Daftar isi
Suku Betawi adalah salah satu suku bangsa Indonesia yang mendiami wilayah Jakarta dan sekitarnya. Jumlah populasi suku Betawi menurut BPS (2010) mencapai 6.807.968 orang atau 2,88 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.
Suku Betawi adalah suku bangsa Indonesia yang merupakan perpaduan antara beberapa suku bangsa lainnya ketika Jakarta masih berstatus sebagai kota pelabuhan bernama Sunda Kelapa.
Kata Betawi sendiri mulai digunakan untuk merujuk penduduk asli Jakarta secara tertulis untuk pertama kalinya pada tahun 1644 dalam sebuah dokumen berupa testamen Nyai Inqua.
Ia adalah janda Tuan Tanah Souw Beng Kong, Kapiten Tionghoa pertama di Batavia. Dalam testamennya, Nyai Inqua menyebut seorang pembantu perempuannya adalah orang Betawi.
Para ahli sepakat bahwa suku Betawi adalah suku yang lahir dari percampuran berbagai macam suku bangsa yang ada di wilayah Indonesia.
Suku-suku yang dimaksud antara lain suku Melayu, suku Sunda, suku Jawa, suku Bugis, suku Makassar, suku Bali, dan suku Ambon.
Selain itu, suku Betawi juga lahir dari perpaduan beberapa ras lain yang saat itu tengah berada di wilayah Jakarta seperti Arab, Cina, Potugis, dan sebagainya.
Hal ini bisa terjadi karena Jakarta atau Batavia saat itu merupakan kota pelabuhan sekaligus perdagangan yang banyak dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai daerah bahkan negara.
Seiring berjalannya waktu, terjadi percampuran antara masyarakat Betawi dengan suku-suku dari daerah lain di Indonesia dan juga dari bangsa lain seperti Arab, Belanda, Cina, India, dan Portugis.
Akibatnya, kebudayaan masyarakat Betawi yang tercipta pun merupakan hasil asimilasi pengaruh budaya lokal dengan budaya luar.
Meskipun begitu, kedatangan kaum pendatang ini membawa dampak negatifbagi masyarakat Betawi. Mereka “terusir” dari tempat asal mereka dan harus menyingkir ke wilayah yang ada di sekitar Jakarta.
Karena itulah, masyarakat Betawi masih dapat ditemui di beberapa tempat di kota Jakarta dan pinggiran wilayah Jakarta seperti Cisalak, Tambun, Bekasi, Tangerang, dan lain-lain.
Suku Betawi adalah suku bangsa di Indonesia yang sangat unik karena memiliki ciri-ciri khas diantaranya sebagai berikut.
Sebagaimana halnya suku Sunda, suku Bugis, atau suku bangsa lainnya yang ada di Indonesia, pakaian adat suku Betawi juga secara umum terdiri dari dua macam yaitu sebagai berikut.
1. Pakaian adat untuk pernikahan
Untuk laki-laki, pakaian mempelai laki-laki disebut Dandanan Care Haji yang banyak dipengaruhi oleh adat Arab, Cina, Melayu, dan Barat.
Pakaian yang dikenakan berupa jubah yang terbuat dari bahan beludru dan berwarna cerah. Sebagai pelengkap, dipakai sorban sebagai penutup kepala yang disebut alpie.
Selain itu, digunakan pula selendang bermotif benang emas atau manik-manik yang berwarna cerah dan menggunakan sepatu pantopel.
Adapun mempelai perempuan mengenakan pakaian adat Betawi yang disebut Dandanan Care None Pengantin Cine.
Pakaian yang dikenakan berupa blus bergaya cina dan berbahan satin serta berwarna cerah. Untuk bawahan, mempelai perempuan mengenakan kun atau rok berwarna hitam atau merah hati dengan model duyung.
Sebagai pelengkap, mempelai perempuan mengenakan sanggul palsu berhiaskan kembang goyang dengan motif burung hong, roonje atau bunga melati, sisir, dan dilengkapi dengan cadar pada bagian wajah.
Perhiasan lainnya yang digunakan adalah kalung lebar, gelang listring, dan hiasan teratai manik-manik yang dikalungkan di bagian dada, serta selop dengan model perahu sebagai alas kaki.
2. Pakaian tradisional untuk sehari-hari
Untuk laki-laki, pakaian tradisional yang biasa dikenakan sehari-hari disebut dengan sadariah berupa baju koko dan celana komprang berukuran ukuran tanggung.
Sebagai pelengkap, seorang laki-laki Betawi biasanya mengalungkan sarung yang sudah digulung pada leher atau di ikatkan di pinggang, menggunakan sabuk hijau, serta peci sebagai penutup kepala.
Sedangkan untuk perempuan, pakaian yang dikenakan adalah kebaya, kain sarung bermotif untuk bawahan, serta selendang sebagai penutup kepala.
Sebagian besar penduduk atau masyarakat suku Betawi menganut agama Islam. Hanya sebagian kecil saja yang memeluk agama Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu.
Meskipun sebagian besar masyarakat suku Betawi menganut agama Islam, namun sebagian masyarakat yang lain masih berpegang pada kepercayaan lama.
Kepercayaan lama yang dimaksud adalah mereka percaya bahwa benda-benda dan tempat-tempat tertentu memiliki kekuatan gaib yang dapat bersifat jahat ataupun baik.
Salah satu rumah adat suku Betawi adalah rumah kebaya yang memiliki atap berbentuk pelana yang dilipat. Jika dilihat dari samping akan terlihat seperti kebaya.
Biasanya, rumah ini dibangun di atas tanah berbentuk kubus dengan posisi lantai rumah yang ditinggikan dengan anak tangga paling banyak tiga buah.
Rumah ini memiliki teras yang luas. Karena fungsinya sebagai tempat menerima tamu sekaigus tempat santai keluarga, teras dilengkapi dengan meja dan kursi kayu serta dikelilingi oleh pagar yang rendah.
Bahasa yang digunakan suku Betawi sebagai alat komunikasi adalah bahasa Betawi. Bahasa Betawi kerap disebut juga dengan bahasa Melayu-Betawi, bahasa Melayu-Jakarta, atau bahasa Melayu-Batavia.
Ada dua macam dialek yang sering kita dengar yaitu dialek Betawi Kota dan dialek Betawi Udik.
Bahasa Melayu Betawi banyak dipengaruhi unsur-unsur bahasa lain seperti bahasa Hokkian, bahasa Sunda, bahasa Bali, bahasa Arab, bahasa Belanda dan bahasa Portugis.
Kebudayaan suku Betawi dalam hal ini berkaitan dengan sistem kekerabatan dan sistem ekonomi.
Sebagaimana halnya sistem kekerabatan yang dianut masyarakat suku Bugis, sistem kekerabatan masyarakat suku Betawi juga bersifat bilateral yakni sistem kekerabatan yang ditentukan berdasarkan garis keturunan ayah dan ibu.
Terkait dengan daur hidup yang merupakan peristiwa penting kehidupan yang selalu terjadi, masyarakat suku Betawi selalu menyelenggarakan upacara adat yang bertujuan mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Mahaesa.
Berbagai macam jenis upacara adat yang kerap dilakukan masyarakat suku Betawi terkait daur hidup manusia adalah sebagai berikut.
Sejatinya, mata pencaharian masyarakat suku Betawi adalah bertani. Namun, karena adanya urbanisasi besar-besaran serta perkembangan teknologi yang sangat pesat, masyarakat suku Betawi pun berganti profesi.
Profesi yang banyak digeluti masyarakat suku Betawi antara lain buruh, pedagang, tukang, nelayan ataupun berdagang.
Kesenian suku Betawi sangat beragam yang meliputi seni musik, seni tari, dan seni teater atau seni drama.
1. Seni Musik
Seni musik tradisional Betawi ada beberapa macam, antara lain sebagai berikut.
2. Seni Tari
Masyarakat adat suku bangsa Betawi memiliki beberapa jenis tarian tradisional yang meliputi tari zapin, tari samrah, tari belenggo, tari cokek, tari pencak silat, dan tari uncul.
3. Seni Teater atau Seni Drama
Seni teater atau seni drama tradisional yang sangat terkenal dari suku Betawi adalah lenong Betawi. Ada dua macam bentuk Lenong Betawi yaitu Lenong Denes dan Lenong Preman.
Selain lenong, seni teater tradisional Betawi lainnya adalah Topeng Betawi, Topeng Blantek, dan Jipeng atau Jinong.
Adapun bahasa yang digunakan dalam seni teater tradisional Betawi adalah bahasa Betawi.