk.

Masjid Al-Ijtihad berdiri megah dengan sebuah menara yang tinggi bahkan menjadi menara masjid tertinggi yang ada di kabupaten Flores, NTT. Tinggi menara masjid ini adalah 45 meter. Masjid ini memiliki tujuh buah pintu.

Di mana masing-masing pintunya dikasih nama sesuai dengan 7 nama suku yang ada di Lamakera. Seperti Lewklodo, Ema Onang, Kiko Onang, Lamakera, Hari Onang, Lawerang, dan Kuku Onang. Sebelum Islam hadir di Lamakera, sistem kepercayaan yang dianut adalah animisme.

Awal masuknya Islam ke Nusa Tenggara Timur melalui jalur perdagangan yang dilakukan oleh Ulama dan para pedagang. Pada abad ke 15, banyak para pedagang yang berasal dari berbagai wilayah seperti pulau Jawa, Sumatera, dan Bugis Makassar.

Mereka melakukan pelayaran dengan tujuan untuk berdagang atau sekadar singgah di Nusa Tenggara Timur. Sebab, Nusa Tenggara Timur menjadi salah satu tempat transit pelayaran ke Maluku, Makasar atau Jawa. Oleh sebab inilah, agama yang masuk paling awal di Nusa Tenggara Timur adalah Islam.

Wilayah-wilayah di NTT tersebut merupakan tempat yang strategis untuk para pedagang Islam. Tempat yang dikunjungi seperti Pulau Solor, Pulau Ende, Pulau Alor Kupang dan pesisir Utara Sumba Barat.

Pulau Solor adalah tempat yang paling strategis jika ditinjau dari segi perdagangan sebab tempatnya berada di posisi silang pelayaran dari bandar di pulau Jawa, Sumatera, Makasar ke pulau Timor dan dari bandar yang ada di Makasar ke pantai Utara Australia.

Lamakera terdapat sebuah pelabuhan alam yang bagus dan aman untuk disinggahi oleh kapal saat menunggu cuaca dan angin yang tepat untuk berlayar. Itulah mengapa Lamakera menjadi tempat yang paling dikunjungi dan didatangi oleh para pedagang ataupun pelaut islam.

Hal inilah yang kemudian membuat Islam hadir di Lamakera. Letaknya yang strategis dan aman membuat Lamakera sebagai sebuah tempat yang terbuka dengan berbagai hal baru dari para pedagang yang berdatangan.

Terlebih lagi saat itu, Raja Lamakera terbiasa menjamu para saudagar yang datang dari luar untuk berkunjung atau sekedar singgah saat terjadi gangguan angin yang kencang. Keramahan yang diberikan oleh raja inilah yang membuat para pedagang Islam dengan mudah mengenalkan Islam ke masyarakat Laamkera.

Sekitar abad ke 15, terdapat salah seorang tokoh perintis penyebaran islam. Ia adalah salah seorang pedagang yang berasal dari Palembang dan memiliki nama Syahbudin bin Ali bi Salma Al-Farisyi yang selanjutnya dikenal dengan nama Sultan Menanga.

Ia diberikan izin tinggal di perbatasan kerajaan Lamakera dan Lohayong oleh Raja Sangaji Dasi. Di sanalah ia mendirikan sebuah perkampungan islam bernama Menanga. Sultan Menanga kemudian menjadi menantu kerajaan setelah menikahi putri dari adik raja Sangaji Dasi.

Bahkan saat itu, ia berhasil mengislamkan Raja Sangaji Dasi. Dengan begitu semakin mempermudah upaya penyebaran yang dilakukan di kerajaan Lamakera. Pada tahun 1628 dibangunlah sebuah surau untuk mendukung jalannya penyebaran agama Islam di Lamakera.

2. Makam Sultan Menanga

Makam Sultan Menanga, Peninggalan Kerajaan Lamakera

Makam ini berada di sebelah timur benteng Menanga. Makam ini menghadap langsung ke Teluk Menanga yang merupakan pintu masuk desa Menanga. Sultan Menanga merupakan salah seorang ulama yang pertama kali menyebarkan Islam di Lamakera.

Sultan Menanga disebut juga dengan nama Kaicili Pertawi. Kaicili sendiri merupakan salah satu tradisi leluhur di Ternate yakni putra raja dari kerajaan Ternate diberi gelar Kaicili sedangkan putrinya diberi gelar Nyaicili. Kaicili sendiri merupakan raja kecil yang memiliki kekuasaan beberapa pulau.

Sultan Baabulah mengirimkan Kaicili Solor untuk menyebarkan agama Islam di Solor dan memerangi keberadaan Portugis di Lohayong. Kaicili Pertawi berhasil menggabungkan kekuatan negeri Lima pulau yakni Pulau Solor, Lohayong, Kerajaan Lamakera, Kerajaan Lamahalan, Kerajaan Terong di Adonara dan kerajaan Labala di Pulau Lembata.

Persekutuan ini kemudian dikenal dengan kekuatan Solor Watan Lema dan Sultan Menanga sebagai pemegang kendali. Untuk memuluskan rencana penyerangan terhadap Portugis, Kaicili bekerja sama dengan VOC. Saat itu VOC menggunakan 4 buah kapal. Di bawah pimpinan Apolonius Scatte mereka menyerang Portugis di Solor dan berhasil memukul mundur Portugis.

3. Benteng Menanga

Benteng Menanga, Peninggalan Kerajaan Lamakera

Benteng ini memiliki ukuran 125 meter x 140 meter dan luasnya sekitar 17.500 m². Benteng ini lebih luas dari benteng lohayong yang hanya berukuran lebar 46 meter dan panjang 58 meter. Lebar tembok benteng menanga ini kurang lebih 2.5 meter. Benteng ini memiliki 4 buah pintu. Di mana masing-masing pintunya terdapat simbol dan namanya sendiri.

Pintu sebelah timur dinamakan dengan Ato Iku Tora atau anjing yang ekornya berdiri, pintu sebelah barat dinamakan dengan Wajah Lewo Leran atau Biawak. Sedangkan pintu sebelah Utara dinamakan dengan gerbang ula kuawala atau naga.

Terakhir pintu sebelah timur disebut dengan Kobu Lewi Lein atau buaya. Di tengah-tengah benteng terdapat alun-alun di mana ditengahnya ada sebuah tumpukan batu yang dinamakan dengan Nuba.

Benteng ini terdapat di daerah perbatasan antara kerajaan Lamakera dan Lohayong. Benteng ini merupakan salah satu jejak peninggalan dari persekutuan Solor Wetan Lema yang merupakan persekutuan dari 5 kekuatan yakni Lohayong, Lamakera, Lamahala, Terong dan Lembata saat melakukan penyerangan kepada Portugis yang telah berhasil mendirikan sebuah benteng di Lohayong.

Pada tahun 1613, berkat persekutuan Solor Watan Lema berhasil mengusir Portugis dari tanah Solor. Sayangnya, saat melakukan penyerangan mereka meminta bantuan kepada VOC. Hal inilah yang kemudian membuat VOC berkesempatan memegang kendali wilayah tersebut mengganti Portugis.

Kemudian pada tahun 1645, Kaicili Pertawi atau Sultan Menanga meninggal dunia dan digantikan oleh istrinya yang bernama Nyai Cili Pertawi. Nyai Cili Pertawi merupakan istri kedua dari Sultan Menanga.

Setelah suaminya meninggal dunia, ia melanjutkan Kepemimpinan Solor Watan Lema atau Persekutuan Lima Pantai. Nyai Cili Pertawi diperkirakan merupakan sosok perempuan yang berasal dari Keeda. Oleh banyak sejarawan, kota ini diasumsikan sebagai Kedah, Malaysia.

Nyai Cili Pertawi merupakan sosok perempuan yang hebat. Setelah suaminya meninggal ia berjuang untuk tetap mempertahankan keberadaan benteng Lohayong yang selama ini menjadi sumber perebutan antara Belanda dan Portugis. Benteng tersebut menjadi simbol telah berhasil menguasai daerah tersebut.

Pada tahun 1646, Nyai Cili Pertawi membangun kembali benteng karena telah rusak bekas pemboman yang dilakukan oleh Portugis dan Belanda. Namun tak lama di daerah tersebut terjadi gempa dan membuatnya benteng itu hancur kembali.

4. Makam Syeh Imam Patiduri

Makam Syekh Imam Patiduri, Peninggalan Kerajaan Lamakera

Sejauh ini, masuknya Islam ke daerah Nusa Tenggara Timur diperkirakan dibawa oleh Syahbudin bin Salman Al farisi atau yang dikenal dengan Sultan Menanga. Ia adalah salah seorang yang berasal dari Palembang dan datang ke NTT pada 1613 untuk menyebarkan Islam. Adapula yang menyebutkan bahwa Syahbuddin ini merupakan utusan dari Raja Ternate untuk menyebarkan agama Islam di daerah ini.

Namun sebenarnya, jauh sebelum Syahbuddin, terdapat salah seorang tokoh yang bernama Sayyid Rifaduddin Al Fatih yang telah membawa Islam ke daerah ini sejak abad ke-13. Hal ini dibuktikan dengan adanya anak cucu dari keturunan Imam Pattiduri atau Sayyid Rifaduddin Al Fatih dan keberadaan makam Imam Patiduri di wilayah tersebut.

Makam tersebut berada di sebelah atas dari benteng Sultan Menanga. Imam Pattiduri diyakini berasal dari hadramut kemudian datang ke wilayah tersebut pada abad ke-13 Masehi. Keberadaan Imam Pattiduri seolah menjelaskan bahwa jauh sebelum Portugis mengirimkan 3 orang utusannya ke Solor, daerah tersebut telah ada yang memeluk agama Islam.

Hal ini berbeda halnya jika Islam pertama kali dibawa oleh Sultan Menanga ke daerah Solor maka Islam baru hadir setelah adanya kekuatan Portugis yang berkuasa di tanah Solor. Selain itu, Portugis juga telah membuat benteng di daerah tersebut.

Dengan hal ini seolah menunjukkan bahwa Sultan Menanga datang ke Solor bukan hanya perinta dari Sultan Ternate saja yakni Sultan Baabullah melainkan juga permintaan dari masyarakat Solor dan sekitarnya untuk melakukan perlawanan terhadap Portugis.

Imam Pattiduri diperkirakan pernah tinggal dan menyebarkan agama Islam di Watampao Pulau Adonara. Namun, karena terjadi sebuah bencana yakni banjir besar, wilayah tersebut kemudian hanyut diterjang banjir.

Sementara itu, Imam Pattiduri sendiri dalam peristiwa banjir konon ikut hanyut ke laut dan baru ditemukan sedang menaiki barang-barang yang terapung di luar. Kemudian, oleh nelayan yang melihatnya, Imam Pattiduri diantarkan ke Menanga. Kemudian di wilayah tersebut juga Iman Pattiduri ikut menyebarkan agama Islam.

The post 4 Peninggalan Kerajaan Lamakera appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
8 Peninggalan Kerajaan Banten dan Gambarnya https://haloedukasi.com/peninggalan-kerajaan-banten Fri, 01 Jul 2022 04:17:33 +0000 https://haloedukasi.com/?p=36177 Kerajaan Banten merupakan salah satu kerajaan Islam yang berdiri di Nusantara, tepatnya terletak di ujung barat pulau Jawa. Termasuk sebagai kerajaan Islam yang paling tua di Nusantara, Kerajaan Banten memiliki peranan besar dalam penyebaran Islam maupun dalam upaya kemerdekaan Indonesia. Menurut sejarah, berdiri selama tiga abad dengan pencapaian kejayaan yang luar biasa. Kerajaan Banten didirikan […]

The post 8 Peninggalan Kerajaan Banten dan Gambarnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kerajaan Banten merupakan salah satu kerajaan Islam yang berdiri di Nusantara, tepatnya terletak di ujung barat pulau Jawa. Termasuk sebagai kerajaan Islam yang paling tua di Nusantara, Kerajaan Banten memiliki peranan besar dalam penyebaran Islam maupun dalam upaya kemerdekaan Indonesia. Menurut sejarah, berdiri selama tiga abad dengan pencapaian kejayaan yang luar biasa.

Kerajaan Banten didirikan pada tahun 1526 Masehi. Bentuk kerjaannya adalah kesultanan, sehingga banyak juga yang menyebutnya Kesultanan Banten. Perang saudara setelah kedatangan penjajah dari Belanda merupakan pemicu keruntuhan kerajaan besar ini. Meski telah lama hancur, namun beberapa peninggalan kerajaan ini masih bisa kita temukan saat ini.

Sejarah  Kerajaan Banten

Pada abad ke-16, (tahun 1525-1526 Masehi), Portugis yang telah menduduki wilayah Sunda Kelapa berhasil dikalahkan oleh pasukan yang dipimpin oleh Fatahillah. Pasukan ini merupakan gabungan dari pasukan Demak dan Cirebon.

Sedangkan di Pelabuhan Banten, Portugis tidak sempat dapat berkuasa. Sebab, Pasukan Sunan Gunung Jati lebih dahulu menguasainya. Sunan Gunung Jati menetap di Banten hingga tahun 1552 untuk membentuk pemerintahan di sana. 

Pada tahun 1552 tersebut, dilakukan penobatan raja pertama di Kerajaan banten terhadap Sultan Maulana Hasanuddin. Beliau merupakan putra Sunan Gunung Jati yang diberi amanat untuk memimpin Banten. Sedangkan Sunan Gunung Jati kembali ke Cirebon.

Tahun 1651-1683 dinyatakan sebagai masa kejayaan Kerajaan Banten. Saat itu Kerajaan banten dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Kejayaan ini diperoleh karena Kerajaan Banten tidak menerapkan sistem monopoli perdagangan, sehingga banyak saudagar yang singgah dan berdagang melalui Pelabuhan Banten. 

Selain itu, Kerajaan Banten juga ramah terhadap berbagai golongan masyarakat. Meski bercorak kerajaan Islam, namun menganut kebebasan beragama. Hal ini didukung dengan didirikannya Klenteng pada tahun 1673.

Kemajuan Kerajaan banten menjadi daya tarik sendiri bagi bangsa lain. Mereka yang memiliki kekuatan besar seperti Portugis, Spanyol, dan Belanda memiliki keinginan untuk menguasai perdagangan di Banten. 

VOC yang saat itu merupakan aliansi dagang besar dari Belanda mengajukan permohonan monopoli dagang dengan mendirikan perwakilan di pelabuhan Banten pada Sultan Ageng Tirtayasa. Namun Sultan Ageng menolaknya. Sultan Ageng dikenal sangat keras terhadap VOC.

Berbeda dengan anak dari Sultan Ageng Tirtayasa, yaitu yang dikenal dengan Sultan Haji. Sultan Haji lebih lunak sebagai VOC. VOC melancarkan aksi adu domba untuk membuat perselisihan antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji. Hingga akhirnya Sultan Haji dapat merebut istana Kerajaan banten dari ayahnya dengan bantuan VOC. Sultan Ageng Tirtayasa dan anak-anaknya yang lain mengungsi ke pedalaman.

Tahun 1683 VOC menangkap Sultan Ageng Tirtayasa dan membuang beliau ke daerah Batavia. Sultan Haji dinobatkan sebagai raja Banten dengan perjanjian yang banyak menguntungkan VOC. Kerajaan Banten sejak saat itu berada di bawah kendali VOC. 

Keruntuhan Kerajaan Banten terjadi pada abad ke-19 saat Gubernur Jenderal Hindia Belanda dipegang oleh Herman Willem Daendels. Ambisi Daendels untuk membangun Jalan Raya Pos yang membentang sepanjang pulau Jawa, membuatnya memerintah Sultan Banten agar memindahkan pusat pemerintahan ke Anyer. Namun Sultan pada saat itu menolaknya. Akibat penolakan Sultan tersebut, pasukan Daendels menyerang Istana Surosowan dan mengasingkan Sultan ke Batavia.

Tahun 1808 Kerajaan Banten diumumkan menjadi bagian dari Hindia Belanda. 

Saat kolonial Inggris berkuasa pada tahun 1813, Kerajaan Banten dihapus. Sultan yang berkuasa pada saat itu diturunkan paksa oleh Inggris.

Daftar Raja Kerajaan / Kesultanan Banten

Selama berdirinya, Kerajaan Banten dipimpin oleh 21 Sultan. Berikut ini daftar nama-nama raja atau sultan di Kerajaan / Kesultanan Banten:

  1. Sultan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati), memerintah pada tahun 1926-1552.
  2. Sultan Maulana Hasanudin (Pangeran Sabakingkin), pada tahun 1552-1570.
  3. Sultan Maulana Yusuf (Pangeran Pasarean), tahun 1570-1585.
  4. Sultan Maulana Muhammad (Pangeran Sedangrana), pada tahun 1585-1596.
  5. Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdulkadir (Sultan Agung), masa pemerintahan tahun 1596-1647.
  6. Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad, tahun 1596 – 1647.
  7. Sultan Ageng Tirtayasa, berkuasa tahun 1651-1683.
  8. Sultan Abu Nashar Abdul Qahar, tahun 1683-1687.
  9. Sultan Abu al-Fadhl Muhammad Yahya, pada tahun 1687-1690.
  10. Sultan Abu al-Mahasin Muhammad Zainul Abidin, tahun 1690-1733.
  11. Sultan Abdullah Muhammad Syifa Zainul Arifin, tahun 1733-1750.
  12. Sultan Syarifuddin Ratu Wakil, pada tahun 1750-1752.
  13. Sultan Abu al-Ma’ali Muhammad Wasi, berkuasa tahun 1752-1753.
  14. Sultan Abu al-Nasr Muhammad Arif Zainul Asyiqin, tahun 1753-1773.
  15. Sultan Aliyuddin I, tahun 1773-1799.
  16. Sultan Muhammad Muhyiddin Zainussalihin, tahun 1799-1801.
  17. Sultan Muhammad Ishaq Zainulmutaqin, pada tahun 1801-1802.
  18. Caretaker Sultan Wakil Pangeran Natawijaya, tahun 1802-1803.
  19. Sultan Aliyuddin II, tahun 1803-1808.
  20. Caretaker Sultan Wakil Pangeran Suramanggala, tahun 1808-1809.
  21. Sultan Maulana Muhammad Syafiuddin, masa pemerintahan pada tahun 1809-1813.

Peninggalan Kerajaan Banten

Beberapa peninggalan Kerajaan Banten di antaranya:

1. Masjid Agung Banten 

Masjid Agung Banten
Masjid Agung Banten

Masjid Agung Banten terletak 10 km dari Kota Serang, tepatnya berada di Desa Banten lama. Masjid yang dibangun di masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin tahun 1952 ini masih berdiri kokoh hingga saat ini. 

Daya tarik masjid ini selain karena merupakan peninggalan Kerajaan Banten juga karena memiliki beberapa keunikan yang berbeda dari masjid-masjid lainnya. Keunikan tersebut yaitu bentuk menaranya yang mirip dengan mercusuar, atapnya seperti pagoda dengan arsitektur khas China, terdapat serambi di kiri dan kanan bangunan, serta di sekitar masjid ada komplek pemakaman sultan Banten dan keluarganya.

2. Istana Keraton Surosowan Banten

Istana Keraton Surosowan
Istana Keraton Surosowan

Istana Keraton Surosowan merupakan kantor pusat pemerintahan dan tempat tinggal sultan Banten. Kondisi istana tersebut saat ini telah hanya tinggal reruntuhan. Di sana juga kita dapat menemukan kolam tempat pemandian Putri.

3. Istana Keraton Kaibon Banten

Istana Keraton Kaibo
Istana Keraton Kaibon

Satu lagi istana peninggalan Kesultanan Banten adalah Istana Keraton Kaibon. Istana ini merupakan tempat tinggal Bunda Ratu Aisyah, ibunda dari Sultan Syaifuddin.

Oleh karena itulah keraton ini disebut Kaibon atau Kaibuan. Bangunannya telah hancur dan meninggalkan kepingan reruntuhan.

4. Benteng Speelwijk

Benteng Speelwijk
Benteng Speelwijk

Sebagai kerajaan yang wilayahnya berada di jalur utama maritim Nusantara, Kerajaan Banten memiliki benteng dan mercusuar. Benteng Speelwijk dibangun tahun 1585 dengan tembok setinggi 3 meter. Fungsinya sebagai pertahanan dari serangan musuh yang berasal dari laut, serta untuk mengawasi pelayaran di seputar Selat Sunda.

Di dalam benteng ini terdapat terowongan yang menghubungkan antara benteng dengan Istana Keraton Surosowan.

5. Meriam Ki Amuk

Meriam Ki Amuk
Meriam Ki Amuk

Meriam Ki Amuk adalah sebuah meriam terbesar yang terdapat di Benteng Speelwijk. Daya ledaknya yang sangat tinggi dan dapat menembak hingga jarak yang jauh yang menjadikan meriam ini dinamakan Meriam Ki Amuk. Meriam ini merupakan hasil rampasan perang dari kolonial Belanda.

6. Vihara Avalokitesvara

Vihara Avalokitesvara
Vihara Avalokitesvara

Kesultanan Banten bercorak Islam, namun toleransi beragama sangat tinggi. Hal ini terbukti dengan adanya peninggalan sejarah Kerajaan Banten berupa Vihara Avalokitesvara. Sebuah bangunan tempat untuk beribadah bagi umat Budha. Bangunannya masih ada hingga sekarang. Memiliki keunikan pada dindingnya berupa relief yang menceritakan kisah legenda Siluman Ular Putih.

7. Danau Tasikardi

Danau Tasikardi
Danau Tasikardi

Danau Tasikardi merupakan danau buatan yang berada di sekitar Keraton Kaibon. Dibuat pada tahun 1570-1580 pada masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf. Danau dengan luas 5 hektar ini berfungsi sebagai sumber air utama bagi keluarga kerajaan yang tinggal di Keraton Kaibon.

Dahulu dasarnya dilapisi dengan ubin batu bata, namun saat ini tanah sedimen yang terbawa arus sungai telah menguburnya. Sehingga ubin batu bata sudah tidak nampak lagi.

8. Kerkhof Banten

Kerkhof Banten
Kerkhof Banten

Di lingkungan Benteng Speelwijk terdapat juga peninggalan lain dari Kesultanan Banten, yaitu Kerkhof. Kerkhof adalah makam-makam Belanda. Letaknya ada di Kampung Pamarican. Makam-makam yang terbuat dari batu tersebut masih ada yang utuh saat ini, namun banyak juga yang sudah rusak.

The post 8 Peninggalan Kerajaan Banten dan Gambarnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
10 Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai dan Gambarnya https://haloedukasi.com/peninggalan-kerajaan-samudera-pasai Tue, 21 Jun 2022 03:08:05 +0000 https://haloedukasi.com/?p=35817 Sejarah Kerajaan Samudera Pasai Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan Islam di Aceh. Kerajaan ini didirikan pada tahun 1267 M oleh Meurah Silu. Setelah memeluk Islam, Meurah Silu mengganti namanya menjadi Malik Al Saleh. Saat memerintah, Malik Al Saleh bergelar Sultan. Kerajaan ini bertahan selama hampir 300 tahun. Selama waktu tersebut, tak hanya sultan yang memerintah […]

The post 10 Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai dan Gambarnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan Islam di Aceh. Kerajaan ini didirikan pada tahun 1267 M oleh Meurah Silu. Setelah memeluk Islam, Meurah Silu mengganti namanya menjadi Malik Al Saleh. Saat memerintah, Malik Al Saleh bergelar Sultan.

Kerajaan ini bertahan selama hampir 300 tahun. Selama waktu tersebut, tak hanya sultan yang memerintah Kerajaan Samudera Pasai namun juga ada sultanah (penguasa wanita) yakni Sultanah Nahrasiyah.

Kerajaan Samudera Pasai menggunakan mata uang yang terbuat dari emas dan disebut sebagai deureuham (dirham). Pada masa kejayaannya, Kerajaan Samudera Pasai menjadi pusat perdangan, perkembangan agama Islam dan berkembangnya karya sastra hikayat.

Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan yang besar. Wilayah kekuasaannya mecakup wilayah Aceh. Kerajaan ini meninggalkan beberapa bukti tentang eksistensinya seperti koin mata uang, karya satra, monumen, serta nisan dari beberapa penguasa.

1. Mata Uang Dirham

Kerajaan Samudera Pasai mempunyai mata uangnya sendiri. Mata uang kerajaan ini disebut sebagai deureuham atau dirham. Mata uang ini terbuat dari 70% emas 18 karat. Dirham berbentuk koin lingkaran dengan diameter 10 mm. Dirham milik Kerajaan Samudera Pasai berbobot 0,6 gram setiap koinnya.

Pada saat itu, ada 2 jenis dirham yang dicetak yakni satu dirham dan setengah dirham. Mata uang dirham ini banyak digunakan sebagai alat transaksi terutama tanah. Dirham pada Kerajaan Samudera Pasai memiliki ciri di kedua sisinya dicetak tulisan yakni Muhammad Malik Al Zahir.

Sedangkan sisi satunya tertulis Al-Sultan Al-Adil. Tradisi mencetak mata uang emas dirham ini kemudian menyebar ke seluruh Sumatera. Bahkan sampai ke semenanjung Malaka sejak Aceh menaklukkan Pasai pada tahun 1524.

Koin dirham Samudra Pasai
Koin Deureuham

2. Cakra Donya

Cakra Donya merupakan hadiah dari kekaisaran China kepada Kerajaan Samudera Pasai. Hadiah ini berupa lonceng berbentuk stupa. Lonceng ini buatan China pada tahun 1409 M. Cakra Donya mempunyai tinggi 125 cm dan lebarnya 75 cm.

Cakra mempunyai arti poros kereta. Cakra adalah lambang Wishnu, matahari, atau cakrawala. Sedangkan Donya berarti dunia. Pada bagian luar Cakra Donya terdapat hiasan dan simbol. Hiasan dan simbol ini berbahasa Arab dan China.

Cakra Donya Samudra Pasai
Cakra Donya merupakan lonceng hadiah dari kekaisaran China

3. Naskah Surat

Naskah surat ini adalah milik Sultan Zainal Abidin. Beliau menulis surat ini sebelum meninggal dan ditulis pada tahun 1518 M. Surat ini ditujukan kepada Kapitan Moran. Seorang kapitan yang bertindak sebagai wakil raja Portugis di India.

Surat ini ditulis dengan bahasa Arab. Adapun isinya adalah penjelasan tentang keadaan Kerajaan Samudera Pasai. Surat ini juga berisi gambaran terakhir keadaan yang dialami oleh Kerajaan Samudera Pasai setelah penaklukan Malaka oleh Portugis pada tahun 1511 M.

Naskah surat Sultan Zainal Abidin yang ditujukan ke Kapitan Moran
Naskah Surat Sultan Zainal Abidin

4. Stempel Kerajaan

Tak hanya ditemukan koin, Kerajaan Samudera Pasai juga meninggalkan stempel kerajaan. Stempel ini ditemukan di desa Kuta Krueng, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara. Stempel ini berukuran 2×1 cm dan diperkirakan dibuat dari bahan sejenis tanduk hewan.

Saat ditemukan, stempel Kerajaan Samudera Pasai telah patah bagian gagangnya. Ada pendapat yang mengungkapkan bahwa stempel ini sudah digunakan sampai masa pemerintahan Sultan Zainal Abidin.

Stempel Kerajaan Samudra Pasai
Stempel Kerajaan yang ditemukan di desa Kuta Krueng

5. Nisan Sultan Malik As-Shalih

Pada makam Sultan Malik As-Shalih terdapat nisan yang menyatakan bahwa tersebut milik Sultan Malik As-Shalih. Nisan ini berbentuk segiempat pipih bersayap.

Pada bagian puncak nisan terdapat mahkota 2 tingkat. Nisan berisi keterangan pemilik makam dan waktu wafat serta terdapat syair yang kesemuanya berbahasa Arab.

Nisan Sultan yang dipenuhi kaligrafi Arab
Nisan Sultan Malik As-SHalih

6. Nisan Sultanah Nahrasiyah

Nisan Sultanah Nahrasiyah terbuat dari pualam. Pada nisan ini dimuat silsilah sultan Samudera Pasai. Makam Sultanah dihiasi dengan ayat Alquran yakni kaligrafi Surah Yasin, Ali Imran ayat 18-19, Al-Baqarah dan ayat Kursi.

Nisan Sultan Nahrasiyah
Nisan Sultanah Nahrasiyah

7. Makam Sultan Muhammad Malik Al-Zahir

Sultan Malik Al-Zahir adalah putra Sultan Malik As-Shalih. Sultan Malik Al-Zahir memerintah Kerajaan Samudera Pasai 1287-1326 M. Makam Sultan Muhammad Malik Al-Zahir berada berdampingan dengan makam sang ayah.

Makam Sultan Muhammad Malik Al-Zahir
Makam Sultan Muhammad Malik Al-Zahir

8. Makam Tengku Sidi Abdullah

Tengku Sidi Abdullah Tajul Nillah merupakan cicit dari Khalifah Al-Muntasir dari Dinasti Abbasiyah. Tengku Sidi pernah memegang jabatan di Kerajaan Samudera Pasai yakni sebagai Menteri Keuangan.

Makam Tengku Sidi berada di Gampong Kuta Krueng. Batu nisan pada makamnya terbuat dari marmer dan dihiasi kaligrafi.

Makam Tengku Sidi yang masih keturunan Dinasti Abbasiyah
Makam Tengku Sidi Abdullah

9. Makam Teungku Peuet Ploh Peuet

Makam Teungku Peut Ploh Peuet dikenal juga sebagai Makam Teungku 44. Hal ini karena makam ini terdiri dari 44 makam ulama dari Kerajaan Samudera Pasai yang dibunuh akibat menentang dan mengharamkan pernikahan raja dan putri kandungnya.

Kompleks makam 44 ulama
Makam Teungku Peuet Ploh Peuet

10. Makam Ratu Al-Aqla (Nur Ilah)

Makam Ratu Al-Aqla atau Nur Ilah merupakan makam dari putri Sultan Muhammad Malik Al-Zahir. Makam ini terletak di Gampong Meunje Tujoh Keca Matangkuli. Batu nisan pada makam ini berhiaskan kaligrafi berbahasa Arab dan Kawi.

Nisan makam Nur Ilah
Nisan pada Makam Ratu Al-Aqla

The post 10 Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai dan Gambarnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kerajaan Jeumpa: Sejarah, Wilayah dan Rajanya https://haloedukasi.com/kerajaan-jeumpa Thu, 02 Jun 2022 03:45:46 +0000 https://haloedukasi.com/?p=35121 Kerajaan Jeumpa adalah sebuah kerajaan yang terletak di sekitar wilayah perbukitan di pinggir Peudada sampai Pante Krueng Peusangan dimasa sekitar seratus tahun ke-8 sebelum masehi. Kerajaan Jeumpa ini diketahui keberadaannya dari sebuah ikhtisar yang ditulis oleh Ibrahim Abduh, yang disadur dari hikayat Radja Jeumpa. Dalam pembahasan kali ini akan diuraikan tentang sejarah, lokasi, kondisi masyarakat […]

The post Kerajaan Jeumpa: Sejarah, Wilayah dan Rajanya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kerajaan Jeumpa adalah sebuah kerajaan yang terletak di sekitar wilayah perbukitan di pinggir Peudada sampai Pante Krueng Peusangan dimasa sekitar seratus tahun ke-8 sebelum masehi.

Kerajaan Jeumpa ini diketahui keberadaannya dari sebuah ikhtisar yang ditulis oleh Ibrahim Abduh, yang disadur dari hikayat Radja Jeumpa.

Dalam pembahasan kali ini akan diuraikan tentang sejarah, lokasi, kondisi masyarakat dan keagamaan, serta sisilah raja Kerajaan Jeumpa.

Sejarah Kerajaan Jeumpa

Sejarah Kerajaan Jeumpa dimulai dari sebelum kedatangan agama islam. Keberadaan kerajaan ini bisa ditelusuri dari pembentukan Kerajaan Perlak.

Kerajaan Perlak diyakini merupakan kerajaan islam pertama di Nusantara, yang pada tahun 805 Masehi dipimpin oleh seorang seorang keturunan Parsi bernama Salman al-Parsi.

Raja Islam Jeumpa tersebut menikahi seorang putri Manyang Seuludong yang bernama Meurah Syahr Nuwi.

Dengan perkembangan pernikahan pribumi dengan saudagar-saudagar muslim, lambat laun menjadi awal berdirinya sebuah kerajaan Islam Perlak Pertama, yaitu pada hari selasa di bulan Muharram tahun 840 Masehi.

Sultan pertama yang memimpin kerajaan ini bernama Maulana Abdul Azis Syah, bergelar Sultan Alaiddin Sayyid Maulana Abdul Azis Syah, yang merupakan seorang keturunan Arab Quraisy.

Beberapa orang mengaitkan keberadaan orang-orang Arab dan Persia yang menjadi pendatang ada hubungannya dengan Revolusi Syi’ah yang terjadi di Persia tahun 744-747.

Kerajaan Jeumpa diketahui keberadaannya pada sekitar abad ke-7 Masehi, jika dilihat dari ikhtisar Radja Jeumpa yang di tulis Ibrahim Abduh.

Kerajaan ini berada di sekitar daerah perbukitan yang istananya terletak di i desa Blang Seupeueng yang dipagari di sebelah utara, sekarang dinamakan Cot Cibrek Pinto Ubeut.

Wilayah Kerajaan Jeumpa

Berdasarkan penelitian dan observasi yang dilakukan, wilayah Kerajaan Jeumpa ditaksir menempati wilayah tapak Maligai Kerajaan Jeumpa sekitar 80 meter ke selatan yang dikenal dengan Buket Teungku Keujruen.

Kemungkinan-kemungkinan ini didasarkan pada banyaknya benda-benda yang diperkirakan adalah peninggalan kerajaan.

Misalnya sebuah kolam mandi kerajaan yang luasnya mencapai 20×20 m, atau keberadaan kaca jendela, porselin, dan perhiasan-perhiasan seperti cincin dan kalung rantai yang ukurannya sangat panjang.

Di kawasan ini juga ditemukan bukit yang diperkirakan dan diyakini adalah tempat persemayaman Raja Jeumpa dan kerabatnya.

Wilayah ini juga didukung dengan letak geografis ujung barat Pulau Sumatera yang memungkinkan bisa dijadikan sebagai kota pelabuhan transit yang strategis.

Kehidupan Masyarakat dan Keagamaan

Kehidupan masyarakat Kerajaan Jeumpa diketahui memiliki pemukiman penduduk yang cukup ramai jika dilihat dari lokasinya yang bisa dilalui para saudagar-saudagar dari negeri lain.

Pusat pemerintahan Kerajaan Jeumpa ada di Kuala Jeumpa, yang juga dipakai sebagai kota pelabuhan.

Pusat pemerintahan ini juga dipakai sebagai lokasi persinggahan dan tempat perdagangan yang terbilang cukup strategis di Pulau Sumatera pada kala itu.

Kerajaan Jeumpa juga memiliki lokasi yang tepat berada pada jalur perdagangan dan pelayaran Selat Malaka.

Hal tersebut menjadikan aktivitas utama masyarakatnya adalah bermata pencaharian sebagai seorang pedagang.

Kawasan jual-beli masyarakat Jeumpa ini terletak di sebuah pesisir utara Pulau Sumatera, Kerajaan Jeumpa juga menjalin hubungan diplomasi dengan beberapa kerajaan di Pulau Sumatera.

Tidak hanya berdampingan dengan kerajaan di Sumatera, Kerajaan Jeumpa juga berhubungan baik dalam hal perdagangan dengan kerajaan-kerajaan seperti Arab, Tiongkok, India, dan Persia.

Dalam bidang keagamaan, Kerajaan Jeumpa dikenal luas menjadi salah satu tempat awal mula penyebaran Agama Islam di wilayah Nusantara.

Penyebaran islam ini dipimpin oleh orang-orang dari Bangsa persia, yang lambat laun menjadikan penduduk Jeumpa memeluk agama islam secara perlahan.

Kerajaan Jeumpa pada akhirnya menjadi sebuah kerajaan islam dengan mayoritas penduduk yang juga muslim pada tahun 777 Masehi.

Silsilah Raja Kerajaan Jeumpa

Berdasarkan garis keturunannya silsilah raja dari Kerajaan Jeumpa merupakan keturunan dari sultan-sultan Melayu.

Tepatnya seperti apa yang telah dijabarkan oleh Kerajaan Brunei Darussalam dan kesultanan Sulu Mindano.

Kerajaan Jeumpa bermula saat seorang pangeran dari Persia yang bernama Syahriansyah Salman atau Sasaniah Salman yang menikah dengan Puteri Mayang Seuludong. Ia memimpin Kerajaan Jeumpa tepat pada tahun 154 Hijriyah atau pada tahun 777 Masehi.

Salman dan Putri Mayang kemudian dikaruniai anak, ditengahnya Syahri Duli, Syahri Tanti, Syahri Nawi, Syahri Dito dan Puteri Makhdum Tansyuri yang dihasilkan menjadi ibu dari sultan pertama Kerajaan Islam Perlak.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh sejarawan Aceh, Sayed Dahlan al-Habsyi, syahri yaitu gelar pertama yang dipakai keturunan Nabi Muhammad di bumi Nusantara.

Nama ini dipakai sebelum adanya penggunaan gelar meurah, habib, sayyid, syarif, sunan, teuku dan lainnya.

Nama Syahri diambil dari nama istri Sayyidina Husein bin Ali, Puteri Syahri Banun, anak Maha Raja Persia terakhir.

Pembahasan diatas merupakan uraian tentang Kerajaan Jeumpa, yang dikenal sebagai salah satu kerajaan islam di Indonesia.

Kerajaan Jeumpa merupakan kerajaan yang dipimpin oleh orang-orang keturunan dari muslim persia yang diketahui bernama Syahriansyah Salman atau Sasaniah Salman.

Saudagara Persia yang menikahi gadis pribumi ini kemudian memimpin kerajaan Jeumpa sambil mengemban misi penyebaran agama islam di dataran Aceh pada khususnya.

Namun seiring dengan perkembangannya, keberadaan islam di nusantara menyebar dan berkembang bukan hanya di Pulau Sumatera tetapi diseluruh wilayah.

Pembahasan di atas merangkum dari mulai sejarah singkat Kerajaan Jeumpa, Lokasi Kerajaan Jeumpa, wilayah Kerajaan Jeumpa.

Dalam pembahasannya diuraikan juga kondisi masyarakat dan keagamaan penduduk kerajaan Jeumpa hingga silsilah dari Kerajaan Jeumpa.

The post Kerajaan Jeumpa: Sejarah, Wilayah dan Rajanya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Dinasti Ayyubiyah: Raja yang Pernah Memimpin – Masa Kejayaan dan Peninggalan https://haloedukasi.com/dinasti-ayyubiyah Mon, 11 Apr 2022 09:01:47 +0000 https://haloedukasi.com/?p=33616 Perkembangan islam di dunia saat ini memang mengalami sejarah yang amat panjang. Setelah Dinasti Fatimiyah runtuh, munculah dinasti baru yang menjadi salah satu dinasti terbesar dalam islam yakni Dinasti Ayyubiyah. Bagaimanakah perkembangannya? Untuk mengetahuinya, berikut ini penjelasan selengkapnya terkait pengertian, sejarah, tokoh, masa kejayaan hingga masa kemunduran Dinasti Ayyubiyah. Mengenal Dinasti Ayyubiyah Dinasti Ayyubiyah atau […]

The post Dinasti Ayyubiyah: Raja yang Pernah Memimpin – Masa Kejayaan dan Peninggalan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Perkembangan islam di dunia saat ini memang mengalami sejarah yang amat panjang. Setelah Dinasti Fatimiyah runtuh, munculah dinasti baru yang menjadi salah satu dinasti terbesar dalam islam yakni Dinasti Ayyubiyah.

Bagaimanakah perkembangannya? Untuk mengetahuinya, berikut ini penjelasan selengkapnya terkait pengertian, sejarah, tokoh, masa kejayaan hingga masa kemunduran Dinasti Ayyubiyah.

Mengenal Dinasti Ayyubiyah

Dinasti Ayyubiyah atau lebih dikenal dengan Bani Ayyubiyah merupakan dinasti atau kerajaan muslim yang beraliran sunni dengan keturunan etnis Kurdi. Dinasti ini telah berkuasa sejak abad ke-12 hingga abad ke-13 M.

Dinasti yang berkuasa kurang lebih satu abad ini didirikan oleh seorang tokoh islam terkenal yang bernama Salahuddin Al-Ayyubi. Sebelum mendirikan, ia merupakan seorang wazir (perdana Menteri) di Mesir yakni di bawah kekuasaan Dinasti Fatimiyah.  

Sejarah Dinasti Ayyubiyah

Berdirinya Dinasti Ayyubiyah ini bisa dilihat sejak melemahnya kekuasaan Dinasti Fatimiyah (909-1172 M). Dinasti Fatimiyah itu sendiri mulai melemah sejak pertengahan abad ke-12 yang disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah karena masalah internal. Masalah internal disini yaitu perebutan posisi wazir.

Wazir merupakan seorang Menteri atau penasihat yang memiliki kedudukan tinggi, di mana bias akita temukan di dalam sistem monarki islam. Tidak hanya itu, terdapat faktor eksternal yakni adanya serangan pasukan Salib ke Mesir yang menjadi salah satu penyebab runtuhnya dinasti tersebut.

Pada tahun 1164 M, kemudian Salahuddin Al-Ayyubi bersama dengan pamannya yang bernama Syirkuh dikirim oleh penguasa Damaskus yakni Nurudin Zanki untuk pergi ke Mesir. Kepergiannya tersebut bertujuan untuk membantu Dinasti Fatimiyah dalam melawan serangan dari pasukan Salib. Hingga akhirnya, mereka berhasil mempertahankan Mesir setelah memenangkan Perang Salib.

Dari keberhasilannya itu, kemudian Syirkuh diangkat sebagai wazir di Mesir pada tahun 1169 M. akan tetapi, jabatannya hanya bertahan selama dua bulan karena meninggal. Akhirnya jabatan wazir tersebut diserahkan kepada Salahuddin yang berambisi untuk menggantikan islam Syiah di Mesir dengan aliran Sunni.

Selain itu, ia juga ingin memerangi orang-orang Franka dalam Perang Salib. Namun kedudukan Dinasti Fatimiyah semakin melemah, hingga pada akhirnya Salahuddin Al-Ayyubi yang menggantikan dinasti itu menjadi Dinasti Ayyubiyah. Dinasti ini didirikannya pada tahun 1171 M.

Raja-raja yang Pernah Memimpin Dinasti Ayyubiyah

Selama berkuasa kurang lebih satu abad, Dinasti Ayyubiyah tentunya telah mengalami pergantian khalifah atau raja untuk melanjutkan perkembangan dinasti tersebut. Adapun raja-raja yang pernah memimpin Dinasti Ayyubiyah sebagai berikut:

  • Salahuddin Al-Ayyubi, pada 1174 – 1193 M
  • Al-Aziz ibn Salahuddin, pada 1193 – 1198 M
  • Mansur ibn al-Aziz, pada 1198 – 1199 M
  • Al-Adil I Ahmad ibn Ayyub, pada 1199 – 1218 M
  • Al-Kamil, pada 1218 – 1238 M
  • Al-Adil II, pada 1238 – 1240 M
  • Malik al-Salih Najmuddin, pada 1240 – 1249 M
  • Muazzam Tauransyah ibn Shalih, pada 1249 M
  • Syaharah al-Dirr (istri Malik Saleh), pada 1249 M
  • Asyraf ibn Yusuf, pada 1249 – 1250 M

Masa Kejayaan Dinasti Ayyubiyah

Sejak didirikan oleh Salahuddin Al-Ayyubi, Dinasti Ayyubiyah telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Terlebih lagi, ambisinya yang berkeinginan untuk menggeser aliran Syiah dengan Islam Sunni pun terwujud.

Setelah berkuasa dan memimpin Dinasti Ayyubiyah, ia pun melakukan ekspansi wilayah dengan menguasai beberapa kota seperti Yaman (1174 M), Suriah (1180 M) hingga merebut kota Yerussalem dari kekuasaan Tentara Salib pada 1187 M. Tidak hanya itu, bahkan wilayah yang dikuasai pun membentang luas hingga ke Afrika Utara, Nabia Utara, Syam, Arab Barat, Mesopotamia, Palestina serta Transyordania.

Selain ekspansi wilayah, Dinasti Ayyubiyah mengalami kejayaan di bidang lain seperti ekonomi, pendidikan, ilmu pengetahuan, kesehatan hingga arsitektur. Adapun bukti kejayaan di bidang tersebut yaitu:

Bidang ekonomi

Meskipun Perang Salib yang terjadi menjadi perang paling besar, namun ternyata dapat menguatkan hubungan dagang dengan bangsa Eropa. Hal ini ditunjukkan oleh tindakan-tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan produksi pertaniannya. Sehingga hasil produksi tersebut dapat diekspor dan menyebar ke Eropa.

Bahkan industry perdagangan di masa ini juga semakin kuat karena adanya ketertarikan dari Bangsa Eropa terhadap barang-barang baru yang diproduksi oleh pedagang Muslim. Misal, berbagai kerajinan tangan seperti kaca, tembikar serta permadani. Kesuksesan ekonomi ini masih berlangsung sampai pemerinatahan Al-Kamil di mana memang dikenal sosok yang sangat memerhatikan kondisi ekonomi negara.

Bidang pendidikan

Selain ekonomi, Dinasti Ayyubiyah juga maju dalam bidang pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan didirikannya madrasa di beberapa kota seperti Aleppo, Yerussalem, Kairo dan juga Iskandariyah. Selain itu, terdapat pula Lembaga pendidikan untuk mazhab lain seperti Hanafi, Hanbali, dan Maliki.

Tidak hanya itu, guru dan siswa juga diperhatikan terkait kesejahterannya oleh pemerintah. Bahkan terdapat fasilitas tempat tinggal berupa asrama supaya aktivitas pembelajaran semakin intens.

Bidang kesehatan

Kejayaan di bidang kesehatan ini terbukti dengan adanya pembangunan beberapa rumah sakit serta penunjang pelayanan kesehatan seperti di Kota Damaskus dan Kairo. Bahkan ada pula sekolah yang memang dikhususkan untuk mencetak lulusan tenaga kesehatan.

Bidang arsitektur

Adapun bidang lainnya yang mengalami kemajuan adalah arsitektur. Hal ini ditandai dengan pencapaian terbesar Dinasti Ayyubiyah yakni adanya pembangunan benteng-benteng yang ditambahi oleh sejumlah madrasah Sunni.

Pembangunan yang dilakukan tersebut memang difokuskan di Mesir dan Suriah. Tidak hanya itu, pada masa pemerintahan Salahuddin juga berhasil membangun benteng di Kairo di mana diselesaikan oleh Al-Kamil.

Runtuhnya Dinasti Ayyubiyah

Selama berkuasa, Dinasti Ayyubiyah ini sangat bergantung pada Mamluk atau tentara budak dalam menangani urusan militernya. Akan tetapi, ketergantungan ini ternyata menjadi bumerang untuk Dinasti Ayyubiyah.

Pasalnya, hampir sebagian besar runtuhnya Dinasti Ayyubiyah disebabkan oleh para Mamluk dari Turki sendiri. Kemunduran ini dimulai sejak masa pemerintahan Sultan As-Salih. Ketika itu, para Mamluk sudah memegang kendali atas pemerintahan Dinasti Ayyubiyah.

Sehingga, setelah Sultan As-Salih meninggal pada 1249 membuat bangsa Mamluk kemudian mengangkat sang istri mendiang sultan yakni Syajarat ad-Dur sebagai pemimpin Dinasti Ayyubiyah. Dari pengangkatan inilah yang menandai berakhirnya kekuasaan Dinasti Ayyubiyah di Mesir dan berdirinya dinasti baru yakni Dinasti Mamluk (1250-1517).  Meskipun demikian, beberapa keturunan Ayyubiah ada yang masih memimpin di daerah sampai 70 tahun kemudian.

Peninggalan Dinasti Ayyubiyah

Adapun beberapa peninggalan Dinasti Ayyubiyah yang perlu diketahui antara lain:

  • Benteng Aleppo di Aleppo
  • Benteng Salahuddin di Kairo
  • Madrasah Zahiriya di Aleppo
  • Madrasah al-Sahiba di Damaskus
  • Madrasah al-Salih di Kairo

Kesimpulan

Dinasti Ayyubiyah merupakan salah satu dinasti islam terbesar beraliran Sunni di Mesir. Dinasti ini berkuasa kurang lebih selama satu abad mulai dari abad ke-12 hingga ke-13.

Dinasti yang didirikan oleh Salahuddin Al-Ayyubi ini telah mengalami perkembangan pesat sejak berdiri. Masa kejayaannya tersebut mencakup di bidang pendidikan, ekonomi, ilmu pengetahuan, kesehatan hingga arsitektur.

Namun sayangnya, Dinasti Ayyubiyah harus mengalami kemunduran setelah kekuasaan jatuh pada pemerintahan Syajarat ad-Dur. Kemudian ditandai pula dengan berdirinya Dinasti Mamluk.

The post Dinasti Ayyubiyah: Raja yang Pernah Memimpin – Masa Kejayaan dan Peninggalan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Dinasti Seljuk: Raja yang Pernah Memimpin – Masa Kejayaan dan Peninggalan https://haloedukasi.com/dinasti-seljuk Mon, 11 Apr 2022 09:00:10 +0000 https://haloedukasi.com/?p=33614 Sejarah memang selalu terjadi silih berganti. Sama halnya dengan pemerintahan islam. Kepemimpinan islam dimulai dari Rasulullah, Khulafaurrasyidin, Dinasti Umayyah, dan sebagainya. Pada masa Dinasti Umayyah berkuasa selama berabad-abad inilah kemudian berdiri dinasti baru seperti Dinasti Fatimiyah. Begitupun selanjutnya yakni Dinasti Abbasiyah, Seljuk, Mamluk, Ayyubiyah sampai Dinasti Ottoman. Pada pembahasan kali ini, kita akan membahas mengenai […]

The post Dinasti Seljuk: Raja yang Pernah Memimpin – Masa Kejayaan dan Peninggalan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sejarah memang selalu terjadi silih berganti. Sama halnya dengan pemerintahan islam. Kepemimpinan islam dimulai dari Rasulullah, Khulafaurrasyidin, Dinasti Umayyah, dan sebagainya.

Pada masa Dinasti Umayyah berkuasa selama berabad-abad inilah kemudian berdiri dinasti baru seperti Dinasti Fatimiyah. Begitupun selanjutnya yakni Dinasti Abbasiyah, Seljuk, Mamluk, Ayyubiyah sampai Dinasti Ottoman.

Pada pembahasan kali ini, kita akan membahas mengenai Dinasti Seljuk. Berikut ini penjelasan selengkapnya.

Mengenal Dinasti Seljuk

Dinasti Seljuk merupakan sebuah kerajaan atau kekaisaran islam yang berkuasa di Asia Tengah dan Timur Tengah. Kekuasaan ini berlangsung antara abad ke-11 hingga abad ke-14.

Dinasti Seljuk lebih dikenal sebagai pionir atau pendiri kekaisaran islam yang pertama di Turki yakni Kekaisaram Seljuk Agung. Pada masa kejayaannya, daerah kekuasaan Dinasti Seljuk sudah sangat luas di mana terbentang mulai dari Anatolia hingga ke Punjab yang berada di belahan selatan Asia. Kemudian pada akhirnya menjadi sasaran utama di Perang Salib pertama.

Sejarah Dinasti Seljuk

Dinasti Seljuk ini didirikan oleh Suku Oghuz Turki yang berasal dari wilayah Asia Tengah. Pendirinya bernama Seljuk Beg. Akan tetapi, pendirian dinasti ini baru terwujud pada masa Tugril Beq pada tahun 1063 Masehi.

Hal ini bermula ketika mereka tinggal di utara Laut Kaspia dan Laut Aral, tepatnya di Padang Rumput Kazakh di Turkestan pada abad ke-8. Seljuk bin Duqaq merupakan pemimpin klan Seljuk yang akhirnya memilih untuk memisahkan diri dan membawa anggotanya ke Syr Dayra.

Ia melakukan hal itu setelah berselisih dengan kepala suku tertinggi Oghuz. Kemudian memasuki akhir abad ke-10, mereka yakni Suku Oghuz mulai masuk islam setelah banyak yang melakukan kontak dengan kota-kota muslim. Satu abad setelahnya, Seljuk bermigrasi dari tanah leluhur ke daratan Persia tepatnya di Provinsi Khurasan yang saat itu mereka menemukan Dinasti Ghaznawi.

Setelah mereka berhasil menggulingkan Ghaznawi, akhirnya Tugril Beq mendirikan sebuah dinasti pada tahun 1037 M yang kemudian dikenal dengan Kekaisaran Seljuk Agung. Tiga tahun setelahnya, Dinasti Seljuk memperoleh pengakuan dari Dinasti Abbasiyah di Baghdad.

Hingga pada akhirnya, orang-orang dari Dinasti Seljuk pun beradaptasi dengan penduduk lokal. Bahkan banyak diantara mereka yang mengadopsi budaya Persia dan menggunakan bahasa Persia sebagai bahasa resmi pemerintah.

Selain itu, sampai sekarang Dinasti Seljuk pun dikenang sebagai pelindung budaya, seni, sastra dan bahasa Persia. Bahkan mereka dianggap sebagai leluhur atau nenek moyangnya orang Turki Barat, termasuk penduduk Republik Azebaijan, Azebaijan, Turkmenistan, serta Turki hingga saat ini.

Raja-raja yang Pernah Memimpin Dinasti Seljuk

Adapun raja-raja atau khalifah yang pernah memimpin Dinasti Seljuk dari awal hingga akhir pemerintahannya antara lain:

  • Seljuq bin Duqaq, pada 1038 M
  • Tugril Beq, pada 1038 – 1063 M
  • Sultan Alp Arslan, pada 1063 – 1073 M
  • Sultan Maliksyah, pada 1072 – 1092 M
  • Sultan Mahmud Maliksyah, pada 1092 – 1904 M
  • Sultan Bakiyaruq bin Maliksya, pada 1094 – 1105 M
  • Sultan Maliksyah II, pada 1105 M
  • Sultan Muhammad Tapar atau Mahmed I, pada 1105 -1118 M
  • Ahmad Sanjar, pada 118 – 1157 M

Masa Kejayaan Dinasti Seljuk

Setelah berdirinya Dinasti Seljuk ini berhasil menaklukan Iran, sebagian besar wilayah Irak hingga Suriah. Saat Sultan Alp Arslan berkuasa, ia dapat melakukan ekspedisi militer hingga ke pusat kebudayaan Romawi dan berhasil memenangkannya.

Dari sinilah, Dinasti Seljuk kemudian dipandang sebagai kerajaan pertama yang mendapatkan kekuasaan secara permanen kekaisaran Romawi. Hingga pada kekuasaan Maliksyah, wilayah kekuasaan makin terbentang luas dari Kashgor hingga ke Yerussalem. Wilayah tersebut kemudian dibagi menjadi lima cabang yakni Seljuk Iran, Seljuk Irak, Seljuk Asia Kecil, Seljuk Kirman, dan Seljuk Suriah.

Selain pembagian wilayah, Dinasti Seljuk juga mengalami kejayaan pada bidang ilmu pengetahuan di mana saat itu berkembang pesat. Maliksyah I bersama perdana menterinya yakni Nizam al-Mulk berhasil mempelopori berdirinya Madrasah (Universitas) Nizamiyah dan Madrasah Hanifiyah di Kota Baghdad.

Bahkan ia juga membangun madrasah yang sudah terbesar di beberapa wilayah seperti Irak, Iran, dan juga Asia Tengah. Pada masa Maliksyah inilah kemudian lahir para ilmuwan muslim seperti Abu Hamid Al-Ghazali, Farid al-Din al-Aththar serta Umar Kayam.

Runtuhnya Dinasti Seljuk

Setelah mencapai puncak kejayaan di masa pemerintahan Maliksyah yang diawali sejak era Sultan Alp Arsalan, ternyata Dinasti Seljuk mulai mengalami kemunduran. Kemunduran dari dinasti ini disebabkan oleh dua faktor yakni faktor internal dan eksternal.

Faktor internal yang termasuk di sini adalah mulai bermunculan konflik di dalam pemerintahan Dinasti Seljuk sendiri yang akhirnya mengakibatkan kelemahan di dalam pemerintahannya. Mau tidak mau Dinasti Seljuk harus menuju pada kemunduran baik dalam aspek politik ataupun pertahanannya.

Akhirnya, Dinasti Seljuk yang merupakan dinasti besar dengan masa kekuasaan lebih dari 2,5 abad ini harus mengalami nasib yang sama dengan dinasti sebelumnya yaitu runtuh dan berhasil digulingkan oleh dinasti lainnya.

Faktor internal lainnya yaitu lemahnya para khilafah Abbasiyah untuk mengambil peran dalam dinasti tersebut. Hal ini akhirnya mengakibatkan kekhalifahan tidak bisa menolak atau mengarahkan siapa saya yang menduduki kekuasaan dinasti.

Selain faktor internal, terdapat faktor eksternal yang menyebabkan keruntuhan Dinasti Seljuk, salah satunya adalah serangan tentara Mongol yang sulit untuk dikalahkan. Hal ini bermula, saat para kekaisaran Mongol datang menyerbu ke Asia Barat, Byzantium bersama dengan Dinasti Seljuk melawan tentara tersebut. Akan tetapi usaha kedua kekaisaran itu hanya sia-sia.

Byzantium dan Dinasti Seljuk mengalami kekalahan dalam pertempuran dengan Mongol pada tahun 1243 M. Hingga akhirnya, Mongol berhasil menaklukkan Iran dan Anatoli (Turki modern). Tidak berhenti di situ, setelah kekaisaran Mongol ini runtuh, salah satu Sultan Seljuk yang bernama Utsman mendirikan kerajaan atau kesultanan baru yang kita kenal dengan Dinasti Utsmaniyah.

Peninggalan Dinasti Seljuk

Pemerintahan Dinasti Seljuk selama di wilayah Asia Tengah dan Timur Tengah tentunya telah meninggalkan beberapa bukti peninggalan. Adapun bukti peninggalan adanya Dinasti Seljuk antara lain:

  • Kizil Kule atau lebih dikenal dengan Menara Merah
  • Masjid Jumat
  • Mausoleum Turki Seljuk
  • Karavanserai
  • Madrasah Nizamiyah

Kesimpulan

Dinasti Seljuk merupakan salah satu dinasti islam terbesar di Turki. Pasalnya, kerajaan ini tidak hanya besar melainkan memiliki pengaruh yang cukup besar bagi umat muslim khususnya di bidang militer dan pertahanan.

Dari kemajuannya di bidang militer, kemudian Dinasti Seljuk berhasil melebarkan kekuasaannya, mulai dari Irak ke Suriah, serta Kashgor hingga ke Yerussalem. Tidak hanya itu, berdirinya madrasah-madrasah ilmu pengetahuan juga menandakan kejayaan Dinasti Seljuk.

Akan tetapi, kejayaan itu mulai berhenti setelah Sultan Maliksyah meninggal. Secara perlahan, Dinasti Seljuk mengalami kemunduran di tangan kekaisaran Mongol. Hingga akhirnya salah satu sultan di dinasti tersebut yang bernama Utsman mendirikan dinasti baru setelah Mongol hancur yakni Kesultanan Utsmaniyah.

The post Dinasti Seljuk: Raja yang Pernah Memimpin – Masa Kejayaan dan Peninggalan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Dinasti Samaniyah: Raja yang Pernah Memimpin – Masa Kejayaan dan Peninggalan https://haloedukasi.com/dinasti-samaniyah Mon, 11 Apr 2022 08:58:33 +0000 https://haloedukasi.com/?p=33613 Pada masa pemerintahan Abbasiyah, terdapat dinasti-dinasti yang muncul salah satunya adalah Dinasti Samaniyah. Meskipun bukan dinasti besar layaknya Abbasiyah atau Umayyah, namun ternyata dinasti ini berpengaruh besar juga dalam perkembangan islam, lho. Untuk mengetahuinya lebih lanjut, berikut penjelasan selengkapnya. Mengenal Dinasti Samaniyah Dinasti Samaniyah merupakan kerajaan atau kekaisaran islam yang berdaulat di Iran dan beberapa […]

The post Dinasti Samaniyah: Raja yang Pernah Memimpin – Masa Kejayaan dan Peninggalan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Pada masa pemerintahan Abbasiyah, terdapat dinasti-dinasti yang muncul salah satunya adalah Dinasti Samaniyah. Meskipun bukan dinasti besar layaknya Abbasiyah atau Umayyah, namun ternyata dinasti ini berpengaruh besar juga dalam perkembangan islam, lho. Untuk mengetahuinya lebih lanjut, berikut penjelasan selengkapnya.

Mengenal Dinasti Samaniyah

Dinasti Samaniyah merupakan kerajaan atau kekaisaran islam yang berdaulat di Iran dan beberapa wilayah di Asia Tengah seperti Khurasan, Irak, Transoksania dan Uzbekistan. Masa pemerintahan dinasti ini berlangsung kurang lebih mulai dari 203 H – 395 H atau 819 M – 999 M.

Dinasti ini muncul ketika pada masa pemerintahan Abbasiyah sedang berlangsung. Selain Dinasti Samaniyah, terdapat pula dinasti lain yang muncul di beberapa bagian wilayah Abbasiyah.

Pada sebelah barat Abbasiyah, muncul dinasti-dinasti kecil seperti Dinasti Idrisiyah, Dinasti Aghlabiyah, Dinasti Thulunyiah, Dinasti Iksidiyah, dan Dinasti Hamdaniyah. Sementara di wilayah timur, muncul Dinasti Samaniyah, Dinasti Tahiriyah, Dinasti Shaffariyah, Dinasti Zaidiyah, serta Dinasti Ghaznawiyah.

Sejarah Dinasti Samaniyah

Dinasti Samaniyah didirikan oleh Bani Saman yang sudah berhasil menggulingkan Dinasti Shaffariyah. Tegaknya Dinasti Samaniyah dapat menjadi salah satu manifestasi dari Hasrat masyarakat Iran pada masa itu.

Adapun pelopor yang pertama kali yang mempeloporkan Dinasti Samaniyah adalah Nasr Ibn Ahmad (874 M), sebagaimana penjelasan Phlip K. Hitti. Nasr merupakan seorang cucu tertua dari keturunan Samaniyah dan juga bangsawan dari Balk Zoroasterian. Dinasti Samaniyah ini didirikan di Transoxiana.

Meskipun demikian, tokoh yang menegakkan kekuasaan Dinasti Samaniyah  adalah saudara Nasr yang bernama Ismail. Pada tahun 900 H, ia berhasil merebut Khurasan dari kekuasaan Dinasti Shaffariyah.

Faktor berdirinya Dinasti Samaniyah juga dipengaruhi dari adanya pengangkatan empat orang cucu Saman oleh Khalifah Al-Ma’mun yang saat itu sedang menjabat sebagai gubernur di Samarkand. Selain itu, didorong pula oleh kecendrungan masyarakat Iran yang ingin memerdekakan diri dan terlepas dari wilayah Baghdad.

Raja-raja yang Pernah Memimpin Dinasti Samaniyah

Adapun raja-raja yang pernah memimpin Dinasti Samaniyah dari awal hingga akhir pemerintahan yaitu:

  • Nasr Ibn Ahmad pada 874 M
  • Ismail Ibn Ahmad, pada 892-907 M
  • Ahmad Ibn Ismail, pada 907-913 M
  • Nashr II ibn Ahmad, pada 913-943 M
  • Nuh I, pada 942-954 M
  • Abdul Malik I ibn Nuh, pada 954-961 M
  • Manshur I ibn Nuh, pada 961-976 M
  • Nuh II ibn Manshur, pada 976-999 M
  • Abdul Malik II ibn Nuh II, pada 999 M.

Masa Kejayaan Dinasti Samaniyah

Dinasti Samaniyah mempunyai hubungan yang baik dengan penguasa lokal dan semua masyarakat. Sehingga berbagai kejayaan diperoleh Dinasti Samaniyah, mulai dari bidang ilmu pengetahuan, politik, filsafat, seni dan budaya, dan sebagainya. Dinasti ini juga menjalin hubungan yang baik dengan Dinasti Abbasiyah khususnya di bidang ekonomi.

Dinasti Samaniyah bahkan berhasil menciptakan kota Bukhara yang saat itu menjadi kota budaya dan ilmu pengetahuan yang sangat terkenal di seluruh dunia. Mereka juga pernah mengangkat Ibnu Sina sebagai Menteri di pemerintahannya demi majunya perkembangan ilmu pengetahuan.

Selain itu, muncul pula nama kaum muda dan ilmiah yang terkenal pada masa pemerintahan Dinasti Samaniyah seperti Ummar Kayam, Al-Biruni, Al-Firdausi, dan Zakariya Ar-Razi. Adapun di bidang seni, terdapat pembuatan tembikar, senun, sutra hingga pembuatan kertas yang tersebar hampir ke seluruh wilayah islam.

Runtuhnya Dinasti Samaniyah

Dinasti Samaniyah mulai mengalami kemunduran pada masa kepemimpinan Abdul Malik II ibn Nuh II yang saat dinobatkan menjadi pemimpin kerajaan, ia masih di bawah umur. Sementara musuh-musuh yang dihadapinya sangat kuat seperti Sultan Mahmud Ghaznawi yang merupakan raja berkebangsaan Turki.

Hingga pada akhirnya, seluruh kekuasaan Dinasti Samaniyah jatuh dan berpindah tangan ke Dinasti Ghaznawi. Selain faktor usianya yang terlalu muda, terdapat pula penyebab lain yang menjadi faktor jatuhnya Dinasti Samaniyah ke tangan Dinasti Ghaznawi yaitu:

  • Adanya perselisihan di kalangan keluarga Bani Saman
  • Para panglima dan pejabat banyak yang membelot dan berkhianat
  • Terdapat campur tangan kaum wanita dan wazir yang sangat berlebihan.

Peninggalan Dinasti Samaniyah

Setelah Dinasti Samaniyah mengalami keruntuhan, tentunya kerjaan ini telah meninggalkan peninggalan-peninggalan bersejarah. Peninggalan tersebut ini sebagai bukti adanya pemerintahan Dinasti Samaniyah di masa lampau khususnya di wilayah Asia Tengah dan Iran.

Adapun beberapa peninggalan Dinasti Samaniyah yang masih dapat kita temukan hingga saat ini antara lain:

Makam Samaniyah

Makam Samaniyah merupakan peninggalan Dinasti Samaniyah yang terletak di luar pusat kota bersejarah yakni Bukhara, Uzbekistan. Makam ini adalah hasil karya arsitektur khas Timur Tengah yang sangat dihargai.

Makam Samaniyah dibangun sekitar tahun 892 dan 943 Masehi yang kala itu digunakan sebagai tempat peristirahatan Ismail Samani. Ia merupakan seorang pemimpin atau amir paling kuat dan berpengaruh dari Dinasti Samaniyah.

Ismail Samani adalah salah satu pribumi terakhir dari Dinasti Persia yang berkuasa di Asia Tengah pada abad ke-9 dan ke-10 setelah Samaniyah menyatakan kemerdekaannya dari Kekhalifaan Abbasiyah di Baghdad.  Selain Ismail Samani, makam itu juga merupakan makam jasad ayahnya yang bernama Ahmed bersama dengan keponakannya Nasr. Tidak hanya itu, terdapat pula sisa-sisa anggota dari Dinasti Samaniyah lainnya di makam tersebut.

Literatur Puisi

Peninggalan Dinasti Samaniyah selanjutnya yaitu literatur puisi. Pada abad ke-9 dan ke-10 Masehi, sastra Persia berkembang pesat di sana, khususnya di wilayah Transoxania. Kemajuan sastra Persia yang bernuansa islam tersebut kemudian menyebar luas hingga ke Khorasan dan berbagai daerah lainnya.

Adapun penyair yang paling terkenal dari periode Samaniyah yaitu Rudaki (wafat pada 941), Daqiqi (wafat 977) dan juga Firdausi (wafat 1020). Walaupun Persia merupakan bahasa yang paling diminati saat itu, akan tetapi bahasa Arab masih populer di kalangan anggota-anggota keluarga Samaniyah.

Misal, at’Tha’alibi yang menulis antologi Arab yang diberi nama Yatimat al-dahr atau Mutiara unik. Bagian keempat dari antologi itu mencakup sebuah kisah terperinci tentang para penyair yang hidup di bawah Dinasti Samaniyah.

Tembikar

Adapun peninggalan lainnya yaitu tembikr di mana menjadi kontribusi paling penting dari masa pemerintahan Dinasti Samaniyah bagi seni islam. Tembikar ini dibuat di Nishapur dan Samarkand. Saat itu, orang Samaniyah mengembangkan suatu teknik yang dikenal dengan lukisan selip.

Teknik ini dilakukan dengan mencampurkan tanah semicair dan warna-warnanya. Adapun bentuk tembikar yang paling umum dibuat yaitu mangkuk dan piring sederhana. Biasanya pembuatan tembikar ini menggunakan motif Sasanian seperti kuda, burung, singa hingga desain kaligrafi Arab.

Kesimpulan

Dinasti Samaniyah merupakan dinasti islam yang berdaulat di Iran dan beberapa wilayah Asia Tengah. Masa pemerintahan dinasti ini sekitar tahun 819 – 999 M.

Di masa pemerintahannya, Dinasti Samaniyah telah mengalami kejayaan di mana sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia saat itu. Salah satu kemajuan terbesarnya yaitu munculnya kota Bukhara yang menjadi kotanya para ilmu.

Akan tetapi, saat pemerintahan jatuh kepada Abdul Malik II ibn Nasr II yang ketika itu masih di bawah umur menjadi pertanda kemunduran Dinasti Samaniyah. Hingga akhirnya, Dinasti Samaniyah jatuh dan runtuh di tangan Sultan Mahmud Ghaznawi dari Dinasti Ghaznawi.

The post Dinasti Samaniyah: Raja yang Pernah Memimpin – Masa Kejayaan dan Peninggalan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Dinasti Mughal: Raja yang Pernah Memimpin – Masa Kejayaan dan Peninggalan https://haloedukasi.com/dinasti-mughal Mon, 11 Apr 2022 08:56:35 +0000 https://haloedukasi.com/?p=33545 Dinasti Mughal telah menjadi salah satu dinasti islam terbesar di India. Dengan berdirinya dinasti ini tentunya memberikan pengaruh besar terhadap kebudayaan islam hingga saat ini. Untuk mengetahuinya lebih lanjut, berikut ini penjelasan selengkapnya tentang Dinasti Mughal. Mengenal Dinasti Mughal Dinasti atau lebih dikenal dengan Kesultanan Mughal merupakan kerajaan islam yang pernah berkuasa di India mulai […]

The post Dinasti Mughal: Raja yang Pernah Memimpin – Masa Kejayaan dan Peninggalan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Dinasti Mughal telah menjadi salah satu dinasti islam terbesar di India. Dengan berdirinya dinasti ini tentunya memberikan pengaruh besar terhadap kebudayaan islam hingga saat ini. Untuk mengetahuinya lebih lanjut, berikut ini penjelasan selengkapnya tentang Dinasti Mughal.

Mengenal Dinasti Mughal

Dinasti atau lebih dikenal dengan Kesultanan Mughal merupakan kerajaan islam yang pernah berkuasa di India mulai dari abad ke-16 sampai ke-19. Namun, Dinasti Mughal ini bukanlah kerajaan islam pertama yang ada India. Selain itu, Dinasti Mughal di India sendiri dikenal dengan Kerajaan Mogul.

Meskipun demikian, kerajaan ini ternyata memberikan pengaruh yang besar pada perkembangan islam di India. Selama dua abad pemerintahannya tersebut, Dinasti Mughal sudah membentang luas mulai dari pinggiran luar lembah Indus di bagian barat, Kasmir di utara, Afganistan utara di bagian barat laut, hingga ke dataran tinggi Assam yang berada di Bangladesh (sekarang di timur) serta dataran tinggi Dekkan di India Selatan.

Sejarah Dinasti Mughal

Dinasti Mughal didirikan pada abad ke-16 Masehi oleh Zahiruddin Muhammad Babur. Zahiruddin Babur ini merupakan seorang cucu Timur Lenk yang berasal dari keturunan Genghis Khan dari Mongol. Selain itu, Babur juga anak dari pasangan Umar Sheikh Mirza yang merupakan penguasa Ferghana dan Qutlugh Nigar Khanum yakni keturunan dari Chagatai Khan di mana anak dari Genghis Khan.

Ketika usianya 11 tahun, Babur ini sudah mewarisi daerah Ferghana dari ayahnya. Dari sini lah kemudian ia berambisi untuk menaklukkan Samarkand yang saat itu menjadi kota penting di Asia Tengah. Berkat bantuan Raja Ismail I dari Kerajaan Safwi, akhirnya ia berhasil menaklukkan kota tersebut pada tahun 1494 M.

Setelah satu dekade, Babur menduduki kekuasaan di Kabul yang merupakan ibu kota Afghanistan dan secepat mungkin memusatkan perhatiannya pada India. Ketika itu, India masih dikuasai oleh Ibrahim Lodi yang merupakan raja dari Dinasti atau Kesultanan Delhi. Namun pemerintahannya sedang tidak stabil.

Akhirnya, Babur mengerahkan seluruh bala tentaranya menuju Delhi dan terjadilah Pertempuran Panipat I pada tanggal 21 April 1526 Masehi. Di pertempuran ini, Ibrahim Lodi bersama dengan ribuan pasukannya meninggal. Tak lama kemudian, akhirnya Kesultanan Delhi jatuh kepada Babur dan mendirikan Dinasti Mughal.

Raja-raja yang Pernah Memimpin Dinasti Mughal

Selama dua abad memerintah di India, Dinasti Mughal ini tentu mengalami pergantian kepemimpinan. Adapun raja-raja yang pernah memimpin Dinasti Mughal beserta masa pemerintahannya:

  • Zahiruddin Muhammad Babur, pada 1526 – 1530 M
  • Nasiruddin Muhammad Humayun, memerintah selama dua periode yakni pada 1530 – 1540 M dan 1555 – 1556 M
  • Jalaluddin Muhammad Akar, pada 1556 – 1605 M
  • Nuruddin Muhammad Salim Jahangir, pada 1605 – 1628 M
  • Shahabuddin Muhammad Khurram atau Shah Jahan, pada 1628 – 1658 M
  • Muhiuddin Muhammad atau Alamgir/Aurangzeb, pada 1658 – 1707 M
  • Muhammad Mu’azam atau Bahadur Shah Alam, pada 1707 – 1712 M
  • Mu’izzudin Muhammad atau Jahandar Shah, pada  1712 – 1713 M
  • Farrukhsiyar, pada 1713 – 1719 M
  • Rafi ud-Darajat, pada 1719 M
  • Rafi ud-Daulah atau Shah Jahan II, pada 1719 M
  • Roshan Akhtar atau Muhammad Shah, pada 1719 – 1748 M
  • Ahmad Shah Bahadur, pada 1748 – 1745 M
  • Azizuddin atau Alamgir II, pada 1754 – 1759 M
  • Muhi-ul-Millat atau Shah Jahan III, pada 1759 – 1760 M
  • Ali Gauhar atau Shah Alam II, pada 1760 – 1788 M
  • Bidar Bakht atau Jahan Shah IV, pada 1806 – 1837 M
  • Abu Zafar Sirajuddin Muhammad atau Bahadur Shah II, pada 1837 – 1857 M.

Masa Kejayaan Dinasti Mughal

Dinasti Mughal telah mencapai puncak kejayaannnya di masa pemerintahan Jalaludin Muhammad Akbar pada 1556 hingga 1605 M. kemajuan tersebut tidak hanya di bidang politik dan militer saja, melainkan bidang lain juga mengalami kejayaan seperti ekonomi, arsitektur, pendidikan, sendi dan budaya hingga keagamaan.

Kejayaan yang diperoleh oleh Jalaludin Akbar ini masih bisa dipertahankan oleh tiga raja yang memerintah selanjutnya yakni Jahangir, Shah Jahan dan juga Alamgir atau Aurangzeb. Di masa kejayaan tersebut, pertahanan militer Dinasti Mughal terbilang sangat tangguh dan sulit dikalahkan.

Selain itu, stabilitas politik karena sistem pemerintahan yang diterapkan oleh Jalaludin Akbar juga mempengaruhi kemajuan dalam semua bidang lainnya. Di bidang ekonomi, ia berhasil mengembangkan program pertanian, pertambangan dan juga perdagangan. Hasil pertanian tersebut kemudian diekspor ke berbagai wilayah seperti Eropa, Afrika, Arabia dan Asia Tenggara bersamaan dengan hasil kerajinan tangan masyarakat seperti kain tenun dan kain tipis.

Di masa kepemimpinan Shah Jahan, ia berhasil membangun Taj Mahal yang menjadi salah satu bukti kemajuan bidang arsitektur Dinasti Mughal. Sedangkan di masa Aurangzeb terdapat kemajuan lainnya seperti penghapusan pajak, penurunan harga bahan pangan, serta pemberantasan korupsi.

Bahkan Dinasti Mughal berhasil menguasai perekonomian dunia saat itu di mana mengalahkan Dinasti Qing di China dan Eropa Barat. Hingga pada awal abad ke-18, wilayah kekuasaan Dinasti Mughal sudah membentang luas dari Bengal ke Kabul dan Sindh, Kashmir ke lembah Kaveri di sebelah selatan.

Penduduknya diperkirakan mencapai 150 juta jiwa, atau seperempat dari populasi dunia kala itu. Dengan berbagai pencapaian tersebut, kemudian Dinasti Mughal dianggap sebagai kerajaan terbesar di dunia.

Runtuhnya Dinasti Mughal

Setelah mengalami kejayaan selama satu abad, namun Dinasti Mughal mulai mengalami kemunduran. Hal ini terjadi sepeninggal Aurangzeb di mana para raja penerusnya tidak sanggup mempertahankan kebesaran raja pendahulunya. Dinasti ini pun secara perlahan menghilang akibat satu per satu daerah kekuasaannya melepaskan diri dan mendirikan kerajaan yang baru.

Akhirnnya pada awal abad ke-19, Inggris berhasil mengendalikan hampir Sebagian besar wilayah kekuasaan Dinasti Mughal. Bahadur Shah II yang menjadi raja terakhir Dinasti Mughal saat ini hanya mempunyai otoritas di Kota Shahjahanabad. Kemudian ia digulingkan setelah terjadinya pemberontakan India pada tahun 1857 M.

Baharudin Shah II akhirnya diasingkan ke Myanmar oleh pasukan Inggris. Peristiwa inilah yang menunjukkan berakhirnya Dinasti Mughal.

Peninggalan Dinasti Mughal

Dari kejayaan-kejayaan yang dihasilkan oleh Dinasti Mughal ternyata melahirkan peninggalan-peninggalan yang hingga saat ini masih bisa ditemukan. Adapun peninggalan-peninggalan tersebut berupa bangunan arsitektur dari Dinasti atau Kesultanan Mughal antara lain:

  • Taj Mahal di India, yang saat ini menjadi salah satu keajaiban dunia oleh UNESCO
  • Bangunan Benteng Agra di India
  • Bangunan Benteng Allahabad di India
  • Bangunan Benteng Merah di India
  • Bangunan Benteng Lalbagh di Bangladesh
  • Bangunan Benteng Lahore di Pakistan
  • Bangunan Taman Babur di Afghanistan.

Kesimpulan

Dinasti Mughal merupakan kerajaan islam yang pernah berkuasa di India pada tahun 1526 – 1857 Masehi. Dinasti atau kerajaan ini dicetuskan oleh seorang putra dari keturunan Genghis Khan yakni Zahiruddin Muhammad Babur.

Berdirinya dinasti ini berawal dari Raja Akbar yang berhasil merebut kekuasaan India dari Dinasti Delhi saat itu. Hingga pada akhirnya, Dinasti Mughal mendapatkan kejayaannya pada masa pemerintahan Jalaludin Akbar.

Adapun bukti peninggalan dari kejayaan Dinasti Mughal adalah Taj Mahal yang hingga saat ini masih kita temukan di India. Namun, sayangnya kerajaan itu mengalami kemunduran setelah raja Aurangzeb meninggal. Pada akhirnya, Dinasti Mughal berakhir di masa kepemimpinan raja terakhir yakni Baharudin Shah II di tangan negara Inggris.

The post Dinasti Mughal: Raja yang Pernah Memimpin – Masa Kejayaan dan Peninggalan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>