Musik kontemporer adalah istilah yang digunakan untuk menyebut musik modern. Musik ini disebut juga dengan musik garda depan karena akan selalu berkembang menyesuaikan zaman. Berikut ini adalah tokoh-tokoh musik kontemporer Indonesia.
Slamet Abdul Sjukur lahir dengan nama asli Soekandar. Ia lahir di kota Surabaya pada tanggal 30 Juni 1935 dan wafat pada 24 Maret 2015. Slamet merupakan seorang komponis sekaligus pelopor musik kontemporer di Indonesia. Orang yang membawanya ke dalam dunia musi adalah sang nenek. Nenek Slamet sering mengajaknya untuk mendengarkan alunan musik piano yang dimainkan tetangganya.
Selain itu neneknya juga mengajak ke berbagai pagelaran musik. Sejak saat itu lah Slamet mulai jatuh hati pada dunia musik. Hal tersebut didukung orang tuanya yang kemudian memberikan piano di usianya yang ke tujuh tahun. Slamet pun mulai belajar piano dengan serius ketika ia berusia 9 tahun. Salah satu gurunya yang berkebanngsaan Swiss memperkenalkannya dengan musik Spanyol dan Perancis yang memiliki genre akhir abad ke 19 an dan awal abad 20 an.
Djaduk Ferianto lahir di Yogyakarta 1964 dengan nama lengkap Gregorius Djaduk Ferianto. Ia berasal dari keluarga yang lekat dengan kesenian. Ayahnya adalah Bagong Kussudiardja yang merupakan seorang koreografer dan juga pelukis Indonesia. Sedangkan kakaknya adalah adalah tokoh seni peran ternama yang kerap muncul di layar kaca.
Djaduk pernah menempuh pendidikan di Fakultas Seni rupa dan desain, Institut Seni Indonesia (ISI). Pada tahun 1995 ia bersama dengan kawannya yaitu Butet Kertaradjasa membentuk sebuah kelompok kesenian bernama Kua Etnika. Kelompok ini didirikan untuk mengembankan musik etnik kontemporer yang dikombinasi dengan pendekatan musik modern. Djaduk juga pandai dalam mengubah musik keroncong dan membentuk orkes Sinten Ramen.
Djaduk bersama Kua Etnika, Wartajazz.com, Paningron, dan seniman lainnya menggelar pentas musik jazz bertajuk “Ngayogjazz” pada tahun 2007. Acara ini berhasil digelar dan berakhir dengan kesuksesan. Acara ini dianggap sebagai sarana pendekatan musik jazz kepada masyarakat hingga akhirnya dijadikan sebagai agenda tahunan.
Kini Djajuk Ferianto telah tiada dan menjadi kenangan bersama dengan karya-karyanya seperti Orkes Sumpeg Nang Ning Nong bersama Kuaetnika, 1997 Ritus Swara bersama Kuaetnika, 2000, Parodi Iklan bersama Orkes Sinten Remen, 2000, Komedi Putar bersama Orkes Sinten Remen, 2002, Janji Palsu bersama Orkes Sinten Remen, 2003, Maling Budiman bersama Orkes Sinten Remen, 2006.
I Nyoman Windha adalah seorang komponis yang lahir di Gianyar, Bali pada tanggal 4 Juli 1946. Sebagaimana masyarakat Bali yang kental dengan keseniannya begitu juga dengan Nyoman Windha. Ia sudah mahir memainkan alat musik gamelan sejak usianya masih kanak-kanak. Bakat bermusiknya semakin terasah dengan ia bersekolah di seni mulai dari Konservatori Karawitan Denpasar ketika usianya 17 tahun. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya ke Akademi Seni Tari (ASTI) Denpasar.
Tak sampai di situ, Nyoman Windha berhasil menamatkan sekolahnya di Master of Music di Mills College California. Karirnya dimulai dari hadirnya di acara bergengsi yaitu pekan Komponis-Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1983. Bahkan forum ini kembali mengundang Nyoman Windha untuk kedua kalinya pada tahun 1998.
Kepiawaiannya tersebut membuat Nyoman Windha dipercaya untuk menjadi pengajar musik di Bali, Ia juga digandeng untuk berkolaborasi oleh beberapa seniman musik internasional dari Amerika, Jepang, Eropa, dan Australia. Selama ia berkarir ada banyak karyanya yang berhasil direkam oleh berbagai label studio musik, di antaranya ialah Sangkep, Palapa I dan Palapa II, Bali Age, Gita Nusantara, Grehing Kawulu, Gora Merdawa Cendra Wasih, Gadung Kasturi, Jagad Anyar, Gita Winangun, Sinom Lawe, dan masih banyak lagi.
Royke adalah seorang tokoh seniman kontemporer yang mengeksplorasikan musik-musiknya jauh dari kesan futuristik. Ia melahirkan musik kontemporer dengan alat musik perkusi seperti gendang, drum akustik, dan gitar klasik. Ia menganggap tidak ada musik yang jelek apapun komposisinya. Musik lahir dari segala ide dan gagasan yang jika dieksplorasi maka tidak akan ada habisnya.
Bagi Royke hal terpenting dari bermusik adalah kreativitas. Ia juga mengungkapkan bahwa adanya musik kontemporer bukan untuk menyaingi musik konvensional tetapi untuk balancing position atau keseimbangan. Oleh sebab itu sudah selayaknya musik kontemporer juga didengar oleh masyarakat umum.