7 Faktor yang Mempengaruhi Evolusi Beserta Penjelasannya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Perubahan evolusioner yang terjadi dari generasi ke generasi. Tidak luput dari adanya sebuah perubahan yang menyebabkan sifat suatu keturunan berbeda dengan pendahulunya. Terjadinya perubahan evolusi tidak dapat diamati secara individu.

Sebab, dalam perkembangannya kita tidak bisa beranggapan bahwa seorang manusia berevolusi menjadi lebih tinggi hanya karena ada satu orang dewasa yang memiliki ukuran badan yang tinggi.

Pada suatu populasi pastinya terjadi perkawinan antar anggota di dalamnya. Dengan hal itu maka gen gen yang dimiliki akan berbaur secara acak dengan anggota populasi itu. Reproduksi seksual mampu menghasilkan keturunan yang khas secara genetik. Berikut ini Faktor yang Mempengaruhi Evolusi.

1. Mutasi

Proses mutasi yang terjadi pada sebuah populasi cenderung berjalan lambat. Hal itu didasarkan pada sebuah pernyataan yang berbunyi “ satu mutasi dapat terjadi setiap 40.000 sampai 500.000 pembuahan sel.

Namun, apabila laju mutasi tersebut dikalikan dengan jumlah sel kelamin yang dihasilkan. 

Dan dengan didukung jumlah generasi selama spesies itu ada, akan besar kemungkinannya menghasilkan mutasi yang sangat banyak. Seluruh sel alel mutasi pada waktu lampau akan tetap terjaga dalam sebuah pusat gen. Yang seluruh sel alel itu tersimpan melalui proses reproduksi seksual.

Mutasi biasanya menghasilkan alel yang kurang bernilai. Hanya sedikit gen dalam satu individu yang mengandung informasi genetik menguntungkan. Contohnya : sebelum insektisida ditemukan, ditemukan DNA pada serangga tertentu yang memiliki kekebalan terhadap DDT.

Kekebalan itu dihasilkan dari proses mutasi serangga. Pada saat itu, jumlah alel yang kebal terhadap DDT cenderung sedikit. Sedangkan pada saat insektisida ditemukan, serangga yang kebal terhadap DDT sangat diperlukan untuk melindunginya dari kematian.

Serangga dengan alel yang kebal itulah yang mampu mewariskan alel pada keturunannya sehingga jumlah alel kebal dalam sebuah populasi meningkat.

2. Reproduksi Seksual

Reproduksi seksual seringkali menghasilan sebuah kombinasi genetik yang baru. Variasi genetik yang ada terbentuk selama reproduksi seksual. Hal itu seringkali disebut dengan rekombinasi gen.

Individu yang baru memiliki sel yang komplit daripada induknya. Hal itu dapat dilihat pada populasi jagung yang memiliki alel kebal terhadap jamur dan serangan serangga.

Pada saat terjadi rekombinasi gen antara dua jenis tersebut, kemungkinan menghasilkan tanaman jagung yang memiliki kombinasi kedua alel tersebut.

Dalam artian, jagung baru itu mewarisi kedua alel induknya. Yang nantinya, sifat unggul itu diwariskan pada generasi generasi selanjutnya.

3. Migrasi

Pergerakan alel diantara populasi melalui perkawinan antaranggota populasi sering disebut dengan migrasi. Pada saat itu terjadi perpindahan individu yang berasal dari suatu populasi ke populasi lainnya.

Sehingga dalam kasus tersebut memungkinkan untuk masuknya gen gen baru dalam populasi.

Kebanyakan hewan yang melakukan migrasi dari populasi ke populasi mampu menciptakan perubahan frekuensi gen.

Proses migrasi ini mampu meningkatakan variasi gen karena individu yang beripindah dapat dimasuki oleh alel baru yang berasal dari mutasi populasi lain.

4. Ukuran Populasi yang Kecil

Ukuran populasi menentukan efektivitas setiap mekanisme yang menghasilkan variasi genetik pada pusat gen. Pada populasi yang berukuran besar, perubahan yang terjadi tidak mempengaruhi susunan genetik secara keseluruhan.

Namun, apabila migrasi , mutasi dan kematian terjadi secara tiba tiba pada populasi kecil mampu mempengaruhi susunan genetik suatu populasi.

Pada populasi yang kecil biasanya mengalami perubahan alel secara acak. Proses perubahan alel yang berasal dari pusat gen yang berukuran kecil disebut dengan hanyutan genetik.

Salah satu peristiwa penyimpangan genetik dapat kita lihat melalui kejadian populasi leher botol.

Populasi leher botol adalah populasi yang mengalami penurunan ukuran ataupun jumlah anggota. Hal ini disebabkan akibat adanya bencana alam atau sebab lainnya yang secara terus menerus terjadi.

Hal itu menyebabkan hanya beberapa individu saja yang memiliki kemampuan untuk mewariskan gen kepada populasi dari generasi ke generasi.

5. Seleksi Alam

Lingkungan mengalami perubahan seiring dengan kondisi yang ada. Perubahan lingkungan yang terjadi mendorong makhluk hidup untuk dapat beradaptasi dengan lingkungangannya.

Hal tersebut dilakukan untuk dapat bertahan hidup, dan melanjutkan keturunannya. Apabila gagal beradaptasi, maka makhluk hidup tersebut akan punah.

Seleksi yang ada di alam ini, mengambil prinsip bahwa “siapa yang mampu beradaptasi dengan keadaan, maka ia yang mampu bertahan hidup dan terhindar dari kepunahan.”

Makhluk hidup yang adaptif merupakan makhluk hidup yang mampu beradaptasi terhadap lingkungannya. Salah satu contohnya ialah kupu kupu Boston.

Dalam peristiwa kupu kupu Boston, sebelum adanya revolusi industri, kupu kupu yang bersayap cerah cenderung lebih adaptif daripada kupu kupu bersayap gelap.

Hal ini disebabkan lingkungan yang masih cerah dan terbebas dari polusi. Namun, setelah revolusi industri, kupu kupu yang mempunyai sayap gelap cenderung lebih adaptif dari yang bersayap cerah.

Hal itu disebabkan karena jelaga atau polusi akibat industri membuat kupu kupu yang bersayap cerah lebih mudah ditangkap oleh predator. Sehingga kupu kupu yang bersayap cerah kehilangan kemampuan adaptifnya.

Dengan berbagai pemaparan, dalam hal ini adaptasi terhadap lingkungan sangat penting sebagai salah satu mekanisme seleksi alam.

6. Seleksi Buatan

Seleksi buatan adalah seleksi pasangan pasangan yang dilakukan oleh manusia. Hal itu dilakukan untuk menghasilkan keturunan yang menguntungkan, juga disebut Penangkaran selektif .

Selain itu, seleksi buatan juga bertujuan untuk  menghasilkan  budidaya hewan dan tumbuhan yang dianggap akan lebih baik produksi, mutu, maupun daya tahannya. Usaha seleksi ini harus  diikuti dengan usaha persilangan. Hal tersebut yang nantinya dapat mengakibatkan proses evolusi berlangsung dalam jangka waktu relatif singkat. 

Seleksi buatan berlaku untuk semua organisme  dari virus hingga hewan empat kaki, dan dari hewan peliharaan ke sumber makanan. Seleksi buatan juga terkadang menghasilkan banyak keuntungan bagi penerapnya.

7. Perkawinan Tak Acak

Perkawinan tak acak adalah salah satu bentuk pelanggaran terhadap hukum kesetimbangan Hardy Weinberg. Dalam teori tersebut mengharapkan adanya perkawinan secara acak.

Namun, dalam perkembangannya seringkali individu memilih untuk kawin dengan individu yang berada didekatnya.

Hal ini akan tentunya akan mengurangi jumlah heterozygote dan meningkatkan jumlah homozygote dominan dan resesif. Dan perkawinan tak acak ini berakibat pada alel yang dibawa. Alel yang membawa sifat yang dominan disukai akan memiliki jumlah populasi yang banyak.

Sedangkan, alel dengan sifat yang cenderung resesif akan menjadi berkurang. Atau yang lebih buruknya, akan mengalami kepunahan dalam populasi.



fbWhatsappTwitterLinkedIn