Sejarah

3 Teori Asal-Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia 

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Nenek moyang adalah sebuah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada orang tua atau leluhur kita. Begitu juga dengan sebuah bangsa atau kelompok orang di suatu daerah pasti memiliki nenek moyang. Berikut ini adalah teori-teori mengenai siapa dan bagaimana asal-usul bangsa Indonesia

1. Teori Yunan

Teori Yunan adalah sebuah pendapat mengenai asal usul bangsa Indonesia yang diakui dan didukung oleh R.H Geldern, J.H.C. Kern, J.R. Foster, J.R. Logon, dan Mohammad Ali.

Mengacu pada teori ini leluhur bagngsa kita adalah kelompok manusia yang berasal dari daerah Yunan yakni sebuah wilayah yang ada di Tiongkok Selatan. 

Pernyataan ini dirumuskan berdasarkan penemuan teknologi dan bahasa yang serupa antara kedua bangsa ini. Diperkirakan nenek moyang dari Yunan ini bermigrasi karena pada saat itu terjadi bentrok antar suku bangsa dan juga dilanda bencana alam.

Akhirnya bangsa Yunan memutuskan untuk pindah dengan memanfaatkan jalur hulu sungai Salween dan Sungai Mekong. 

Pendukung Teori Yunan 

Teori Yunan mendapat dukungan dari berbagai pihak seperti;

  • Muhammad Ali

Muhammad Ali meyakini bahwa leluhur bangsa Indonesia datang dari daratan Yunan tepatnya dari hulu sungai besar yang ada di daratan China dan datang ke wilayah selatan secara bergelombang.

Kedatangan mereka dikarenakan desakan dari bangsa lain yang lebih kuat sehingga bangsa Yunan terusir dan bermigrasi dan tibalah di Nusantara. 

  • J. H. C. Kern

J. H. C. Kern adalah seorang ahli sejarah dan ahli bahasa berkebangsaan Belanda yang mendukung teori Yunan.

Ia mengatakan bahwa bahasa yang digunakan oleh orang-orang di Kepulauan Indonesia adalah bagian dari rumpun bahasa Melayu Polinesia atau bahasa Austronesia. Bahasa ini juga digunakan oleh suku bngsa di Champa, Vietnam, Yunan, dan juga Kamboja

Orang-orang yang berasal dari kelompok suku bangsa yang sama maka akan memiliki bahasa yang serupa atau bahkan sama juga.

  • Robert Barron von Heine Geldern 

Robert Barron von Heine Geldern  atau lebih dikenal sebagai R.H Geldern yakni seorang arkeolog. Melalui penelitiannya, Ia menemukan kapak tua yang digunakan oleh bangsa di Asia Tenggara dan Pasifik.

Dari penemuan tersebut R.H Geldern menarik kesimpulan bahwa telah terjadi perpindahan secara besar-besaran dari Asia Utara ke Asia Selatan. 

Kelemahan Teori Yunan

Teori Yunan dianggap kurang akurat bahkan sangat lemah meski mendapat dukungan dari berbagai pihak. Kelemahan tersebut dikarenakan teori ini hanya berdasarkan pada penemuan bukti-bukti kesamaan secara fisik, temuan benda-benda bersejarah yang mirip, serta kebudayaan megalitikum saja. 

2. Teori Out Of Africa

Teori Out Of Africa adalah rumusan pendapat mengenai asal usul bangsa Indonesia yang dicetuskan oleh Darwin. Berdasarkan teori ini nenek moyang bukanlah dari daratan China sepert pada teori Yunan namun berasal dari wilayah Afrika.

Darwin mengatakan bahwa nenek moyang bangsa kita sebagian besar datang dari kawasan tanduk Afrika yakni Ethiopia, Somalia, dan Djibouti. 

Nenek moyang bangsa Indonesia mengacu pada teori ini berkembang dari spesies manusia purba homo sapiens yang pertama kali muncul di Afrika sekitar 200.000 – 300.000 tahun silam.

Pada masa itu, bumi sedang berada pada zaman glasial sehingga benua tidak terlalu tinggi serta laut dan samudera masih dangkal sehingga masih mudah untuk melakukan perjalanan. 

Pendukung Teori Out of Africa 

Tokoh yang mendukung teori ini adalah sebagai berikut.

  • James Watson 

James Watson adalah seorang ilmuwan biologi asal Amerika Serikat yang menemukan molekul DNA.  Ia melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan antara biologi dengan arkeologi. Hasilnya adalah hanya ada satu saja kawasan manusia yang berkembang pada zaman dahulu yaitu di wilayah Afrika. 

Teori James Watson yang mendapat dukungan dari Ma Ingman ini juga didukung dengan ditemukannya peradaban di Asia Barat dan Afrika Timur dimana penduduknya melakukan perjalanan melalui sungai Nil dan sungai Eufrat Tigris.

Kelemahan Teori Out of Africa

Serupa dengan teori Yunan, teori ini juga kurang mendapat dukungan dari ilmuwan lainnya. Hal ini dikarenakan DNA yang dimiliki oleh manusia homo sapiens, Homo Wajakensis, dan Homo Erectus yang ada di Jawa tidak terkait secara langsung. Selain itu mereka juga belum mengetahui cara bertahan hidup sehingga tidak bertahan lama. 

3. Teori Out of Taiwan

Teori Out of Taiwan adalah sebuah gagasan yang meyakini bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Taiwan tepatnya dari wilayah kepulauan Famosa. Landasan  teori ini muncul sebab tidak ada kaitan kromosom antara manusia di Nusantara dengan manusia yang ada di Tiongkok.  

Rumusan ini didasarkan pada bahasa yang digunakan di Nusantara adalah Bahasa rumpun Austronesia yang ada di kepulauan Famosa kemudian berkembang menjadi bahasa Indonesia seperti saat ini. 

Diperkirakan nenek moyang Indonesia berpindah dari Taiwan melalui Filipina sekitar tahun 4.500-3.000 sebelum Masehi. Kemudian mereka kembali melakukan migrasi pada tahun 3.200 SM ke wilayah Nusantara melalui Sulawesi. 

Pendukung Teori Out of Taiwan 

Teori Out of Taiwan didukung oleh beberapa  faktor seperti berikut ini. 

  • Harry Truman Simanjuntak

Harry Truman Simanjuntak adalah tokoh yang membenarkan teori ini. Ia adalah seorang arkeolog bidang prasejarah yang telah berkontribusi selama puluhan tahun.

Harry Truman Simanjuntak mengatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia Melayu datang dari Taiwan yang disebut sebagai Austronesia. Mereka melakukan migrasi atau perpindahan karena ingin memisahkan diri dan memulai peradaban baru di wilayah selatan.

  • Persebaran Bahasa

Bahasa muncul dan diciptakan oleh sekelompok manusia untuk berinteraksi. Oleh sebab itu bahasa antara kelompok suku bangsa selalu berbeda-beda sedangkan yang berasal dari kelompok yang sama menggunakan bahasa yang sama. 

Teori ini diperkuat dengan adanya persebaran bahasa yang serupa di wilayah bahasa-bahasa Austronesia, seperti Melayu, Jawa, Tagalog di Filipina, Maori di Selandia Baru, Bugis dan Aceh. Bukti lainnya adalah adanya kesamaan budaya yakni pada bangunan megalitikumnya.