10 Tokoh Emansipasi Wanita Indonesia

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Perempuan kerap kali dinomorduakan. Dianggap sebagai makhluk kelas dua di masyarakat. Banyak perbedaan perlakuan yang kerap kali dirasakan oleh perempuan. Hal inilah yang kemudian membuat munculnya gerakan emansipasi wanita. Gerakan untuk menuntut hak persamaan antara perempuan dan laki-laki.

Gerakan ini diperjuangkan oleh sejumlah tokoh emansipasi di Indonesia yang di antaranya diberi gelar pahlawan. Ketika masa penjajahan dulu, perempuan Indonesia diperlakukan tidak baik oleh para penjajah. Mereka tidak diperbolehkan sekolah, harus berdiam diri di rumah.

Dengan peristiwa ini membuat sebagian para tokoh pahlawan wanita geram. Mereka menuntut agar perempuan di perlakukan sama. Selama ini kita hanya mengenal Raden Ajeng Kartini sebagai sosok tokoh emansipasi wanita.

Padahal, masih banyak lagi para pahlawan yang memperjuangkan emansipasi wanita. Mereka membuktikan bahwa perempuan juga dapat memberikan manfaat bagi banyak kalangan. Berikut ini sejumlah tokoh emansipasi wanita di Indonesia.

1. Raden Dewi Sartika

Dewi Sartika, Tokoh emansipasi wanita Indonesia

Raden Dewi Sartika merupakan sosok pahlawan perempuan Indonesia yang memiliki kepedulian akan pendidikan kaum perempuan. Ia berhasil mendirikan sekolah bernama Sekolah Isteri di Pendopo pada tanggal 16 Januari 1904.

Dewi Sartika tidak hanya ingin laki-laki saja yang memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan. Perempuan pun harus memiliki kesempatan yang sama agar dapat memperjuangkan dirinya sendiri. Pada tahun 1910, sekolah isteri berubah nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Isteri dan berubah lagi menjadi Sekolah Raden Dewi pada September 1929.

Meskipun mengalami beberapa perubahan nama, namun tujuan pembentukan sekolah masih sama yakni memberikan kesempatan bagi perempuan untuk merasakan pendidikan.

Berkat jasanya memperjuangkan pendidikan bagi kaum perempuan pribumi, Raden Dewi Sartika mendapatkan gelar Orde Van Oranje-Nassau. Tidak hanya itu, Dewi Sartika juga diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 1 Desember 1966.

2. Raden Ajeng Kartini

RA Kartini, Tokoh Emansipasi Wanita Indonesia

Raden Ajeng Kartini merupakan sosok perempuan yang gigih dalam memperjuangkan emansipasi wanita. Perempuan kelahiran 21 April 1897 Jepara ini kerap memperjuangkan nasib perempuan yang tertindas. Kartini merasa bahwa masih banyak diskriminasi antara laki-laki dan perempuan terutama dalam hal pendidikan.

Ia telah melihat realita bagaimana perempuan pribumi tidak diperbolehkan sekolah kecuali perempuan dari golongan bangsawan. Beruntungnya dirinya bisa merasakan pendidikan setara dengan pendidikan orang-orang Eropa.

Hal inilah yang kemudian membuat Kartini tertarik dalam membangun sekolah untuk memajukan perempuan pribumi. Alasan Kartini mendirikan sekolah karena ia tertarik dengan kemajuan serta pola pikir perempuan Eropa setelah ia banyak membaca buku-buku, koran dan majalah Eropa.

Kartini kerap mengirimkan surat-surat kepada temannya yang ada di Eropa. Setelah Kartini tidak ada, surat tersebut oleh Abendanon teman Belanda nya. Dikumpulkan dan dijadikan sebuah buku dengan judul Door Duisternis tot Licht yang berarti Dari Kegelapan Menuju Cahaya yang terbit pada tahun 1911 dalam bahasa Belanda.

Kemudian pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkan versi translasi buku dari Abendon dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang: Buah Pikiran” dengan menggunakan bahasa Melayu.

3. Maria Walanda Maramis

Maria Walanda Maramis, Tokoh emansipasi wanita Indonesia

Maria Walanda Maramis merupakan tokoh pejuang emansipasi wanita yang berasal dari Minahasa. Perempuan yang lahir pada tanggal 1 Desember 1872 ini melakukan berbagai upaya untuk membebaskan perempuan dari keterbatasan pendidikan.

Maria sempat bersekolah di Sekolah Melayu di Maumbi Minahasa Utara selama tiga tahun. Namun ia tidak dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Maka dari itu, akhirnya Maria mendirikan organisasi bernama Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT) dengan tujuan untuk memajukan pendidikan kaum perempuan.

Melalui PIKAT, para kaum perempuan pribumi akan dibekali dengan berbagai ilmu seputar rumah tangga seperti memasak, menjahit, merawat bayi dan lainnya. Dengan begitu, para ibu dapat memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Maria terus aktif dalam organisasi yang didirikan nya hingga akhir nyawanya.

4. Rasuna Said

Rasuna Said, tokoh emansipasi wanita Indonesia

Perempuan dengan nama lengkap Hajjah Raangkayo Rasuna Said merupakan pahlawan perempuan kelahiran Jakarta. Ia termasuk salah satu pahlawan yang memperjuangkan hak antara perempuan dan laki-laki.

Menurut Rasuna Said, memperjuangkan hak perempuan tidak hanya didapat dari hasil mendirikan sekolah saja melainkan juga berjuang melalui politik. Rasuna Said terus menjalankan perjuangannya dengan melakukan berbagai pidato politik yang membela negara. Ia tampil di muka umum sebagai sosok perempuan yang tangguh dan berani.

Rasuna Said terkena hukum Speek Delict karena pidatonya mengecam pemerintahan Belanda. Speek Delict merupakan hukum kolonial Belanda untuk orang yang berbicara menentang Belanda. Rasuna Said kemudian ditangkap bersama rekannya yakni Rasimah Ismail. Keduanya kemudian di penjara di Semarang pada tahun 1932.

Setelah Indonesia merdeka, Rasuna Said aktif menjadi Dewan Perwakilan Sumatera mewakili Sumatera Barat. Ia juga sempat diangkat menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat (DPR RIS).

Selain itu, ia juga sempat menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung hingga akhir hayatnya. Ia meninggal dunia pada tanggal 2 November 1964 karena penyakit kanker darah uang menggerogoti nya

5. Nyai Ahmad Dahlan

Nyai Ahmad Dahlan, Tokoh emansipasi wanita Indonesia

Nyai Ahmad Dahlan lahir dengan nama Siti Walidah. Ia merupakan isteri dari pendiri Muhammadiyah yakni Ahmad Dahlan. Ahmad Dahlan merupakan sosok tokoh populer di Indonesia. Tidak kalah hebat dengan suaminya, kiprah Nyai Ahmad Dahlan di Indonesia juga tidak diragukan lagi.

Nyai Ahmad Dahlan menjadi tokoh emansipasi wanita yang kerap berpartisipasi dalam diskusi perang bersama dengan Jenderal Sudirman dan Presiden Soekarno. Nyai Ahmad Dahlan mendirikan sebuah perkumpulan bernama Sopo Tresno pada tahun 1914 untuk wanita Islam. Perkumpulan ini berfokus pada tiga aspek yakni dakwah, pendidikan dan sosial.

Selain mendirikan Sopo Tresno, ia juga mendirikan asrama putri yang dibangun di rumahnya. Di dalam asrama tersebut ia memberikan pendidikan keimanan, praktek ibadah hingga berlatih pidato dan dakwah. Di dalam asrama putri tersebut ia ingin membentuk santri putri yang tidak hanya memiliki ketaqwaan yang tinggi melainkan memiliki keberanian dalam bertindak.

Oleh sebab itu, para santri dibekali ilmu pidato agar dapat mensyiarkan agama Islam dengan baik dan menjadi sosok yang hebat. Nyai Ahmad Dahlan terus melakukan perjuangannya dalam memperjuangkan hak perempuan sekalipun suaminya telah meninggal dunia.

Ia berfokus dalam pembentukan generasi muda terutama perempuan Islam agar memiliki sifat yang tekun, gigih dan berpendidikan. Hal ini sejalan dengan organisasi yang didirikan suaminya. Di mana organsiasi tersebut selalu mengutamakan pendidikan sebagai jalan dakwah Islam.

7. Martha Christina Tiahahu

Martha Christina Tiahahu, Tokoh emansipasi wanita Indonesia

Martha Christina Tiahahu merupakan sosok perempuan Indonesia yang berasal dari Desa Abubu, Pulau Nusa Laut. Ia lahir pada tanggal 4 Januari 1800. Ketika itu, ia berusia 17 tahun Martha sudah berani mengangkat senjata untuk melawan Belanda. Martha juga tidak pernah absen dalam memberikan semangat kepada kaum perempuan untuk membantu laki-laki di Medan perang.

Di balik perjuangannya saat remaja, Martha sudah ditinggal ayahnya karena ayahnya dijatuhi hukuman mati oleh Belanda. Martha pun mulai mengalami gangguan kesehatan fisik dan mental sampai akhirnya ia tertangkap bersama 39 orang lainnya. Ia kemudian dibawa ke pulau Jawa dengan kapal Eversten untuk dipekerjakan paksa di perkebunan kopi.

Kondisi Martha semakin melemah ketika di atas kapal. Hal ini dikarenakan ia tidak ingin makan dan diobati. Sampai pada akhirnya ia meninggal pada tanggal 2 Januari 1818. Ia kemudian disemayamkan dengan penghormatan militer ke laut Belanda.

8. Malahayati

Malahayati, Tokoh emansipasi wanita Indonesia

Malahayati merupakan sosok perempuan tangguh kelahiran Aceh Besar pada tahun 1550. Dengan keberanian dan ketangguhannya, ia dapat memimpin 2000 pasukan Inong Balee atau janda-janda pahlawan yang telah syahid.

Pada tanggal 11 September 1599, Malahayati bersama pasukannya melawan kapal dan benteng Belanda sekaligus membunuh Cornelis de Houtman. Berkat keberaniannya inilah ia mendapatkan gelar laksamana.

Pada tahun 1615, Malahayati gugur saat menjalankan misinya yakni ketika melindungi Teluk Krueng Raya. Ia gugur dalam misinya melawan serangan Portugis yang dipimpin oleh Alfonso De Castro. Sosok pejuang yang tangguh dan berani telah menghembuskan nafas terakhirnya namun jasanya akan terus dikenang.

8. Cut Nyak Meutia

Cut Nyak Meutia, Tokoh emansipasi wanita Indonesia

Aceh telah melahirkan banyak wanita tangguh yang menjadi pahlawan nasional. Salah satunya adalah Cut Nyak Meutia. Sama seperti Cut Nyak Dien, Cut Meutia juga berjuang bersama dengan suaminya. Bersama dengan suaminya yakni Teuku Muhammad ia melakukan perlawanan terhadap Belanda.

Sayangnya, sang suami berhasil ditangkap dan dihukum mati oleh Belanda pada tahun 1905. Cut Nyak Meutia kemudian menikah lagi dengan Pang Nanggroe dan keduanya sama-sama berjuang melawan Korps Marechausee. Pada tahun 1910, Cut Nyak Meutia kembali kehilangan suaminya.

PANg Nanggroe gugur pada tanggal 26 September 1910 sementara Cut Nyak Meutia berhasil meloloskan diri. Ia terus melakukan perlawanan bersama dengan pasukan yang tersisa. Hingga akhirnya Cut Nyak Meutia menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 24 Oktober 1910.

9. Cut Nyak Dien

Cut Nyak Dien, Tokoh emansipasi wanita Indonesia

Nama Cut Nyak Dien sudah pasti tidak asing lagi. Ia merupakan pahlawan Indonesia yang berasal dari Aceh. Ia begitu gigih melawan Belanda sampai akhir hayatnya. Perjuangannya melawan Belanda membuktikan bahwa perempuan Indonesia bukanlah orang yang lemah. Suami pertamanya yakni Ibrahim Lamnga meninggal ketika pertempuran melawan penjajah. Kemudian,Cut Nyak Dien menikah kembali dengan Teuku Umar pada tahun 1880.

Bersama Teuku Umar, Cut Nyak Dien kembali melawan Belanda. Sayangnya, pada tanggal 11 Februari 1899, Teuku Umar gugur dalam pertempuran. Cut Nyak Dien berjuang sendirian melawan para penjajah di pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya.

Keberadaan Cut Nyak Dien memberikan pengaruh yang kuat terhadap rakyat Aceh. Hal inilah yang membuat dirinya diasingkan ke daerah Sumedang. Pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dien meninggal dunia.

10. Andi Depu

Andi Depu, tokoh emansipasi wanita Indonesia

Andi Depu Maraddia merupakan pahlawan pejuang yang berasal dari Tinambung, Polewali Mandar, Sumatera Barat. Berkat kekuatan serta kegigihannya, Andi Sepi berhasil mempertahankan wilayahnya dari serangan Belanda.

Tidak hanya itu, ia juga berani mengibarkan bendera merah putih saat pasukan Jepang datang ke Mandar pada tahun 1942. Atas keberaniannya, ia mendapatkan anugerah Bintang Mahaputra Tingkat IV dari Presiden Soekarno.

Selain itu, ia juga mendapatkan gelar pahlawan nasional yang diberikan oleh presiden Joko Widodo melalui keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123/TK/ Tahun 217 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.

fbWhatsappTwitterLinkedIn