Daftar isi
Tidak hanya di Jawa Timur yang kaya akan peninggalan bersejarah, ternyata ada provinsi lainnya di Pulau Jawa yang juga menyimpan banyak sejarah yakni Jawa Barat. Selain kental dengan keseniannya, Jawa Barat tentunya memiliki candi peninggalan yang sangat populer salah satunya adalah Candi Cangkuang.
Apa itu Candi Cangkuang?
Candi Cangkuang adalah salah satu candi peninggalan bercorak agama Hindu. Candi ini terletak di Dukuh Pulo, Kelurahan Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Jika dari pusat kota, untuk menuju lokasi Candi Cangkuang ini hanya berjarak sekitar 45 menit.
Tepatnya berada di sebuah bukit yang di sekelilingnya ada sebuah danau yang menurut bahasa masyarakat setempat menyebutnya dengan Situ. Situ tersebut juga dinamakan sesuai dengan lokasi tempat situ atau danau tersebut berada yakni Situ Cangkuang.
Candi Cangkuang adalah peninggalan yang pertama kali ditemukan di Tatar Sunda dan juga merupakan satu-satunya candi bercorak Hindu yang ada di sana.
Ciri-ciri Candi Cangkuang
Bentuk Bangunan Candi Cangkuang
Candi Cangkuang berdiri di tanah yang berbentuk persegi empat. Adapun beberapa bagian dari bangunan Candi Cangkuang sebagai berikut:
- Kaki bangunan candi ini menyokong beberapa pelipit seperti pelipit Padma, pelipit kumuda, dan pelipin sasagi.
- Di bagian timur terdapat sebuah penampil sebagai tempat tangga naik.
- Di sisi utara candi terdapat pintu masuk.
- Di bagian dalam candi terdapat sebuah ruangan.
- Di bagian dasarnya terdapat sebuah cekungan.
Di antara sisa-sisa bangunan candi di atas, ditemukan pula arca tahun 1800-an dengan posisi sedang bersila di atas padmasana ganda. Kaki kiri dari arca itu menyilang datar di mana alasnya menghadap ke sisi dalam paha kanan. Sementara kaki kanan menghadap ke bawah dengan beralaskan lapik.
Pada bagian depan kaki kiri terdapat sebuah kepala sapi yang telinganya mengarah ke depan. Dengan adanya kepala tersebut, para ahli menganggap bahwa arca ini merupakan arca Syiwa. Selain itu, kedua tangan arca menengadah di atas paha. Dan pada tubuhnya ada penghias perut, penghias dada serta telinga.
Namun, keadaan arca telah rusak. Selain itu, wajahnya juga datar dan pada bagian tangan sampai kedua pergelangannya telah hilang. Adapun ukuran dari arca tersebut yakni:
- Lebar wajah 8 cm
- Lebar pundak 18 cm
- Padmasana 38 cm dengan tinggi 14 cm
- Tinggi 41 cm
Ukuran Candi Cangkuang
Adapun beberapa ukuran Candi Cangkuang beserta bagiannya sebagai berikut:
- Candi Cangkuang berdiri di atas pondasi yang berukuran sekitar 4,5 m persegi dengan ketinggian 30 cm.
- Kaki candi yang menyokong memiliki luas sekitar 4,5 m persegi dengan tingginya 1,37 m.
- Tangga yang ada di bagian timur candi memiliki ukuran panjang 1,5 m dan 1,26 m.
- Bagian tubuh candi berbentuk persegi dengan ukuran panjang 1,5 m dan lebar 1,26 m di mana masing-masingnya 4,22 m.
- Pintu candi di bagian utara memiliki lebar 0,6 m dengan tinggi 1,56 m.
- Ruangan yang ada di dalam tubuh candi berukuran 2,24 m x 2,18 m dengan tingginya sekitar 2,55 m.
Makam Kuno Arief Muhammad
Jika berbicara tentang Candi Cangkuang, salah satu yang menjadi ciri khasnya adalah Makam Kuno yang letaknya tidak jauh dari candi. Makam kuno tersebut adalah makam Arief Muhammad atau sering dikenal dengan Maulana Ifdil Hanafi, yang merupakan pendiri Desa Cangkuang. Selain itu, makam ini juga diduga sebagai makam dari masa islam. Hal itulah yang cukup unik karena Candi Cangkuang adalah candi yang bercorak agama Hindu.
Sejarah Candi Cangkuang
Candi Cangkuang diperkirakan telah dibangun pada abad ke-8 Masehi yakni hampir sama dengan pembangunan Candi Sewu di Klaten dan Candi Jiwa di Jawa Barat. Candi ini adalah satu-satunya candi peninggalan Hindu Syiwa yang ditemukan di Tatar Sunda.
Menurut kisah dari buku yang berjudul “Notulen Bataviaach Genotscahap” (1893) dikutip dari catatan Vondermen menjelaskan bahwa terdapat candi yang telah rusak dan makam kuno di sekitar Desa Polo, Leles. Dari buku tersebut, akhirnya Drs. Uka Tjandrasasmita bersama tim peneliti Prof. Harsoyo melakukan penelitian dan pencarian terhadap situs candi tersebut. Pencarian dimulai pada 9 Desember 1966.
Dari hasil pencarian membuktikan bahwa memang benar di daerah tersebut memiliki candi yang agak rusak di mana tidak jauh dari situ ada sebuah makam. Menurut masyarakat setempat, makam tersebut merupakan makam leluhur yang bernama Arief Muhammad. Makam tersebut telah ditemukan pada tahun 1967 – 1968. Selain menemukan candi dan makam kuno, terdapat pula benda-benda yang diperkirakan berasal dari zaman megalitikum berupa serpihan pisau dan beberapa batu-batu yang berukuran besar.
Mulai dari tahun 1974 – 1976, dilakukan kegiatan penggalian dan rekonstruksi secara menyeluruh. Hal itu dikarenakan penemuan dari candi ini masih tertimbun oleh tanah sehingga dilakukan penggalian secara besar-besaran agar dapat mengumpulkan sisa reruntuhan yang nantinya akan diteliti. Dari hasil penelitian, akhirnya dilakukan pemugaran kembali Candi Cangkuang sehingga dapat menjadi candi yang utuh, kokoh dan sempurna.
Dalam proses pemugaran, hanya terdapat 40% bebatuan asli yang ditemukan. Sehingga dibuat konstruksi bahan penyusun yang menyerupai dengan bahan awal candi tersebut mulai dari kaki candi, dinding candi, atap candi serta sebuah patung Dewa Syiwa. Pemugaran Candi Cangkuang selesai dan mulai diresmikan pada 8 Desember 1976.
Fungsi Candi Cangkuang
Candi Cangkuang merupakan salah satu candi Hindu yang ada di tanah Sunda. Dengan ini, Candi Cangkuang dibangun untuk dijadikan sebagai tempat penghormatan kepada Dewa Syiwa. Selain itu, candi ini juga didirikan untuk dapat mengisi kekosongan sejarah antara Purnawarman dan Pajajaran.
Setelah mengalami pemugaran hingg kini, Candi Cangkuang telah dijadikan sebagai objek wisata sejarah. Bahkan banyak wisatawan yang berkunjung ke candi ini melanjutkan perjalanannya untuk berziarah ke makam Arief Muhammad yang persis di samping candi.
Fakta Tentang Candi Cangkuang
Adapun beberapa fakta unik lainnya terkait Candi Cangkuang sebagai berikut:
- Candi Cangkuang merupakan kombinasi pemandangan yang sangat indah. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya hamparan persawahan, bukit, pegunungan serta perkampungan yang berada di sekitar danau.
- Candi yang erat kaitannya dengan makam penyebar agama islam yang dimulai pada abad ke-17 yakni makam eyang Embah Dalem Arief Muhammad. Lokasi makam persis bersebelahan dengan Candi Cangkuang yang hingga sekarang masih dikunjungi bagi peziarah.
- Salah satu candi dengan kearifan lokal yang sangat unik dan khas yakni berdampingan antara 2 kebudayaan dari 2 agama yang berbeda (Hindu dan Islam) dalam satu tempat.
- Di sekitar candi, terdapat Pohon Cangkuang yang dipercaya sebagai sejarah awal mula dari penamaan candi, danau dan kampung maupun Desa Cangkuang itu sendiri.
Itulah pembahasan mengenai Candi Cangkuang. Setiap candi memiliki aturan-aturan tertentu. Nah, bagi kamu yang ingin berkunjung ke Candi Cangkuang pastikan kamu dapat mematuhi peraturan yang ada. Salah satunya adalah tidak merusak candi tersebut.