Seni

Tari Tanggai: Makna – Gerakan dan Pola Lantai

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tari Tanggai adalah salah satu tari tradisional khas Indonesia tepatnya berasal dari Kota Palembang, Sumatera Selatan. Tarian ini pada umumnya ditampilkan dalam acara pernikahan adat Palembang yang menyimbolkan sikap ramah dan rasa hormat Masyarakat Palembang atas kedatangan para tamu.

Sama dengan tari tradisional lainnya, tari asal Palembang ini juga memiliki ciri khasnya tersendiri, lho! Untuk mengetahuinya, berikut pembahasan mengenai Tari Tanggai yang perlu kamu ketahui:

Makna Tari Tanggai

Tari Tanggai memiliki makna atau arti tersembunyi yakni sebagai ungkapan selamat datang dari orang yang memiliki hajat dan mengadakan upacara kepada para tamu yang sudah diwakilkan dalam kandungan setiap gerakan dalam tarian tersebut. Hal itu dikarenakan bagi masyarakat Palembang, tamu itu diibaratkan sebagai raja di mana memang harus selalu diperlakukan dengan sebaik mungkin.

Sikap ramah dan hormatnya dapat terlihat melalui salah satu gerakan penari tanggai yakni sekapur sirih yang diberikan kepada para tamu kehormatan yang terpilih. Pemberian tersebut merupakan simbol bahwa tamu itu telah diterima dengan baik oleh masyarakat Palembang yang sangat terbuka.

Sejarah Tari Tanggai

Mengenai sejarah Tari Tanggai, tidak terdapat referensi yang akurat terkait tentang kapan dan bagaimana sejarah dari Tari Tanggai ini. namun apabila didasarkan pada sumbernya, Tari Tanggai ini berasal dari adanya ritual persembahan kepada Dewa Siwa dari masyarakat Buddha yang tinggal di Sumatera Selatan. Sehingga tidak heran apabila Palembang memang menjadi pusat dari kerajaan Buddha terbesar kala ini yakni Kerajaan Sriwijaya di bahwa kepemimpinan Wangsa Syailendra.

Apalagi adanya pengaruh budaya dari China yang sangat kental sehingga menyebabkan terjadinya akulturasi budaya antara masyarakat pribumi dengan pembaga agama Buddha dari China. Salah satu tarian tradisional yang telah tergolong tua ini mulanya memang sangat disakralkan dan disucikan, sebab memang difungsikan sebagai pengantar sesembahan kepada dewa-dewi para penganut Buddha tersebut.

Tarian ini mulai ditampilkan bersama dengan propertinya yakni tanggai dan sekapur sirih sekitar tahun 1920. Namanya pun memiliki sedikit perbedan yaitu Tari Tanggai atau Tari Tepak. Kemudian tari ini kembali diangkat atas kerjasama Elly Rudi dan Anna Kumari sebagai tarian penyambutan tamu sebab masa itu Palembang tidak mempunyainya. Sedangkan, penamaannya sendiri berasal dri aksesris kuku palsu atau tanggai yang sudah dipasahkan di delapan jari (kecuali dua ibu jari) pada penarinya.

Fungsi Tari Tanggai

Secara umum, Tari Tanggai berfungsi untuk menyambut para tamu yang telah datang memenuhi undangan. Selain itu, tarian ini juga berfungsi untuk dipertunjukkan atau dipertontonkan dalam upacara pernikahan adat Palembang. seiring dengan perkembangan zaman, tari ini juga bisa ditampilkan pada berbagai acara mulai dari acara resmi organisasi, festival budaya, acara kedinasan yang akan menghadirkan para pejabatan negara hingga pergelaran seni yang diadakan di sekolah.

Adapun fungsi lain dari pertunjukan Tari Tanggai sebagai berikut:

  • Sebagai simbol dalam penyambutan tamu kehormatan. Hal itu di mana Tari Tanggai selalu dipertunjukkan dalam perayaan hari-hari besar ataupun acara lainnya. selain itu, dapat ditandakan dengan penari utama yang membawa tempat kapur sirih.
  • Sebagai sarana upacara dalam adat pernikahan/perkawinan. Hampir sama dengan penyambutan tamu kehormatan, namun tarian ini dilakukan dalam konteks pesta pernikahan. Selain itu, pembedanya juga terdapat pada susunan para penarinya.
  • Sebagai hiburan yang dapat memberikan kesenangan kepada para tamu (penonton) yang sudah hadir.
  • Sebagai legitimasi atau prasyarat dari kelengkapan resepsi penikahan. Ketika pengantin akan memasuki gedung atau tempat pernikahan, maka akan diiringi oleh para penari yang berjalan dengan pelan dalam resepsi.
  • Sebagai media pendidikan, di mana mampu mengembangkan kepekaan dalam perasaannya terhadap nilai-nilai estetika.

Gerakan Tari Tanggai

Tari Tanggai tersusun dari beberapa rangkaian gerak atau motif gerak yang sudah dikembangkan dan divariasikan menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga dapat membentuk sebuah struktur tari. Adapun struktur gerakan dalam Tari Tanggai antara lain:

Gerakan awal

  • Gerak masuk posisi sembah
  • Gerak Borobudur hormat
  • Gerak sembah berdiri
  • Jalan keset
  • Kecubung berdiri bawah kanan
  • Kecubung bawah kiri
  • Kecubung berdiri atas kanan
  • Kecubung atas kiri
  • Ulur benang.

Gerakan inti

  • Tutur sabda
  • Sembah duduk
  • Tabur bunga duduk kanan dan kiri
  • Memohon duduk kanan
  • Kecubung duduk kanan dan kiri
  • Stupa kanan dan kiri
  • Tutur sabda
  • Borobudur
  • Ulur benang.

Gerakan penutup

  • Tolak bala berdiri kanan dan kiri
  • Nyumping berdiri kanan dan kiri
  • Mendengar berdiri kanan dan kiri
  • Tumpeng tali atau ulur benang berdiri kanan dan kiri
  • Sembah berdiri
  • Borobudur berdiri
  • Borobudur hormat.

Pola Lantai Tari Tanggai

Pola lantai yang digunakan dalam Tari Tanggai adalah pola lantai huruf V, horizontal serta melingkar. Untuk pola lantai huruf V ini terkait dengan posisi penari melengkung atau meruncing. Hal itu dikarenakan akan merujuk kepada huruf V yang dibentuk oleh penari tersebut.

Properti Tari Tanggai

Adapun properti yang dipakai sebagai pelengkap busana tarian seperti pending, kalung, dadat, sanggul malang, kembang urat, cempoko, kembang goyang serta tanggai yang akan dipasang di kedelapan jari-jemari tangan penari. Sementara beberapa properti wajib dalam Tari Tanggai sebagai berikut:

  • Kain songket, merupakan kain tenunan sejenis brokat yang berbahan dasar logam metalik di mana berfungsi untuk memberikan efek kilauan yang lebih cemerlang dan mewah.
  • Kalung, yang memiliki bentuk seperti rantai, liontin atau bandul.
  • Kembang goyang, merupakan sanggul di kepala yang terbuat dari tembaga, kuningan, emas atau perak.
  • Tanggai, merupakan kuku palsu yang berbentuk panjang meruncing yang dipasangkan pada jari tangan.
  • Tepak, merupakan tempat untuk menaruh hidangan seperti daun sirih, tembakai, pinang gambur dan kapur.

Musik Iringan Tari Tanggai

Musik yang digunakan sebagai pengiring dalam Tari Tanggai adalah musik yang menggabungkan sebuah instrumental yang diciptakan oleh komponis sekaligus dibantu dengan alat musik lainnya yaitu gendang dan satu buah gong yang berfungsi sebagai ritem. Iringan instrumental tersebut menggambarkan nuansa melayu dan tidak meninggalkan warna maupun rasa dari musik Palembang. Adapun alat musik yang sering digunakan yaitu:

  • Accordion
  • Biola
  • Gendang
  • Gong.

Busana dan Tata Rias Tari Tanggai

Terdapat empat macam penata busana yang akan dipakai oleh penari dalam pementasan Tari Tanggai sebagai berikut:

  • Aesan dodot yang digunakan oleh para penari berupa bunga urai, cempako, gelang gepeng, gelang kano, gelang sempuru, gelang malang, kalung kebo mungga, selempang, kemben songket, sewet songket, selempang, pending, teratai, sundur dan sumping.
  • Aesan Pak Sangkong yang digunakan oleh penari berupa baju kirung belutdru, bunga urai, cempako, gelang gepeng, gelang kano, gelang sempuru, gelang malang, kalung kebo mungga, kelapo setandan, selendang, pak sangkong, sumping, sisir, teratai, dan sewet songket.
  • Aesan Gede yang digunakan penari berupa bunga urai, cempako, gelang gepeng, gelang kano, gelang sempuru, gelang malang, kalung kebo mungga, kelapo setandan, selendang, pak sangkong, sumping, sisir, teratai, sewet songket, pending, kasuhun, kecak bahu, kembang songket, selempang dan sumoing.
  • Aesan Ganding (Selendang Mantri) yang digunakan berupa gelang kano, gelang malang, gelang sempuru, kalung kebo mungga, kembang songket, kembang sempuru, selendana, sumping, sewet songket, sundur, sisir, dan teratai.

Keempat busana di atas dikenakan sesuai dengan tema acara yang diselenggarakan pada saat itu. Hal itu harus memerhatikan kondisi yang terjadi ketika pementasan.  Misal, para penari tidak boleh mengenakan Aesan Gede ketika acara resepsi pernikahan karena pengantinnya telah mengenakannya. Oleh karena itu, para penari pun harus mengenakan Aesan Mantra, Pak Sangkong atau Dodot dengan motif yang berupa songket dalam Tari Tanggai.

Keunikan Tari Tanggai

Dari pembahasan di atas, dapat kita temukan beberapa keunikan dari Tari Tanggai sebagai berikut:

  • Merupakan salah satu tari akulturasi antara budaya Palembang dengan agama Buddha China.
  • Memiliki empat kostum yang digunakan yakni Aesa Gede, Aesan Mantra, Pak Sangkong dan juga Dodot.
  • Pernah menjadi tarian sebagai pemuja dewa-dewi Buddha.
  • Tarian keramahan dan kehormatan kepada para tamu yang hadir.

Demikianlah penjelasan mengenai Tari Tradisional asal Palembang yang bernama Tari Tanggai sebagai salah satu tarian untuk penyambutan di Bumi Sriwijaya. Bahkan dengan adanya tari ini, masyarakat Palembang begitu memuliakan para tamu.