Edukasi

5 Etika dalam Public Speaking

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Etika merupakan salah satu cabang filosofi yang berkaitan dengan hal benar dan salah. Persoalan mengenai etika, seringnya muncul ketika kita bertanya apakah tindakan yang dilakukan bermoral atau tidak, adil atau tidak, pantas atau tidak, jujur atau tidak jujur (Lucas, 2004: 34).

Hal ini juga berkaitan dengan etika seorang pembicara ketika berhadapan dengan audiens. Etika dalam public speaking menyangkut beberapa hal, diantaranya etika ketika menyampaikan public speaking, etika hubungan dengan pihak pengundang, etika hubungan dengan publik, serta etika kepribadian pembicara.

Etika dalam Menyampaikan Public Speaking

Ada beberapa hal terkait etika yang perlu diperhatikan oleh pembicara ketika sedang melakukan public speaking, d iantaranya:

  • Pembicara harus sudah mengetahui tujuan apa yang menjadi tujuan dalam pembicaraannya nanti. Selayaknya, hal yang akan disampaikan merupakan hal yang faktual, jujur, lengkap, dan bermanfaat bagi orang lain. Selain itu, pembicara harus paham dan menguasai materi yang akan disampaikan dengan baik.
  • Tidak peduli jumlah audiens yang hadir, apa pun topik yang akan disampaikan, seorang pembicara sudah sepantasnya mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Melakukan persiapan dengan dimulai dari diri sendiri, lalu melakukan analisa publik guna membuat materi dan alat bantu visual  yang akan digunakan.
  • Seorang pembicara sudah selayaknya selalu mengedepankan kejujuran dalam penyampaian materi yang didukung berbagai fakta dan data pendukung yang akurat. Karena publik memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap pembicara, jadi apabila sekali saja melakukan kebohongan maka akan merugikan diri sendiri dan instansi auatu organisasi yang diwakili.
  • Bentuk penghargaan dari pembicara kepada audiens dapat diperlihatkan melalui penampilan yang rapi dan sopan, namun dengan tetap menyesuaikan tema acara serta audiens yang hadir. Selain itu, gerak-gerik dan sikap tubuh yang sopan juga tetap harus diperhatikan.
  • Ketika menyebutkan nama atau profesi seseorang, hendaknya diucapkan dengan benar, tepat, dan tetap menjaga sopan santun agar tidak menimbulkan persepsi negatif terhadap audiens. Panggilan terbaik adalah dengan menyebutkan nama keluarga, serta penyebutan nama secara lengkap. Hindari menggunakan singkatan atau menyingkat nama ketika menyebut nama seseorang.
  • Selalu hindari tindakan melebih-lebihkan informasi yang disampaikan. Selain itu, jangan men-generalisasikan sebuah data ke semua orang.
  • Selalu hindari tindakan untuk menyerang pribadi orang lain yang tidak sependapat dengan kita. Terlebih lagi dengan memberikan julukan yang cenderung menyerang dan merendahkan orang tersebut. Karena tindakan tersebut dapat menurunkan kredibilitas kita sebagai seorang pembicara.
  • Ketika memiliki kritik terhadap suatu kelompok atau orang lain, hendaknya selalu diikuti dengan argumen beserta fakta pendukung terkait informasi yang kita berikan. Hal tersebut agar menghindarkan kita dari pencemaran nama baik, bila konteks argumen kita menyangkut orang lain.
  • Jangan lupa untuk selalu menyertakan sumber atau referensi yang kredibel apabila kita mengutip sebuah kalimat atau gagasan orang lain dalam materi public speaking. Hal ini agar pembicara terhindarkan dari kasus plagiarisme yang sewaktu-waktu menyeretnya nanti.

Etika Hubungan dengan Pihak Pengundang

Pihak pengundang yang dimaksud di sini adalah mereka yang meminta kita hadir untuk mengisi acara, di mana dalam acara tersebut kita akan terlibat sebagai pembicara dan melakukan sebuah diskusi, pidato atau yang lainnya.

Pihak pengundang memiliki kepercayaan terhadap kita untuk hadir dan berharap acara berlangsung dengan baik dan penuh makna. Bagi seseorang yang profesional, sudah selayaknya untuk selalu menghargai pihak pengundang.

Hal tersebut dapat kita tunjukkan dengan beberapa hal berikut ini, di antaranya:

  • Membaca undangan dengan seksama adalah hal pertama yang harus dilakukan. Kemudian memeriksa agenda kita, apakah waktunya memungkinkan kita untuk menghadirinya atau tidak.
  • Setelah mencocokkan dengan jadwal kerja kita, segera lakukan konfirmasi kepada pihak pengundang. Apabila kita bisa memenuhi undangan tersebut, segera tulis ke dalam agenda kita. Namun jika kita tidak mampu memenuhi undangan tersebut, segera lakukan konfirmasi kepada pihak pengundang, apabila masih memungkinkan pengundang dapat mengubah jadwal, namun jika tidak mereka bisa segera mencarikan pengganti.
  • Selalu tanyakan tentang hal-hal pokok dalam acara, agar kita mampu memenuhi harapan dan ekspektasi pihak pengundang. Hal-hal tersebut diantaranya mengenai tema dan tujuan diadakannya acara, materi apa saja yang perlu disampaikan nantinya, hasil apa yang diharapkan dari materi yang disampaikan, audiens yang hadir, tempat dan waktu diadakannya acara, dress code (busana yang dikenakan), alat bantu yang diperlukan, tata ruang dan tempat duduk, serta pihak yang bisa dihubungi bila mengalami kesulitan.
  • Setelah mengetahui seluk beluk acara, hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah mempersiapkan segalanya sebaik mungkin. Kredibilitas kita dipertaruhkan pada saat acara tersebut berlangsung.
  • Selalu bersikap sopan dan dapat bekerja sama dengan baik. Hal tersebut kita tunjukkan melalui perilaku positif dengan selalu memerhatikan segala sesuatu yang telah disepakati.
  • Selalu usahakan datang ke lokasi sebelum waktu yang telah ditetapkan. Tujuannya adalah agar kita bisa mempersiapkan segala sesuatunya dan bisa bersosialisasi terlebih dahulu dengan pihak pengundang maupun audiens.

Etika Hubungan dengan Publik

Dalam sebuah public speaking, target utama kita adalah audiens. Maka selayaknya kita harus menunjukkan kesan bahwa kita menghargai kehadiran kesediaan audiens untuk mendengarkan materi yang kita sampaikan, serta waktu yang telah disediakan untuk mendiskusikan materi bersama-sama. Hal-hal tersebut dapat kita lakukan dengan beberapa perilaku berikut ini:

  • Penampilan yang baik dan sesuai tema acara. Hal tersebut bisa menjadi kesan pertama audiens terhadap kita. Jika kita menghargai para audiens, maka sebaliknya audiens juga akan menghargai kita sebagai pembicara.
  • Gerak-gerik dan sikap kita. Gerak-gerik dan sikap mencerminkan apa yang kita pikir dan rasakan. Tunjukkan bahwa kita memiliki etika dalam menghadapi audiens melalui gerak-gerik dan sikap yang sopan dan baik.
  • Tata bahasa yang kita gunakan. Selalu gunakan bahasa yang baik, sopan, dan mudah dimengerti. Hindari penggunaan kata-kata kasar dan menjatuhkan beberapa pihak yang membuat audiens merasa tidak nyaman.
  • Saat berada di luar acara resmi, selalu lakukan interaksi dengan audiens dengan membicarakan berbagai hal yang menarik. Hal tersebut akan menunjukkan bahwa kita menghargai mereka. Topik yang bisa kita bicarakan diantaranya seperti keadaan lingkungan, cuaca, lalu lintas, wisata dan kuliner, olahraga, musik, film, buku-buku populer, dan berbagai hobi menarik lainnya.
  • Hindari bertanya mengenai topik-topik yang sifatnya terlalu pribadi, seperti berat badan, status pernikahan, keadaan fisik, anak, uang dan nilai ekonomis, gosip, pekerjaan pasangan audiens, serta berbagai hal mengenai suku, agama, dan ras (SARA).

Etika Kepribadian Pembicara

Selain memiliki keterampilan berbicara di depan umum serta keahlian dalam bidangnya, seorang pembicara selayaknya memiliki kepribadian yang baik dan selalu positif. Hal tersebut dapat tercermin dalam beberapa aspek, diantaranya:

  • Sikap dan Perilaku. Seorang pembicara harus memiliki sifat proaktif, disiplin, komitmen, jujur, memiliki sopan santun dalam berinteraksi, cakap dalam mengendalikan emosi serta memiliki manajemen waktu yang baik. Selain itu, juga harus dibarengi dengan wawasan yang luas dan mental yang kuat.
  • Komunikasi. Selain memiliki keterampilan dalam berkomunikasi, seorang pembicara juga harus mempu menjadi pendengar yang baik bagi para audiens nya. Selain itu, seorang pembicara juga dituntut mampu berkomunikasi dengan efektif dalam menyampaikan pesan.
  • Penampilan. Meski penampilan bukan segalanya, namun penampilan mampu berbicara banyak tentang kita. Dengan demikian, penampilan adalah bagian dari aspek keprofesionalan seorang pembicara. Seperti personal grooming (wajah, rambut, kebersihan tubuh, pakaian yang rapi, kaos kaki bagi pria, dan stocking bagi perempuan) dan busana (rok dan blazer untu wanita, casual, formil bagi pria).

Bebas Plagiarisme

Plagiarisme didefinisikan sebagai kegiatan menjiplak atau menggunakan ide, konsep, pendapat atau impresi orang lain dengan memparafrase atau mengutip langsung tanpa memberikan keterangan mengenai sumber tersebut.

Kegiatan ini termasuk dalam tindak pidana karena melanggar hak cipta. Pelaku plagiarisme atau plagiator (KKBI, 1997: 775), khususnya di bidang pendidikan, dapat diancam hukuman berat, seperti dikeluarkan dari instansi pendidikan (sekolah/universitas).

Plagiarime dapat dibedakan menjadi dua golongan, di antaranya:

  • Menggunakan kembali tulisan orang lain secara mentah tanpa adanya tanda jelas jika tulisan tersebut merupakan milik orang lain, seperti penggunaan tanda kutip atau blok alinea berbeda. Sehingga kalimat ditulis secara persis atau sama seperti aslinya.
  • Mengambil buah pikiran atau pandangan orang lain tanpa adanya anotasi yang cukup mengenai sumbernya.

Sedangkan untuk hal-hal yang tidak tergolong dalam tindakan plagiarisme, antara lain:

  • Menggunakan informasi yang sudah terbukti sebagai sebuah fakta.
  • Menulis kembali opini orang lain dengan memparafrasekannya, serta mencantumkan sumber dengan jelas.
  • Melakukan pengutipan pada tulisan orang lain dengan memberikan sebuah tanda batas yang jelas pada bagian kutipan, serta tidak lupa untuk menuliskan sumbernya.

Kemudahan dalam mengakses informasi menjadi salah satu faktor terjadi banyaknya tindakan plagiarisme. Sehingga, komitmen serta sikap menjunjung tinggi etika perlu dimiliki seorang pembicara agar integritas tetap terjaga.