Teori Penetrasi Sosial: Pengertian, Asumsi dan Manfaat

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Pengertian Teori Penetrasi Sosial

Teori penetrasi sosial mempelajari mengenai hubungan antar individu secara superfisial melalui proses komunikasi interpersonal. Hubungan individu dimulai dari komunikasi superfisial menuju komunikasi yang lebih erat.

Kedekatan antar individu bukan hanya secara fisik melainkan secara emosional, intelektual, dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara bersama. Implementasi proses penetrasi sosial terlihat dalam berperilaku maupun gesture tubuh, tersenyum, berkata, serta perilaku yang berorientasi pada lingkungan sekitar individu.

Perkembangan interaksi antara individu untuk membentuk sebuah hubungan yang bersifat pribadi dan erat mulai bergerak dari tingkatan yang paling dasar atau sederhana menuju ke tingkatan yang lebih dalam, pribadi, dan semakin erat.

Dalam teori ini juga menjelaskan mengenai proses membangun hubungan antar individu untuk saling mengenal satu sama lain melalui tahapan-tahapan. Para ilmuwan dalam disiplin ilmu psikologi komunikasi menyatakan bahwa teori penetrasi sosial telah mengalami perkembangan dan diterima oleh masyarakat luas karena dalam kajian pendekatan perkembangan hubungan menjadi daya tarik tersendiri dalam teori ini.

Asumsi Teori Penetrasi Sosial

Teori penetrasi sosial memiliki beberapa asumsi yang dapat dipahami sebagai berikut.

1. Asumsi Pertama

Asumsi pertama dalam teori penetrasi sosial yakni pada tahap awal hubungan dibangun dengan pendekatan sederhana. Alur komunikasi antar individu bergerak dari pendekatan yang sederhana menuju pendekatan yang lebih kompleks.

Interaksi dan komunikasi yang terjadi pada tahapan awal bersifat kurang penting namun dapat menjadi peluang untuk mengidentifikasi pasangan bicara sebagai awal perkembangan suatu hubungan. Ketika sedang berkomunikasi arah pembicaraan yang ringan dapat mengeratkan hubungan antar individu. 

2. Asumsi Kedua

Asumsi kedua dari teori penetrasi sosial adalah hubungan dengan prediktabilitas. Berdasarkan kajian ilmuwan yang mendalami teori penetrasi mengungkapkan bahwa sebuah hubungan dapat berkembang jika dilakukan secara sistematis dan dapat diprediksi.

Selain itu pola perkembangan hubungan yang mengikuti standar dan dapat diterima jika terdapat interaksi dan komunikasi dilakukan secara konstan, dinamis, dan terus berprogres. Jadi, asumsi kedua menekankan bahwa proses penetrasi sosial dapat diprediksi dan dijalankan secara teratur meskipun sulit untuk memastikan arah hubungan antar individu.

3. Asumsi Ketiga

Dalam asumsi ketiga berbicara mengenai hubungan yang berkaitan dengan depenetrasi. Depenetrasi merupakan proses sebuah hubungan yang bertahap mulai memudar.

Hubungan yang berjalan tidak lancar membuat individu saling berusaha untuk menjauh. Hubungan yang mulai mengalami depenetrasi akan menjadi berantakan dan menyebabkan disolusi sebuah hubungan.

4. Asumsi Keempat

Selanjutnya asumsi keempat berbicara mengenai keterbukaan dalam sebuah hubungan. Self disclosure dapat diartikan sebagai proses pembukaan diri mengenai informasi dalam diri individu kepada individu lain sebagai lawan bicara dengan tujuan tertentu.

Sikap keterbukaan dapat dilakukan oleh individu secara spontan baik kepada orang asing maupun orang dekat. Keterbukaan menjadi inti dalam sebuah hubungan dan menjadi salah satu penentu keberhasilan dalam hubungan.

Konsep Teori Penetrasi Sosial

Menurut Altman dan Taylor konsep penetrasi sosial berkaitan dengan konsep pertukaran sosial. Terdapat tiga elemen penting dalam konsep pertukaran sosial yakni relational stability, relational outcomes, dan relational satisfaction.

Berdasarkan ketiga hal tersebut maka individu ketika memulai sebuah hubungan akan menganalisis keuntungan dari hasil relasi dengan individu lain. Jika dirasa lebih menguntungkan dibandingkan rugi maka kemungkinan besar suatu hubungan dapat berjalan dan berlanjut.

Semakin banyak keuntungan yang didapat oleh individu maka semakin besar kesempatan untuk membina sebuah hubungan. Tampilan luar, latar belakang, dan kesamaan menjadi faktor penting dalam fase awal hubungan. Ketiga hal tersebut membawa suatu keuntungan dalam hubungan.

Tampilan luar atau secara penampilan fisik terlihat menarik, memiliki latar belakang yang sama dapat mengoneksikan penyatuan rasa senasib, dan memiliki banyak kesamaan seperti hal yang disukai merupakan sebuah keuntungan.

Namun ketiga hal tersebut dapat menjadi rugi bagi individu ketika ketiga hal tersebut kontra dengan nilai yang dianut masing-masing individu. Biasanya terjadi karena terdapat beberapa perbedaan antar individu.

Berdasarkan perspektif teori pertukaran sosial, terpaut dengan teori penetrasi sosial, individu dapat mengalami kesulitan untuk memprediksi dan menganalisis keuntungan dan kerugian dalam suatu hubungan sebab setiap individu memiliki nilai yang berbeda-beda.

Timbal Balik atau Reciprocity

Pada tahapan awal terjadi fase pengenalan antara individu, setiap individu menganalisis keuntungan dan kerugian dalam melihat perilaku maupun tindakan lawan bicara seperti cara berbicara, bersikap dan lain sebagainya. Setelah tahap pengenalan tersebut kemudian akan melalui resiprositas.

Resiprositas (reciprocity) atau timbal balik merupakan proses pertukaran informasi diri yang dilakukan oleh individu ataupun kelompok sebagai bentuk timbal balik untuk menciptakan kelanggengan dalam suatu hubungan.

Dalam resiprositas terdapat dua hal yang penting yakni kedalaman dan keluasan. Semakin dalam dan luas komunikasi keterbukaan antar individu maka semakin erat suatu hubungan.

Proses resiprositas tidak dapat terjadi dalam waktu yang singkat melainkan melalui proses yang panjang. Terdapat syarat terbentuknya resiprositas yakni hubungan yang memiliki keuntungan, didasari sifat kerja sama yang baik, dan berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lebih lama.

Manfaat Mempelajari Teori Penetrasi Sosial

Berikut beberapa manfaat yang didapat dalam mempelajari teori penetrasi sosial.

  1. Membantu dalam menganalisis interaksi interpersonal antar individu yang dapat disesuaikan oleh zaman atau tanpa terhalangi oleh perubahan peradaban.
  2. Membantu mengungkapkan identitas diri kepada lawan bicara baik orang asing maupun orang terdekat.
  3. Membantu memprediksi keberlanjutan sebuah hubungan dan mengidentifikasi keuntungan serta kerugian dalam tahap pengenalan.
  4. Meminimalisir konflik terhadap perbedaan-perbedaan yang ada di antara individu menyesuaikan dengan standar yang dapat diterima dalam etika berkomunikasi.
  5. Membantu individu untuk saling mengenal dalam sebuah hubungan dalam waktu masa kini dan masa depan tergantung cara proses penetrasi sosial.
fbWhatsappTwitterLinkedIn