Daftar isi
Pembahasan kita pelajaran akuntansi mengenai depresiasi, mulai dari pengertian, faktor yang mempengaruhi, metode, sampai contoh dari depresiasi.
Pengertian Depresiasi
Secara umum depresiasi merupakan konsekuensi dari pemakaian aktiva tetap dan aset tersebut biasanya mengalami penurunan kualitas. Menurut penalaran umum, depresiasi merupakan cadangan yang ditujukan untuk membeli aset baru demi menggantikanci aset lama yang sudah tak produktif.
Dalam istilah akuntansi, depresiasi didefinisikan sebagai pengurangan biaya tercatat dari aset tetap secara sistematis sampai nilai aset menjadi nol atau tidak memiliki nilai ekonomi.
Faktor yang Mempengaruhi Depresiasi
Adapun faktor yang mempengaruhi depresiasi sebagai berikut:
- Cost (biaya). Biaya yang dimaksud di sini adalah biaya perolehan. Biaya perolehan menjadi dasar penghitungan seberapa besar depresiasi yang harus dialokasikan per periode akuntansi.
- Useful life (masa manfaat). Masa manfaat merupakan estimasi umur produktif aktiva yang kita harapkan. Masa manfaat dapat dinyatakan dalam tahun, unit aktivitas, unit output. Masa manfaat merupakan estimasi.
Dalam menentukan estimasi tersebut, manajemen mempertimbangkan faktor-faktor seperti tujuan penggunaan aktiva, pemeliharaan dan perbaikan, kerentanan atas kerusakannya. Pengalaman masa lalu sangat membantu manajemen dalam menentukan masa manfaat jenis aktiva yang serupa.
- Residual value (nilai sisa). Nilai sisa merupakan estimasi dari nilai aktiva di akhir masa manfaatnya. Seperti masa manfaat, nilai sisa juga merupakan estimasi. Dalam menentukan estimasi ini, manajemen mempertimbangkan bagaimana perusahaan merencanakan melepaskan aktiva tersebut.
Metode Depresiasi
Berikut merupakan metode dari depresiasi:
Metode Garis Lurus (Straight-Line Method)
Metode ini disebut juga straight-line method dan merupakan metode yang paling sering digunakan untuk menghitung beban penyusutan. Metode ini fokus pada penyusutan sebagai fungsi dari waktu dan bukan dari fungsi penggunaan.
Rumus perhitungannya sebagai berikut:
- Biaya Penyusutan = (Biaya Perolehan Aset – Nilai Residu) / (Masa Manfaat Aset)
- Beban penyusutan = (Rp500 juta – Rp50 juta) / 5 tahun = Rp 90 juta
Namun, penggunaan metode ini dinilai kurang realistis karena kegunaan aset diasumsikan sama setiap tahunnya.
Metode Beban Menurun (Decreasing Charge Method)
Metode kedua ini merupakan metode depresiasi percepatan yang menyediakan beban penyusutan lebih tinggi pada periode awal dan menjadi lebih rendah pada masa berikutnya. Metode ini terbagi menjadi dua, yakni menurut jumlah angka tahun dan saldo menurun.
Metode Aktivitas (Unit Penggunaan atau Produksi)
Metode ini mengasumsikan penyusutan sebagai fungsi dari produktivitas atau penggunaan dan bukan dari segi berlalunya waktu. Dengan gambaran di atas, penentuan umur penyusutan mesin produksi tidak memiliki masalah tertentu karena penggunaan relatif mudah diukur.
Misalkan mesin produksi digunakan 4.000 jam di tahun pertama dan diasumsikan bahwa secara total mesin produksi memiliki kapasitas untuk bekerja selama 30.000 jam, maka beban penyusutannya dapat dihitung sebagai berikut:
- Beban penyusutan = [(Rp 500 juta – Rp 50 juta) x 4.000] / 30.000 = Rp60 juta.
Namun metode ini memiliki keterbatasan karena tidak tepat digunakan pada situasi penyusutan berdasarkan waktu dan bukan aktivitas.
Contoh Depresiasi
Pada saat membeli truk untuk kegiatan pengiriman, perusahaan kmengeluarkan biaya Rp. 100.000.000 dan penggunaan truk yang diharapkan adalah 5 tahun, bisnis mungkin mendepresiasi aset di bawah biaya penyusutan sebagai Rp. 20.000.000 setiap tahun untuk jangka waktu 5 tahun.