Daftar isi
Sebagaimana kita ketahui bahwa zaman logam terbagi menjadi tiga zaman, salah satunya adalah zaman perunggu. Jika diurutkan, zaman ini terletak di antara zaman tembaga dan zaman besi.
Zaman perunggu adalah masa di mana manusia telah mengenal teknik untuk mengolah bijih perunggu dengan cara dilebur dan dicetak sehingga dapat diubah menjadi alat-alat perkakas. Dengan kata lain, zaman perunggu merupakan bagian dari sistem tiga zaman bagi masyarakat pra aksara.
Zaman ini terjadi setelah adanya zaman neolitikum yang dialami oleh beberapa wilayah di dunia. Namun di sebagian besar wilayah Afrika subsahara, zaman neolitikum tersebut langsung diikuti oleh zaman besi. Zaman perunggu diperkirakan telah terjadi sekitar 2.800 tahun sebelum masehi.
Hal itu dimulai dengan adanya percampuran antara bahan tembaga dengan timah yang dibuat menjadi bahan perunggu. Dari sinilah peradaban manusia mulai muncul bersamaan dengan kemunculan divisi sosial dalam lingkungan masyarakat.
Mulai dari kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai kemampuan khusus serta berfokus terhadap pengolahan bahan logam. Kelompok tersebut yang nantinya akan menjadi cikal bakal pengrajin logam. Selain itu, keberadaan kelompok ini adalah hasil dari kehidupan yang telah berubah menjadi sender menetap.
Sama seperti halnya zaman besi, zaman perunggu juga memiliki ciri-ciri atau karekteristik khas yang menjadi pembeda dengan zaman lainnya. Adapun ciri-ciri yang ada di dalam zaman perunggu sebagai berikut:
Zaman neolitikum itu sendiri adalah zaman batu muda yang seluruhnya ditanamkan oleh unsur kebudayaan yang baik dan juga telah memiliki beberapa ciri yang melekat, salah satunya adalah alat-alat yang terbuat dari batu. Oleh karena itu, zaman perunggu sangat erat kaitannya dengan zaman neolitikum.
Pada zaman ini, manusia telah melakukan berbagai teknik dalam proses pembuatan alat-alat perkakas dari bahan perunggu.
Teknik pengolahan tersebut berasal dari manusia deutro melayu yang datang dari wilayah Song Hong, Vietnam. Sehingga menjadikan mereka mengenal teknik peleburan maupun penempaan.
Hal itu tentunya akan membuat manusia lebih memahami suatu hal yang baru serta meningkatnya kemampuan mereka yang jauh lebih tinggi lagi dibandingkan sebelumnya.
Manusia pada saat sebelum zaman perunggu, mereka hidup selalu berpindah-pindah tempat. Jika bahan kebutuhan di tempat mereka singgah tersebut telah habis, mereka akan berpindah tempat yang disebut dengan nomaden.
Di zaman ini, manusia sudah dapat tinggal secara menetap di satu tempat. Hal tersebut tentunya telah menggambarkan rasa nyaman dan rasa aman bagi manusia di mana sedikit demi sedikit mulai terbentuk.
Zaman perunggu ini dimulai karena manusia sudah banyak menggunakan perunggu. Salah satu daerah yang pertama kali membuat perunggu yaitu Sumeria di Mesopotamia. Mesopotamia ini juga merupakan tempat kota yang pertama kali dibangun untuk tempat tinggal mereka.
Di sinilah peradaban zaman perunggu dimulai. Adapun daerah di Mesopotamia yang mengalami zaman perunggu yaitu dataran subur di antara Sungai Tigris dan Sungai Efrat yang merupakan lahan pertanian bangsa Sumer.
Kemudian pada 2.500 sebelum masehi, penggunaan perunggu ini mulai menyebar ke wilayah Eropa. Selain itu, zaman perunggu ini juga dialami oleh Cina sekitar tahun 1.600 sebelum masehi.
Adapun kehidupan manusia yang terjadi di zaman perunggu dapat digambarkan sebagai berikut:
Adapun peninggalan-peninggalan yang ada di dalam zaman perunggu sebagai berikut:
Disebut dengan kapak corong karena bentuknya yang mirip dengan corong. Bahkan kapak ini sering disebut dengan kapak sepatu. Kegunaannya adalah alat upacara kepercayaan seperti pemujaan dan sebagainya. kapak ini dapat kita temukan di daerah Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Papua dan Sulawesi Tengah.
Nekara merupakan alat perunggu yang digunakan untuk memohon penurunan hujan dan juga pengobar semangat ketika ingin melakukan peperangan dengan musuh, serta upacara lainnya. Bentuknya mirip dengan gendering yang dapat kita temukan di daerah Pulau Bali.
Bejana perunggu memiliki bentuk menyerupai gitar spanyol. Sekilas, mirip juga dengan periuk, namun bejana ini bentuknya lebih pipih dan langsing.
Bahkan desain yang digunakan oleh hampir seluruh bejana masih relatif sama. Bejana perunggu dapat kita temukan di daerah Madiun dan Sumatera.
Moko memiliki bentuk hampir sama dengan nekara, namun lebih kecil. Moko sering digunakan sebagai benda pusaka yang dimiliki oleh kepala suku. Bahkan moko juga sering dimanfaatkan sebagai mas kawin untuk menikah. Moko ini dapat kita temukan di Pulau Alor, Pulau Flores tepatnya berada di Manggarai.
Arca perunggu ini memiliki dua bentuk yaitu hewan dan manusia. Ukurannya juga beragam ada yang besar layaknya manusia dan ada juga yang kecil dengan cincin di atas arcanya. Peninggalan yang satu ini dapat ditemukan di wilayah Palembang, Limbangan dan Bangkinang.
Candrasa adalah peninggalan sejenis kepak yang mempunyai bentuk mirip seperti senjata. Akan tetapi benda ini tidak digunakan sebagai alat pertanian atau alat peperangan karena tidak cukup kuat dan kokoh. Candrasa ini bisa dapat kita temukan di daerah Bandung.