Sosiologi

6 Ciri-ciri Masyarakat Majemuk dan Penjelasannya

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Masyarakat majemuk atau yang kerap disebut dengan masyarakat multikultural adalah masyarakat yang memiliki beragam elemen kehidupan. Masyarakat majemuk memiliki asal, adat istiadat, latar belakang, hingga kebudayaan yang berbeda.

Singkatnya, masyarakat majemuk berjalan beriringan apa adanya dengan sistem kehidupannya masing-masing. Kehidupan masyarakat majemuk dapat dilihat di Indonesia yang memiliki keragaman suku, agama, ras, dan antar golongan.

Kendati hidup beriringan, masyarakat majemuk tidak memiliki homogenitas karena perbedaan yang kuat. Bahkan, kurangnya dasar untuk memahami satu lain dapat terjadi pada masyarakat majemuk. Masyarakat majemuk atau multikultural dapat terbentuk karena adanya berbagai faktor.

Di Indonesia, masyarakat majemuk terjadi karena faktor sejarah Indonesia yang memiliki keragaman budaya. Selain itu, adanya pengaruh kebudayaan asing menyebabkan beberapa unsur tersebut tertinggal di Indonesia.

Oleh karena itu, berbagai unsur dari perbedaan budaya dapat membentuk masyarakat majemuk di suatu daerah. Lalu, apa saja ciri-ciri masyarakat majemuk?

Ciri Masyarakat Majemuk

Dengan kehidupan yang berbeda, masyarakat majemuk memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri tersebut dikategorikan menjadi banyak aspek. Mulai dari adanya pembagian kelompok sosial hingga rawan konflik dalam kehidupan masyarakat majemuk. Berikut ini ciri-ciri masyarakat majemuk menurut sosiolog Pierre L. Van Den Berghe.

  1. Terjadi Pembagian Kelompok Sosial

Masyarakat majemuk dapat mengalami pembagian kelompok sosial dengan kebudayaan yang berbeda-beda. Namun, pembagian kelompok sosial ini bisa menimbulkan beberapa dampak sebagai berikut:

  • Primordialisme, yakni kebanggaan berlebih terhadap kelompok sendiri karena adanya pembagian kelompok dalam kehidupan sosial.
  • Etnosentrisme, yakni menganggap kelompok sosial lain lebih rendah dibanding kelompoknya.
  • Stereotip etnis, yakni munculnya pandangan negatif terhadap sebuah kelompok karena adanya pembagian tersebut.

Contoh pembagian kelompok sosial ini dapat dilihat dari berbagai suku yang ada di Indonesia. Misalnya Pulau Jawa ditinggali oleh masyarakat dari suku Jawa, Sunda, dan Madura. Ketiganya hidup berdampingan, namun dengan adat istiadat masing-masing.

  1. Memiliki Struktur Sosial yang Terbagi

Struktur yang ada dalam kehidupan bermasyarakat jelas berbeda karena keragaman kelompoknya. Perbedaan struktur masyarakat tersebut dapat dilihat dari kemunculan lembaga sosial yang bersifat non komplementer atau tidak saling melengkapi.

Misalnya pada lembaga agama di Indonesia yang memayungi beberapa agama, tentu memiliki struktur yang berbeda-beda pula. Lembaga agama yang ada di Indonesia tidak saling melengkapi karena aturan yang diterapkan dalam satu agama berbeda dengan agama yang lain.

Lembaga agama yang menaungi agama Islam, tentu memiliki aturan yang berbeda dengan lembaga agama yang memayungi agama Kristen. Walau begitu, keduanya tetap berfokus pada satu hal, yakni agama.

  1. Kurangnya Mufakat atau Konsensus di Masyarakat

Keberagaman yang ada di masyarakat majemuk dapat mengakibatkan sulitnya mencapai mufakat atau kesepakatan dalam musyawarah.

Perbedaan pendapat dapat terjadi di lingkungan masyarakat majemuk. Latar belakang yang berbeda-beda dari setiap kelompok juga menjadi penyebab perbedaan pendapat satu sama lain.

Oleh karena itu, terlalu banyaknya kepala di dalam masyarakat majemuk mempersulit titik tengah kesepakatan saat diskusi. Kesepakatan bersama makin cenderung susah untuk dikembangkan. Lantas, bagaimana cara mencapai titik mufakat dalam masyarakat majemuk?

Berikut beberapa prinsip yang dapat dilakukan agar mufakat bisa tercapai:

  • Setiap orang diberi kebebasan dan hak untuk mengemukakan pendapat dalam bermusyawarah.
  • Pendapat diungkapkan setiap peserta musyawarah dengan alasan yang masuk akal.
  • Pendapat disampaikan dengan niat yang baik untuk mencapai mufakat serta demi kepentingan bersama.
  • Penyampaian pendapat dilakukan dengan etika dan tata krama yang sopan.
  • Ketika bermusyawarah, sebaiknya utamakan persamaan dan kepentingan bersama daripada ego masing-masing.
  1. Rawan Terjadi Konflik

Dalam kehidupan bermasyarakat, tidak dapat dipungkiri adanya konflik yang terjadi. Apalagi pada masyarakat majemuk, pasti adanya perbedaan yang bisa menjadi pemicu konflik.

Konflik yang terjadi pun beragam, bisa konflik antar individu hingga konflik antar kelompok. Biasanya, hal tersebut dikarenakan kurangnya toleransi satu sama lain, baik antar individu maupun kelompok.

  1. Tumbuhnya Integrasi Sosial Karena Paksaan dan Ketergantungan

Integrasi sosial sangat mungkin terjadi dalam kehidupan masyarakat majemuk. Sebab, antar masyarakat yang berbeda kebudayaan itu akan saling bergantung satu sama lain.

Meski demikian, integrasi sosial biasanya tumbuh karena adanya paksaan dari luar diri atau luar kelompok. Contoh dari integrasi sosial karena paksaan adalah ditetapkannya aturan anti-diskriminasi dalam penggunaan fasilitas publik.

Selain integrasi sosial, masyarakat majemuk saling bergantung dalam bidang ekonomi. Setiap individu pastinya membutuhkan pekerjaan untuk hidup sehari-hari. Oleh karena itu, individu harus mematuhi aturan yang ada dalam kehidupan masyarakat.

Hal tersebut dilakukan demi memenuhi kebutuhan ekonomi. Maka dapat disimpulkan bahwa kehidupan masyarakat majemuk saling bergantung dalam mencukupi kebutuhan ekonomi.

  1. Adanya Dominasi Ekonomi, Politik, dan Sosial Budaya

Munculnya dominasi di bidang ekonomi, politik, dan sosial budaya pasti terjadi dalam kehidupan masyarakat majemuk.

Dengan budaya yang berbeda-beda, akan ada satu kelompok yang memiliki kekuatan sendiri untuk mengatur kelompok lain.

Hal tersebut menjadi penguasaan atau dominasi yang muncul dalam masyarakat majemuk. Kelompok yang tidak memiliki kekuatan pun harus mengikuti alur dari kelompok yang mempunyai kekuatan atau power lebih.