Daftar isi
Perkembangan islam di dunia saat ini memang mengalami sejarah yang amat panjang. Setelah Dinasti Fatimiyah runtuh, munculah dinasti baru yang menjadi salah satu dinasti terbesar dalam islam yakni Dinasti Ayyubiyah.
Bagaimanakah perkembangannya? Untuk mengetahuinya, berikut ini penjelasan selengkapnya terkait pengertian, sejarah, tokoh, masa kejayaan hingga masa kemunduran Dinasti Ayyubiyah.
Mengenal Dinasti Ayyubiyah
Dinasti Ayyubiyah atau lebih dikenal dengan Bani Ayyubiyah merupakan dinasti atau kerajaan muslim yang beraliran sunni dengan keturunan etnis Kurdi. Dinasti ini telah berkuasa sejak abad ke-12 hingga abad ke-13 M.
Dinasti yang berkuasa kurang lebih satu abad ini didirikan oleh seorang tokoh islam terkenal yang bernama Salahuddin Al-Ayyubi. Sebelum mendirikan, ia merupakan seorang wazir (perdana Menteri) di Mesir yakni di bawah kekuasaan Dinasti Fatimiyah.
Sejarah Dinasti Ayyubiyah
Berdirinya Dinasti Ayyubiyah ini bisa dilihat sejak melemahnya kekuasaan Dinasti Fatimiyah (909-1172 M). Dinasti Fatimiyah itu sendiri mulai melemah sejak pertengahan abad ke-12 yang disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah karena masalah internal. Masalah internal disini yaitu perebutan posisi wazir.
Wazir merupakan seorang Menteri atau penasihat yang memiliki kedudukan tinggi, di mana bias akita temukan di dalam sistem monarki islam. Tidak hanya itu, terdapat faktor eksternal yakni adanya serangan pasukan Salib ke Mesir yang menjadi salah satu penyebab runtuhnya dinasti tersebut.
Pada tahun 1164 M, kemudian Salahuddin Al-Ayyubi bersama dengan pamannya yang bernama Syirkuh dikirim oleh penguasa Damaskus yakni Nurudin Zanki untuk pergi ke Mesir. Kepergiannya tersebut bertujuan untuk membantu Dinasti Fatimiyah dalam melawan serangan dari pasukan Salib. Hingga akhirnya, mereka berhasil mempertahankan Mesir setelah memenangkan Perang Salib.
Dari keberhasilannya itu, kemudian Syirkuh diangkat sebagai wazir di Mesir pada tahun 1169 M. akan tetapi, jabatannya hanya bertahan selama dua bulan karena meninggal. Akhirnya jabatan wazir tersebut diserahkan kepada Salahuddin yang berambisi untuk menggantikan islam Syiah di Mesir dengan aliran Sunni.
Selain itu, ia juga ingin memerangi orang-orang Franka dalam Perang Salib. Namun kedudukan Dinasti Fatimiyah semakin melemah, hingga pada akhirnya Salahuddin Al-Ayyubi yang menggantikan dinasti itu menjadi Dinasti Ayyubiyah. Dinasti ini didirikannya pada tahun 1171 M.
Raja-raja yang Pernah Memimpin Dinasti Ayyubiyah
Selama berkuasa kurang lebih satu abad, Dinasti Ayyubiyah tentunya telah mengalami pergantian khalifah atau raja untuk melanjutkan perkembangan dinasti tersebut. Adapun raja-raja yang pernah memimpin Dinasti Ayyubiyah sebagai berikut:
- Salahuddin Al-Ayyubi, pada 1174 – 1193 M
- Al-Aziz ibn Salahuddin, pada 1193 – 1198 M
- Mansur ibn al-Aziz, pada 1198 – 1199 M
- Al-Adil I Ahmad ibn Ayyub, pada 1199 – 1218 M
- Al-Kamil, pada 1218 – 1238 M
- Al-Adil II, pada 1238 – 1240 M
- Malik al-Salih Najmuddin, pada 1240 – 1249 M
- Muazzam Tauransyah ibn Shalih, pada 1249 M
- Syaharah al-Dirr (istri Malik Saleh), pada 1249 M
- Asyraf ibn Yusuf, pada 1249 – 1250 M
Masa Kejayaan Dinasti Ayyubiyah
Sejak didirikan oleh Salahuddin Al-Ayyubi, Dinasti Ayyubiyah telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Terlebih lagi, ambisinya yang berkeinginan untuk menggeser aliran Syiah dengan Islam Sunni pun terwujud.
Setelah berkuasa dan memimpin Dinasti Ayyubiyah, ia pun melakukan ekspansi wilayah dengan menguasai beberapa kota seperti Yaman (1174 M), Suriah (1180 M) hingga merebut kota Yerussalem dari kekuasaan Tentara Salib pada 1187 M. Tidak hanya itu, bahkan wilayah yang dikuasai pun membentang luas hingga ke Afrika Utara, Nabia Utara, Syam, Arab Barat, Mesopotamia, Palestina serta Transyordania.
Selain ekspansi wilayah, Dinasti Ayyubiyah mengalami kejayaan di bidang lain seperti ekonomi, pendidikan, ilmu pengetahuan, kesehatan hingga arsitektur. Adapun bukti kejayaan di bidang tersebut yaitu:
Bidang ekonomi
Meskipun Perang Salib yang terjadi menjadi perang paling besar, namun ternyata dapat menguatkan hubungan dagang dengan bangsa Eropa. Hal ini ditunjukkan oleh tindakan-tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan produksi pertaniannya. Sehingga hasil produksi tersebut dapat diekspor dan menyebar ke Eropa.
Bahkan industry perdagangan di masa ini juga semakin kuat karena adanya ketertarikan dari Bangsa Eropa terhadap barang-barang baru yang diproduksi oleh pedagang Muslim. Misal, berbagai kerajinan tangan seperti kaca, tembikar serta permadani. Kesuksesan ekonomi ini masih berlangsung sampai pemerinatahan Al-Kamil di mana memang dikenal sosok yang sangat memerhatikan kondisi ekonomi negara.
Bidang pendidikan
Selain ekonomi, Dinasti Ayyubiyah juga maju dalam bidang pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan didirikannya madrasa di beberapa kota seperti Aleppo, Yerussalem, Kairo dan juga Iskandariyah. Selain itu, terdapat pula Lembaga pendidikan untuk mazhab lain seperti Hanafi, Hanbali, dan Maliki.
Tidak hanya itu, guru dan siswa juga diperhatikan terkait kesejahterannya oleh pemerintah. Bahkan terdapat fasilitas tempat tinggal berupa asrama supaya aktivitas pembelajaran semakin intens.
Bidang kesehatan
Kejayaan di bidang kesehatan ini terbukti dengan adanya pembangunan beberapa rumah sakit serta penunjang pelayanan kesehatan seperti di Kota Damaskus dan Kairo. Bahkan ada pula sekolah yang memang dikhususkan untuk mencetak lulusan tenaga kesehatan.
Bidang arsitektur
Adapun bidang lainnya yang mengalami kemajuan adalah arsitektur. Hal ini ditandai dengan pencapaian terbesar Dinasti Ayyubiyah yakni adanya pembangunan benteng-benteng yang ditambahi oleh sejumlah madrasah Sunni.
Pembangunan yang dilakukan tersebut memang difokuskan di Mesir dan Suriah. Tidak hanya itu, pada masa pemerintahan Salahuddin juga berhasil membangun benteng di Kairo di mana diselesaikan oleh Al-Kamil.
Runtuhnya Dinasti Ayyubiyah
Selama berkuasa, Dinasti Ayyubiyah ini sangat bergantung pada Mamluk atau tentara budak dalam menangani urusan militernya. Akan tetapi, ketergantungan ini ternyata menjadi bumerang untuk Dinasti Ayyubiyah.
Pasalnya, hampir sebagian besar runtuhnya Dinasti Ayyubiyah disebabkan oleh para Mamluk dari Turki sendiri. Kemunduran ini dimulai sejak masa pemerintahan Sultan As-Salih. Ketika itu, para Mamluk sudah memegang kendali atas pemerintahan Dinasti Ayyubiyah.
Sehingga, setelah Sultan As-Salih meninggal pada 1249 membuat bangsa Mamluk kemudian mengangkat sang istri mendiang sultan yakni Syajarat ad-Dur sebagai pemimpin Dinasti Ayyubiyah. Dari pengangkatan inilah yang menandai berakhirnya kekuasaan Dinasti Ayyubiyah di Mesir dan berdirinya dinasti baru yakni Dinasti Mamluk (1250-1517). Meskipun demikian, beberapa keturunan Ayyubiah ada yang masih memimpin di daerah sampai 70 tahun kemudian.
Peninggalan Dinasti Ayyubiyah
Adapun beberapa peninggalan Dinasti Ayyubiyah yang perlu diketahui antara lain:
- Benteng Aleppo di Aleppo
- Benteng Salahuddin di Kairo
- Madrasah Zahiriya di Aleppo
- Madrasah al-Sahiba di Damaskus
- Madrasah al-Salih di Kairo
Kesimpulan
Dinasti Ayyubiyah merupakan salah satu dinasti islam terbesar beraliran Sunni di Mesir. Dinasti ini berkuasa kurang lebih selama satu abad mulai dari abad ke-12 hingga ke-13.
Dinasti yang didirikan oleh Salahuddin Al-Ayyubi ini telah mengalami perkembangan pesat sejak berdiri. Masa kejayaannya tersebut mencakup di bidang pendidikan, ekonomi, ilmu pengetahuan, kesehatan hingga arsitektur.
Namun sayangnya, Dinasti Ayyubiyah harus mengalami kemunduran setelah kekuasaan jatuh pada pemerintahan Syajarat ad-Dur. Kemudian ditandai pula dengan berdirinya Dinasti Mamluk.