Dalam bahasa Jawa, beberapa kata memiliki perbedaan dalam penulisan dan pengucapannya. Misalnya saja kata “mata” yang tertulis dengan vokal “a” tetapi dibaca “moto” menggunakan vokal “o”.
Atau kata “mancing” yang tertulis dengan vokal “i” tetapi dibaca “manceng”. Namun, adakalanya baik penulisan maupun pengucapannya sama. Hal ini dikenal dengan istilah swara jejeg dan swara miring.
Berikut adalah pembahasan dan contoh mengenai swara jejeg dan swara miring untuk masing-masing swara (vokal) dalam bahasa Jawa.
Swara “a”
Pada swara atau huruf vokal “a”, yang dimaksud swara jejeg adalah ketika pengucapan “a” berubah menjadi “o”(seperti “o” pada kata “tolong”). Contohnya adalah sebagai berikut:
- Bata (batu bata) dibaca boto
- Mata (mata) dibaca moto
- Gawa (membawa) dibaca gowo
- Jaga (berjaga) dibaca jogo
- Lara (sakit) dibaca loro
Adapun swara miring pada vokal “a” adalah ketika pengucapan dan penulisannya sama. Contohnya adalah sebagai berikut:
- Bathang (bangkai) dibaca bathang
- Tawang (langit) dibaca tawang
- Layangan dibaca layangan
- Sawang (jaring laba-laba, melihat) dibawa sawang
- Dalan (jalan) dibaca dalan
Swara “i”
Pada swara atau huruf vokal “i”, yang dimaksud swara jejeg adalah ketika penulisan dan pengucapannya sama atau tidak berubah. Contohnya adalah sebagai berikut:
- Panci dibaca panci
- Tali dibaca tali
- Sapi dibaca sapi
- Pari dibaca pari
- Wedi (pasir) dibaca wedi
Adapun swara miring pada vokal “i” adalah ketika pengucapan vokal “i” berubah menjadi “e” (seperti “e” pada kata “sate”). Contohnya adalah sebagai berikut:
- Jaring (jala) dibaca jareng
- Paring (memberi) dibaca pareng
- Saring (menyaring) dibaca sareng
- Miring dibaca mereng
- Penting dibaca penteng
Catatan:
Setiap swara miring “i” yang mendapat imbuhan akhiran “e” maka swara miringnya akan berubah menjadi swara jejeg. Contohnya adalah sebagai berikut:
- Jaring yang dibaca jareng, bila mendapat akhiran “e” yaitu jaring + e maka dibaca Jaringe.
- Sikil (kaki) yang dibaca sekel, bila diberi akhiran “e” yaitu sikil + e maka dibaca sikile
Swara “u”
Pada swara atau huruf vokal “u”, yang dimaksud swara jejeg adalah ketika penulisan dan pengucapannya sama atau tidak berubah. Contohnya adalah sebagai berikut:
- Lampu dibaca lampu
- Payu (laku) dibaca payu
- Tuku (beli) dibaca tuku
- Gulu (leher) dibaca gulu
- Sapu dibaca sapu
Adapun swara miring pada vokal “u” adalah ketika pengucapan vokal “u” berubah menjadi “o” (seperti “o” pada kata “bakso”). Contohnya adalah sebagai berikut:
- Sabun dibaca sabon
- Payung dibaca payong
- Jaluk (minta) dibaca jalok
- Luput (meleset) dibaca lopot
- Sabuk (ikat pinggang) dibaca sabok
Catatan:
Setiap swara miring “u” yang mendapat imbuhan maka swara miringnya akan berubah menjadi swara jejeg. Contonya adalah sebagai berikut:
- Sabun yang dibaca sabon, bila mendapat imbuhan,misalnya disabuni, maka dibaca jejeg disabuni.
Swara “o”
Pada swara “o”, swara jejeg adalah bila pengucapan “o” nya seperti “o” pada kata “bakso”. Contohnya adalah pada kata berikut:
- Moto (semboyan)
- Loro (dua)
- Jago (jantan, ayam jago)
- Kebo
- Soto
Sementara itu, swara miring adalah ketika “o” diucapkan seperti “o” pada kata “tolong”. Contohnya adalah pada kata:
- Lorong
- Kalong (berkurang)
- Bagong (nama tokoh pewayangan)
- Colong (mencuri)
Swara “e”
Untuk swara “e” ada tiga bentuk pengucapan yang berbeda, yaitu:
- Swara “e” jejeg yang pada penulisan huruf jawa menggunakan sandhangan taling
- Swara ”e” miring yang pada penulisan huruf jawa menggunakan sandhangan taling
- Swara “e” yang pada penulisan huruf jawa menggunakan pepet
Swara “e” jejeg adalah bunyi vokal “e” yang diucapkan seperti pengucapan “e” pada kata “sate”. Contohnya adalah pada kata berikut:
- Sate
- Gule
- Tempe
- Kate (akan)
Swara “e” miring adalah bunyi vokal “e” yang diucapkan seperti pengucapan “e” pada kata “kaleng”. Contohnya adalah pada kata berikut:
- Balen (mengulang)
- Tempeh (tampah)
- Weweh (memberi)
- Kates (pepaya)
Swara “e” yang pada penulisan huruf jawa menggunakan sandhangan pepet, yakni pengucapan “e” seperti pada kata senang. Contohnya adalah pada kata:
- Seneng (gembira)
- Saget (bisa)
- Temu (jumpa)
- Wedhus (kambing)
- Kesel (capek)