Daftar isi
Pembentukan negara bangsa sangat berkaitan dengan identitas yang tersedia untuk menyatukan masyarakat. Berikut ini akan di jelaskan faktor-faktor yang memperkirakan menjadi identitas bersama suatu masyarakat atau bangsa.
1. Primordialisme
Ikatan kekerabatan (darah dan keluarga) da kesamaan suku bangsa, daerah, bahasa, dan adat istiadat merupakan faktor primordial yang dapat membentuk bangsa negara. Primordial ini tidak hanya menimbulkan pola perilaku yang sama, tetapi juga melahirkan persepsi yangs ama tentang masyarakat negara yang dicita-citakan.
Walaupun ikatan kekerabatan dan kesamaan budaya itu tidak menjamin terbentuknya suatu bangsa, karena mungkin ada faktor yang lain yang lebih menonjol, namun kemajemukan secara budaya mempersukar pembentukan satu nasionalisme baru bangsa-negara karena perbedaa ini akan melahrkan konflik nilai.
Selain negara Indonesia yang memiliki tingkatan kemajemukan masyarakat yang tinggi, salah satu negara yang mengalami kesukaran dalam membentuk nasionalitas baru karena kemajemukan suku bangsa, yakni Malaysia.
Malaysia mencakup tiga kelompok masyarakat yaitu Melayu, Cina, dan India yang jumlah anggotanya relatif seimbang. Demikian pula dengan negara Filipina, yang terdiri dari kelompok masyarakat beragama Katholik, Kristen, Islam, dan agama lokal, sampai saat ini juga masih menghadapi permasalahan nasionalitasnya.
2. Keagamaan (Sakralitas Agama)
Kesamaan agama yang dipeluk oleh suatu masyarakat, atau ikatan ideologi doktriner yang kuat dalam suatu masyarakat merupakan faktor sakral yang dapat membentuk bangsa-negara. Ajaran-ajaran agama ideology doktriner tidak menggambarkan semata-mata bagaimana seharusnya hidup (dalam hal ini cara hidup yang suci, agama menjanjikan surga, ideologi doktriner menjanjikan masyarakat tanpa kelas).
Karena menggambarkan cara hidup yang seharusnya dan tujuan suci. Walaupun kesamaan agama atau ideologi tidak menjamin bagi terbentuknya suatu bangsa-negara, sebagaimana ditunjukkan dengan kenyataan lebihd ari sepuluh negara Arab untuk islam, sepuluh negara Amerika Latin untuk Katholik, dan sejumlah negara komunis, namun faktor ini ikut menyumbangkan bagi terbentuknya satu nasionalis.
3. Pemimpin bangsa
Kepemimpinan dari seorang tokoh yang disegani dihormati secara luas oleh masyarakat dapat pula menjadi faktor yang menyatukan sutu bangsa negara. Pemimpin ini menjadi panutan sebab warga masyarakat mengidentifikasikan diri kepada sang pemimpin, dan ia dianggap sebagai penymabung lidah masyarakat.
Berdasarkan masyarakat yang tengah membebaskan diri dari belenggu penjajahan, biasanya muncul pemimpin yang kharismatik untuk menggerakkan massa rakyat mencapai kemerdekaannya. Kemudian pemimpin ini muncul sebagai simbol persatuan bangsa, seperti tokoh dwitunggal Soekarno-Hatta di Indonesia dan Josep Bros Tito di Yugoslavia.
Akan tetapi, pemimpin saja mungkin tidak menjamin bagi terbentuknya suatu bangsa-negara sebab pengaruh pemimpin bersifat sementara. Dalam hal ini ada dua penyebab, yaitu :
- Umur manusia (pemimpin) terbatas
Khususnya pemimpin kharismatik tidak dapat diwariskan. Pemimpin tidak hanya yang masih hidup dapat berfungsi sebagai simbol persatuan bangsa, tetapi juga yang sudah menjadi pahlawan. Namun, sifat permasalah yang tengah di hadapi masyarakat memerlukan tipe kepemimpian ang sesuai.
- Berkaitan erat dengan perkembangan masyarakat
Masyarakat yang berubah menghendaki tipe pemimpin yang berubah pula. Pada pihak lain tidak hanya di negara-negara berkembang seorang pemimpin kharismatik dipandang sebagai simbol persatuan bangsa, tetapi juga negara-negara yang maju seorang pemimpin diharapkan tampil sebagai wakil atau personifikasi bangsa di dalam maupun di luar negeri.
4. Sejarah bangsa
Persepsi yang sama tentang asal usl (nenek moyang) dan persepsi yang sama tentang pengalaman masa lalu seperti penderitaan yang sama yang disebabkan dengan penjajahan tidak hanya melahirkan solidaritas (sependeritaan dan sepenanggungan), tetapi juga tekad dan tujuan yang sama antar kelompok masyarakat.
Solidaritas, tekad, dan tujuan yang sama itu dapat menjadi identitas yang menyatukan mereka sebagai bangsa sebab hal-hal ini akan membentuk konsep ke-kita-an dalam masyarakat. Sejarah tentang asal usul dan pengalaman masa lalu ini biasanya dirumuskan, dan disosialisasikan kepada seluruh anggota masyarakat melalui media massa (film dokumenter, film cerita, dan dramatisasi melalui televisi dan radio).
Khusus bagi generasi baru, konsep sejarah ini sampaikan melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah dalam mata pelajaran sejarah perjuangan bangsa (sejarah nasional). Selain itu, dipastikan hampir semua negara sadar menciptakan dan memelihara simbol-simbol yang dapat membentuk persepsi yang sama tentang masa lalu, seperti tempat-tempat, atau gedung-gedung bersejarah, patung-patung, dan berbagai informasi tentang sejarah.
5. Bhinnek Tunggal Ika
Bersatu dalam perbedaan dalam Bhinneka tunggal ika adalah kesetiaan warga masyarakat pada suatu lembaga yang disebut negara, atau pemerintahan yang dipandang akan mendatangkan kehidupan yang lebih manusiawi tetapi tanpa menghilangkan keterikatan kepada suku bangsa, adat-istiadat, ras, atau agama.
Setiap warga masyarakat akan memiliki kesetiaan ganda sesuai dengan porsinya. Walaupu mereka tetap memiliki keterikatan pada identitas kelompok, namun mereka menunjukkan kesetiaan yang lebih besar pada kebersamaan yang berwuju dalam bentuk bangsa-bangsa dibawah suatu pemerintah yang berkeabsahan.
Mereka bersepakat hidup bersama sebagai bangsa berdasarkan kerangka politik dan prosedur hukum yang berlaku bagi anggota masyarakat. Pengaturan tentang apa saja yang menjadi urusan negara dan apa saja yang tidak dapat diganggu gugat oleh negara itu dirumuskan dalam kerangka politik dan hukum tersebut.
Negara Swiss yang memiliki masyarakat terdiri atas berbagai agama (Katoloik dan Protestan), berbagai suku bangsa (Jerman dan Prancis), berbagai bahsa (Jerman dan Perancis) dan berbagai daerah (kanton-kanton), menjadi salah satu contoh bangsa-negara yang terbentuk atas dasar prinsip bersatu dalam perbedaan.
Contoh yang lain Amerika serikat. Prinsip itu tampaknya dapat diterapkan dalam masyarakat yang anggotanya memiliki kesadaran hukum dan demokrasi yang tinggi,
6. Perkembangan ekonomi
Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi pekerjaan yang beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi mutu dan semakin bervariasi kebutuhan masyarakat, semakin tinggi pula tingkat saling bergantung di antara berbagai jenis pekerjaan.
Setiap orang bergantung pada pihak lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin kuat suasana saling bergantung antar anggota masyarakat karena perkembangan ekonomi makan semakin besar pila solidaritas dan persatuan dalam masyarakat. Solidaritas yang ditimbulkan engan perkembangan ekonomi itu disebut sebagai solidaritas organis. Hal in berlaku dalam masyarakat industri maju, seperti Eropa Barat, Jepang, dan Amerika Serikat.
Konsep kebangsaan Indonesia dalam memasuki masa depan untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia, akibat era globalisasi dan kecenderungan disintegrasi bangsa dan negara Indonesia, perlu diperkuat dan dikembangkan sesuai perkembangan bangsa zaman.
Tidak berlebihan rasanya bila disebutkan bahwa perlu dilakukan redefinisi terhadap konsep kebangsaan yang selama ini dianut. Kemauan bersama dari seluruh bangsa Indonesia dengan faktor-faktor pendukungnya yang dominan seperti sejarah, bahasa, suku bangsa, wilayah, dan agama.