Daftar isi
Suku Bali merupakan suku mayoritas masyarakat penduduk pulau Bali. Biasanya suku Bali disebut dengan Anak Bali, Wong Bali atau Krama Bali. Berikut ini akan dijelaskan mengenai Suku Bali.
Perkembangan suku Bali terjadi dikarenakan adanya perpindahan secara perlahan-lahan karena adanya penyebaran agama Hindu.
Setelah masa kejayaan kerajaan Majapahit runtuh, kerajaan Demak berusaha mengalahkan kerajaan Majapahit dan menyebarkan Islam pada abad ke 15.
Majapahit yang merupakan kerajaan Hindu melakukan perjalanan ke arah timur, yaitu pegunungan di Jawa Timur.
Terdapat pula yang melakukan perjalanan hingga ke pulau Bali. Mereka membentuk kelompok masyarakat Bali yang berpegang pada paham agama Hindu dan tradisi Bali.
Suku Bali dibagi menjadi dua, yaitu suku Bali Aga dan Suku Bali Majapahit. Suku Bali Aga merupakan penduduk asli pulau Bali dan menetap di gunung.
Desa Trunyan dan desa Tenganan merupakan tempat guna melestarikan suku Bali Aga dan nilai leluhur.
Suku Bali Majapahit merupakan beberapa kelompok rakyat Majapahit yang memilih menetap di Bali setelah kerajaan Majapahit runtuh.
Suku Bali memiliki sistem patrilineal, yaitu garis keturunan mengikuti garis keturunan ayah. Suku Bali juga mengenal sistem kasta.
Pemberian nama pada masyarakat suku Bali sesuai dengan kasta yang dimiliki. Nama anak pertama ditandai dengan Wayan, anak kedua dengan Made, anak ketiga dengan Nyoman, dan anak keempat dengan Ketut.
Terdapat pula sisipan ‘I’ atau ‘Ni’ di setiap nama pada masyarakat suku Bali. Kata ini menunjukkan jenis kelamin pada sang bagi pemilik nama.
Pembagian sistem kasta pada suku Bali terbagi atas empat kelompok, yaitu brahmana, kesatria, waisya, dan jaba.
Brahmana adalah kalangan pemuka agama atau pendeta, kesatria digunakan untuk raja dan kaum bangsawan serta petinggi kerajaan, waisya untuk abdi keraton, dan jaba merupakan masyarakat yang tidak mempunyai kedudukan dalam pemerintahan.
Berdasarkan tradisi adat Bali, perempuan Bali tidak mengenakan pakaian bagian atas. Baik perempuan maupun laik-laki hanya mengenakan kemben.
Sekitar tahun 1990-an masyarakat sudah mulai mengenakan pakaian yang tertutup. Pakaian adat Bali modern terbagi atas beberapa jenis, yaitu payas agung, payas madya, dan payas alit.
Pakaian adat dalam payas agung merupakan tingkatan paling tinggi dan paling mewah. Kelengkapan payas agung penuh dengan nuansa emas dan mahkota dan biasanya digunakan pada acara pernikahan.
Pakaian adat madya lebih simpel dibandingkan dengan payas agung. Kelengkapannya terdiri dari selendang dan kamen.
Untuk payas alit digunakan ketika hendak beribadah. Ciri khasnya yaitu biasanya berwarna putih dan terdapat udeng pada kelengkapan pakaian laki-laki.
Masyarakat suku Bali menganut konsep Tri Murti, yang terdiri dari Brahmana (menciptakan), Wisnu (memelihara), dan Siwa (merusak).
Sistem kepercayaan yang dianut dengan mayoritas memeluk agama Hindu. Selain Hindu, ada pula yang menganut agama Islam, Kristen, Katolik, Budha, dan Konghuchu.
Masyarakat suku Bali juga percaya terhadap hal-hal yang berhubungan dengan nenek moyang.
Masyarakat suku juga mengenal akan adanya atman (roh yang abadi), karmaphala (buah dari setiap perbuatan), dan punarbhawa (kelahiran kembali).
Bangunan rumah adat suku Bali dibagi menjadi dua bagian, yaitu gapura candi dan huniannya. Gapura candi bentar merupakan gerbang rumah.
Bagian bangunan ini juga biasanya terhubung dengan pura dan atau pagar besi dan memiliki ukiran khas Bali.
Bagian hunian terdiri dari delapan bagian, yaitu angkul-angkul, aling-aling, pura keluarga, bale dauh, bale gede, bale manten, pawerangan, dan jineng.
Rumah adat Bali berdasarkan aturan Asta Kosala Kosali pada kitab suci Weda. Tata letaknya diatur berdasarkan ilmu fengshui dan memenuhi aspek pawongan, pelemahan, dan parahyangan.
Suku Bali biasanya menggunakan bahasa Bali untuk komunikasi sehari-hari. Di jaman modern, tidak jarang masyarakat yang menggabungkan dua bahasa, yaitu bahasa Bali dan bahasa Indonesia.
Dalam kegiatan adat biasanya digunakan bahasa Bali alus dan untuk berkomunikasi dengan para tetua atau pemuka agama.
Dalam kebudayaan suku Bali, terdapat lima upacara adat yang harus dilakukan, diantaranya yaitu jatakarma (syukuran kelahiran), mepandes (potong gigi), otonan (upacara berdasarkan tanggal lahir adat Hindu), pawiwahan (pernikahan), dan ngaben (pemakaman).
Kesenian tradisional khas Bali diantaranya yaitu tari kecak, wayang kulit Bali, arja, bondres, tari legong, tari barong, drama gong.