Benua Australia adalah benua yang letaknya bila dilihat pada peta dunia ada di sebelah timur dan selatan Indonesia. Jika Eropa disebut dengan Benua Biru, Afrika disebut Benua Hitam, dan Asia disebut Benua Kuning, maka benua Australia memiliki julukan yang juga berkaitan dengan suatu warna, yakni disebut dengan Benua Hijau.
Benua yang luas wilayahnya tergolong jauh lebih kecil daripada benua-benua lain di dunia dengan luas hampir 9 juta kilometer persegi, Australia memiliki jumlah total populasi 26,6 juta jiwa per tahun 2023. Secara geografis, letak benua terkecil di dunia ini diapit oleh Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Terdapat dua perairan pula yang menjadi pemisah antara benua Australia dan Asia, yakni Laut Timor dan Laut Arafura.
Dan seperti halnya benua-benua lain, Australia pun ditemukan oleh sosok penjejalah lautan yang dikenal berasal dari Inggris bernama James Cook. Namun sebenarnya, benua dengan iklim dominan tropis serta curah hujan variatif sekalipun cenderung kering ini sudah lebih dulu didiami oleh Suku Aborigin saat James Cook tiba di sana.
Untuk memahami lebih jauh mengenai sejarah penemuan Benua Hijau yang khas dengan keberagaman habitatnya ini. Berikut penjelasan singkat baik dari sisi Suku Aborigin maupun James Cook dan kemungkinan adanya tokoh-tokoh lain.
Suku Aborigin merupakan penduduk yang pertama kali tinggal di Benua Hijau ini (bahkan eksistensi mereka masih sampai sekarang) dan mereka pun telah dianggap sebagai penduduk asli Australia pada saat James Cook menginjakkan kaki di wilayah tersebut.
Kurang lebih 70 tahun sebelum pelayaran James Cook sampai di Australia, Suku Aborigin sudah cukup lama aktif bekerja sama dengan para pelaut pesisir Makassar untuk keperluan dagang. Maka bila menganggap bahwa James Cook sebagai tokoh penemu benua Australia pertama kali, hal ini tidak sepenuhnya benar.
Ini dikarenakan pada wilayah Kepulauan Selat Torres (Torres Strait) dan Tasmania sudah ditinggali oleh para anggota Suku Aborigin. Bahkan menurut perkiraan yang ada, Suku Aborigin sudah ada dan mendiami wilayah Australia dari 40.000 tahun lalu, yakni ketika terjadi daratan yang terbelah menjadi dua (satu sisi adalah Papua yang berada di utara dan sisi lainnya adalah Australia yang berada di selatan).
Pembagian wilayah daratan ini disebut-sebut sebagai pemicu perpindahan Suku Aborigin ke Australia dan kata “aborigin” sendiri memiliki arti penduduk pribumi atau penduduk asli.
Sosok penemu benua Australia yang hampir tidak pernah terdengar namanya adalah Willem Janszoon, yakni penjelajah berkebangsaan Eropa. Janszoon pada pelayarannya tahun 1605 melintasi jalur Laut Arafura untuk pergi ke Teluk Carpentaria. Dan dari perjalanannya tersebut, jalur itu membawanya mencapai Queensland yang ia kira awalnya masih wilayah Papua.
Janszoon kemudian memulai ekspedisi pertamanya yang menjadi awal pertemuannya dengan Suku Aborigin. Dari pertemuan ini, tidak hanya Janszoon mengetahui bahwa Suku Aborigin adalah penduduk asli yang sudah lama dan pertama kali tinggal di Australia, tapi sebagian anak buah dan pasukan Janszoon tewas akibat pertemuan ini.
Willem Janszoon adalah pelaut asal Belanda yang menjadi orang Eropa pertama menemukan atau menginjakkan kaki di Australia. Namun karena pertemuan dengan Suku Aborigin berakhir buruk, ia kembali ke Banten. Penamaan Nieu Zeland untuk Banten atau yang dikenal dengan New Zealand adalah akhir dari kisah pelayarannya yang bisa sampai ke Australia.
Pada pertengahan tahun 1700-an, pelaut-pelaut yang berasal dari Makassar telah melakukan perjalanan dan penjelajahan ke pesisir utara Australia. Perjalanan laut mereka lakukan untuk keperluan perdagangan, yakni mencari sumber daya laut, dan Kimberley menjadi wilayah pertama yang mereka datangi dengan Unusu Daeng Remba sebagai pemimpin ekspedisi.
Teripang dapat dijumpai dengan mudah di pesisir utara Australia, dan oleh sebab itu, pelaut Makassar menggunakan kesempatan ini untuk memburu teripang untuk kemudian diperdagangkan. Kala itu, penjualan teripang sebagai makanan maupun obat sangat bagus, terutama penjualan ke China.
Pada periode tersebut, Padekawang (perahu kuno yang kini telah berubah dan disebut dengan istilah perahu Pinisi) adalah alat transportasi para pelaut untuk mencapai pesisir utara Australia. Dari Kimberley, puluhan tahun kemudian para pelaut Makassar tinggal di Arnhem Land sampai memperoleh teripang yang mereka butuhkan.
Tidak seperti akhir dari kunjungan Janszoon yang menewaskan sebagian pasukan atau krunya, pelaut Makassar disambut dengan baik oleh Suku Aborigin. Penangkapan dan pengolahan teripang bersama menjadi bukti bahwa penduduk lokal Australia pada masa itu terbuka terhadap kedatangan pelaut Makassar.
Bukti lain adanya hubungan kerja sama yang baik antara pelaut Makassar dan Suku Aborigin di Australia adalah keberadaan monumen dari bebatuan di salah satu wilayah benua ini. Bebatuan yang disusun di wilayah dekat Yirrkala, Northern Territory adalah simbol teripang orang Makassar yang diwariskan dan mereka menyebutnya sebagai Wurwurrwuy.
Semua ini terdapat di dalam karya ilmiah Horst Hubertus Liebner, termasuk penggunaan Padekawang sebagai alat transportasi yang sudah punah sekitar seabad lalu. Horst Hubertus Liebner merupakan seorang antropolog maritim kebangsaan Jerman yang berpendapat bahwa pelaut Indonesia merupakan pendahulu James Cook dalam penapakan kaki di Australia.
Selain Liebner, Peter G. Spillet yang merupakan seorang sejarawan berkebangsaan Australia juga menjelaskan tentang adanya interaksi antara orang Makassar dan Suku Aborigin sejak tahun 1500-an. Tidak hanya kerja sama dalam hal perdagangan, ada interaksi budaya yang terbentuk di antara dua pihak.
Bukti selain monumen dari tumpukan bebatuan telah ditemukan, termasuk pemberian nama oleh orang Makassar untuk wilayah Teluk Mangko yang berlokasi di Teluk North West serta Kayu Jawa yang ada di Pantai Kimberley, Australia.
Menurut John Bradley sebagai sesama antropolog dari Universitas Monash, hubungan kerja sama pelaut Makassar dan Suku Aborigin adalah hubungan internasional pertama, bahkan untuk suku tersebut. Bradley menunjukkan bahwa kedatangan James Cook ke Australia lalu mengambil alih sejumlah wilayah adalah suatu bentuk klaim sepihak dan tergolong sebagai penjajahan.
Sementara itu, pelaut Makassar dari Indonesia berinteraksi tidak sekadar menciptakan hubungan perdagangan. Ada hubungan sejarah, budaya dan tradisi yang dibuat dengan Suku Aborigin tanpa pemaksaan apapun namun berhasil meninggalkan rekam jejak yang terhitung lebih banyak dan jelas.
Baru sekitar 70 tahun kemudian, James Cook yang dikenal sebagai penjelajah berkebangsaan Eropa dan berasal dari Inggris mengklaim dirinya sebagai penemu benua Australia. Ia singgah di pantai timur Australia pada tahun 1770 dan membuat pernyataan bahwa daerah tersebut merupakan bagian dari wilayah Inggris setelah proses pemetaan selesai.
Pengambilalihan pantai timur Australia disempurnakan dengan pengubahan nama menjadi New South Wales dan oleh James Cook wilayah ini menjadi tempat hukuman untuk para koloni. Pada tahun 1788, 11 buah kapal Inggris mendatangi pantai timur Australia yang telah menjadi New South Wales dan berlabuh di Pelabuhan Sydney.
Rombongan kapal Inggris ini membawa narapidana (walau tidak semua orang yang dibawa adalah napi) dan hal ini terus berlanjut sampai tahun 1868 karena New South Wales kala itu memang difungsikan sebagai tempat tahanan.
Pengangkutan terakhir awak kapal Inggris ke Australia adalah sekitar tahun tersebut karena Suku Aborigin mulai terpengaruh oleh pihak Inggris. James Cook sejak pengambilalihan pantai timur Australia tidak berhenti sampai di sana, sebab ia bahkan membangun pemukiman-pemukiman baru yang secara bertahap menggusur keberadaan Suku Aborigin.
Penjelajah tersebut dengan kata lain telah menjajah wilayah Australia sampai pada akhirnya peresmian benua Australia menjadi sebuah negara dilakukan pada tahun 1901. Sepuluh tahun sesudah negara Australia diresmikan, ibu kotanya (Canberra) baru dibentuk dan diresmikan juga.