Matematika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Penemuan-penemuan di bidang matematika memberi pengaruh besar bagi kemajuan peradaban.
Siapa sajakah tokoh-tokoh hebat penemu rumus-rumus dalam matematika tersebut? Berikut adalah matematikawan beserta biografinya.
Pythagoras merupakan tokoh matematikawan sekaligus filsuf yang lahir di Pulau Samos, Ionia, Yunani. Pythagoras lahor pada tahun 570 M. Ia merupakan tokoh yang sangat terkenal dengan teoremanya hingga dijuluki sebagai “bapak bilangan”.
Pyhtagoras aktif dalam memberikan buah pikirannya terkait filsafat dan keagamaan pada akhir abad ke 6 sebelum masehi. Ia suka berkelana untuk berguru hingga ke segala penjuru dunia. Ia menjelajah Arab, Mesir, Babilonia, India, bahkan Italia.
Pythagoras tumbuh dengan menjadi murid dari banyak filsuf diantaranya adalah Heraclitus, Plutarch, Thales, dll.
Salah satu perjalanannya yaitu ke Mesir. Para imam di Mesir dibuat takjub dengan kecerdasan Pythagoras, mereka tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan Pythagoras.
Meski begitu ia tetap merupakan murid di Mesir. Pythagoras mempelajari ilmu Astronomi dengan para imam Caldei, ilmu Logistik dan Geometri kepada para imam Phoenesia, ilmu ritus-ritus mistik dengan para Magi, dan dengan Zarathustra Pythagoras belajar ilmu perlawanan.
Meski berkelana ke segala penjuru dunia, Pythagoras akhirnya kembali ke Samos pada tahun 530 Masehi. Namun dirinya tidak sejalan dengan pemerintahan Polycrates dan pindah ke Croton yang saat ini bernama Italia. Polycrates dianggap menghambat ajaran Pythagoras.
Di Croton Pythagoras mendirikan sekolah di mana murid-muridnya disebut dengan Pythagorean. Di sekolah ini Pythagoras menerapkan ajarannya yaitu meyakini bahwa semua hal yang ada di alam semesta ini dapat dinyatakan dalam bentuk bilangan.
Pythagoras mencoba mengutak-atik ilmu yang ia dapatkan seperti ilmu relasi-relasi antar sisi segitiga. Hingga akhirnya ia berhasil menemukan rumus ”teorema pyhtagoras” yang bahkan masih digunakan hingga saat ini.
Sebenarnya ilmu tentang relasi segi tiga siku-siku sudah ada sejak ribuan tahun sebelum Pythagoras lahir. Namun penghargaan tersebut diberikan kepadanya karena Pythagoras lah yang pertama kali berhasil membuktikannya secara matematis.
Pythagoras membawa pemahaman ini ke Yunani dan mengubah Yunani menjadi pusat ilmu pengetahuan pada saat itu.
Thales lahir pada 624 sebelum Masehi jauh sebelum Pythagoras lahir. Thales lahir di sebuah kota di Asia kecil yang bernama Miletus. Ia dikenal sebagai ahli Geometri dan Astronomi.
Salah satu pemikiran Thales yang paling penting adalah mengenai air merupakan prinsip dasar dan Theorema Thales.
Sebelum Thales memulai buah pemikirannya, orang-orang mengaitkan segala sesuatunya dengan hal-hal mitologis. Kemudian pemikiran ini berubah sejak abad ke 6, Thales mencoba menjelaskan segala sesuatu dengan rasio manusia.
Thales juga merupakan saudagar yang gemar berlayar. Suatu hari ia berlayar ke Mesir dan di sana Thales mempelajari tentang ilmu ukur. Ia bahkan dapat mengetahui tinggi piramida dengan mengukur bayangannya.
Ia juga berhasil memprediksi waktu munculnya gerhana matahari yaitu dengan memadukan ilmu Geometri dan Astronomi. Ilmu ini kemudian dibawa ke Yunani dan membuatnya menjadi sangat terkenal.
Selain teori Geometri dan Astronomi, Thales juga berhasil menemukan pemahaman yang diberi nama “Teorema Thales”. Teori ini berisi:
Diophantus merupakan seorang matematikawan yang hidup pada tahun 200 sebelum Masehi di kota Alexandria. Ia lah tokoh yang berjasa dalam pengembangan ilmu aljabar di Babilonia.
Hasil pengembangannya ini ditulis dalam buku berjudul ”Arithmetica”atau dalam bahasa Indonesia biasa disebut “aritmatika”
Pengembangan aljabar tersebut berupa persamaan-persamaan yang hingga kini masih digunakan. Persamaan tersebut diberi nama “Persamaan Diophantin”.
Persamaan ini dapat menyelesaikan persamaan bilangan bulat dan kemungkinan memiliki jawaban lebih dari satu alias tidak terbatas.
Ia memecahkan masalah dengan metode yang berbeda dari yang lainnya. Metode yang digunakan adalah dengan memberi simbol pada sesuatu yang belum diketahui. Tipe persamaan inilah yang kemudian disebut dengan “Syncopalet”.
Model penulisan aljabar milik Diophantus merepresentasikan polynominal yang sudah diketahui. Pemahamannya ditulis ke dalam 16 buku namun sayangnya hanya sedikit buku yang terbaca. Salah satu karyanya yang paling sukses berjudul “Preliminaries to the Geometric Elements”.
Karyanya ini membawa pengaruh besar terhadap kehidupan matematika di Arab dan di Eropa. Pemahaman Diophantus terbukti menjadi landasan dasar bagi matematika canggih.
Karya-karya inilah yang membuat Diophantus dinobatkan sebagai “bapak aljabar”.
Apollonius merupakan ilmuwan yang lahir di Perga, Phampylia, Turki. Kota ini sekarang bernama Murtina. Ia merupakan penemu dari konsep parabola, hiperbola, dan ellips. Sebenarnya Apollonius merupakan seorang geometer yaitu ahli ukur tanah.
Namun ternyata karya-karyanya berpengaruh besar terhadap bidang matematika. Tidak banyak sumber yang menjelaskan bagaimana kehidupan Apollonius namun beberapa sumber mengatakan ia pergi ke Alexandria pada saat ia masih muda.
Apollonius belajar di bawah bimbingan para pengikut Euclides. Ia pun sempat mengajar di sana. Setelah itu ia pergi ke Pergamun yaitu kota yang ada di Yunani Kuno. Di sana terdapat universitas dan perpustakaan besar.
Tujuan Apollonius ke Pergamun yaitu untuk mempelajari perpustakaan dan universitas tersebut agar dapat membangun perpustakaan yang lebih bagus di Alexandria.
Apollonius bertemu dengan penulis buku “History of Geometry” yaitu Eudemeus dan juga Raja Attalus I yaitu raja dari Pergamun. Hal ini tertuliskan dalam kata pengantar di buku karyanya.
Buku Apollonius yang pertama berjudul “Conics” atau “kerucut”. Bukunya menjelaskan tentang dasar-dasar kurva secara lengkap. Hal ini tidak dilakukan oleh pengarang-pengarang sebelumnya.
Dalam buku ini juga membahas tentang theorema dan transformasi koordinat.
Pemahaman ini berdasarkan pada sistem tangen dan diameter. Buku ke dua berisi tentang tangent dan diameter yang merupakan lanjutan dari buku pertamanya.
Buku Apollonius yang ke tiga merupakan buku yang paling sukses karena. Buku ini berisi pemahaman yang bahkan belum dibahas oleh Euclid. Pembahasan tersebut tentang theorema yang digunakan untuk menyelesaikan operasi sintesis dan penentuan limit.
Buku ke-empatnya berisi tentang keinginan Apollonius yang ingin menunjukkan cara kerucut saling memotong bagian-bagiannya.
Istilah Apollonius yang masih digunakan hingga saat ini adalah “parabola” yaitu istilah untuk menyebut sudut kanan kerucut. “Elips” yaitu untuk menyebut luas bidang persegi panjang yang hasilnya kurang ketika disetarakan dengan bagian garis tertentu.
Sedangakan “hiperbola” adalah kebalikan dari “elips” dan “parabola” digunakan untuk menyebut hasil yang tidak mengindikasikan baik kurang maupun lebih.
Istilah tersebut ditulis dalam konteks baru yaitu sebagai persamaan parabola dengan verteks pada titik asal, (0,0), sistem Kartesian, adalah y² = lx (l = “latus rectum” atau parameter) sekarang diganti dengan 2p atau bahkan 4p.
Euler merupakan seorang matematikawan dan fisikawan asal Swiss. Bauh pemikirannya yang paling penting adalah kalkulus, teori graf, terminology matematika modern, notasi dan analisis matematika. Euler lahir pada tahun 1707 di Basel Switzerland.
Ia berhasil menjadi mahasiswa di Universitas Basel pada usianya yang baru menginjak 13 tahun. Euler pun menerima gelar sebagai “Master of Philosophy”.
Ayahnya mendesak Euler untuk menjadi seorang pastor namun guru lesnya yaitu Johann Bernauli menyadari kecerdasan Euler dalam bidang matematika dan berhasil membujuk ayah Euler.
Di usianya yang ke dua puluh tahun Euler diundang untuk bergabung ke Akademi Ilmu Pengetahuan di St. Petersburg. Ia pun menerimanya dan tiba di sana pada 17 mei 1727.
Karirnya di sana terus mengalami peningkatan hingga akhirnya ia berhasil menjabat sebagai Kepala Departemen Matematika pada tahun 1733.
Pada tahun 1741 ia berpindah ke Berlin dan bergabung dengan Akademi Ilmu Pengetahuan di sana. Cukup lama ia menghabiskan waktunya di Berlin yaitu sekitar 25 tahun.
Namun pada tahun 1766 Euler mengalami musibah yang menimpa pada kedua matanya.Ke dua mata Euler mengalami kebutaan. Bahkan dalam kondisi seperti itu ia tetap melakukan penelitian terhadap matematika hingga akhir hayatnya.
Pemahaman matematika Euler yaitu teori gerak benda keras, deret tak terbatas, hydrodinamika, dinamika benda keras, penjumlahan Euler, keseimbangan diferensial, transformasi Euler, rangkaian trigonometri, variasi kalkulus dan mekanika, dan Formula Euler Maclurin.
Karya-karyanya tersebut ditulis ke dalam 32 buah buku. Selain itu Euler juga berhasil menganalisa matematika untuk menyelesaikan masalah astronomi khususnya mengenai “tiga-badan”.
Teori ini mengelaskan tentang bagaimana Matahari, Bumi, dan Bulan bergerak dengan gaya berat masing-masing yang sama.