sistem saraf otomatis atau bisa disebut dengan otonom terbagi menjadi dua yaitu saraf simpatik dan parasimpatik. Saraf simpatik berfungsi untuk mengatur respon tubuh saat terjadi tekanan. Sedangkan saraf parasimpatik berfungsi untuk merespon tubuh dalam keadaan rileks atau santai.
Fungsi saraf parasimpatik tidak hanya mengecilkan pupil, meningkatkan kadar urin, melambatkan detak jantung, meningkatkan produksi mukosa hidung, dan melebarkan arteri. Saraf parasimpatik juga bekerja menyarafi kelenjar ludah dengan fungsi berkebalikan dari saraf simpatik.
Berikut ini adalah dua fungsi utama dari saraf parasimpatik kelenjar ludah yang perlu diketahui.
1. Merangsang Produksi Air Liur
Jika saraf simpatik bekerja untuk mengurangi sekresi ludah, maka saraf parasimpatik berfungsi sebaliknya. Fungsi saraf parasimpatik kelenjar ludah adalah merangsang kelenjar ludah agar dapat memroduksi air ludah atau air liur lebih banyak atau setidaknya dalam kadar normal.
Contoh kinerja saraf parasimpatik dalam meningkatkan produksi air liur adalah saat kita mengunyah makanan atau setidaknya mengunyah permen karet. Hal ini disebut sebagai rangsangan mekanis pada lidah yang kemudian membuat kelenjar ludah menghasilkan air liur lebih banyak.
Contoh lain pengaruh saraf parasimpatik yang menyarafi kelenjar ludah adalah saat kita mengonsumsi makanan pedas, asin, dan asam. Meskipun rasa pahit dan manis pun turut dapat merangsang produksi air liur lebih banyak namun ketiga rangsangan kimiawi tadi (rasa pedas, asin dan asam) biasanya paling berpengaruh.
Dalam kedua hal tersebut, sinyal listrik akan dikirimkan oleh sistem parasimpatik ke nukleus salivarius. Nukleus salivarius ini terdiri dari dua, yakni nukleus salivarius superior dan nukleus salivarius inferior dengan tugas yang berbeda.
Nukleus salivarius superior berperan melanjutkan sinyal rangsangan yang diterima sistem parasimpatik ke kelenjar submandibular dan kelenjar sublingual. Belum selesai, rangsang saraf tadi harus sampai ke kelenjar parotis, dan ini merupakan tugas nukleus salivarius inferior sebagai pengirimnya.
Untuk menyempurnakan sekresi kelenjar ludah, terdapat pula saraf fasial (asal dari serabut jaringan parasimpatik) yang menyarafi kelenjar ludah/saliva minor.
2. Meningkatkan Kadar Enzim Ptialin
Saraf parasimpatik tidak sekadar membantu agar air liur terproduksi secara normal atau meningkat. Ketika produksi air liur meningkat, maka enzim ptialin yang merupakan kandungan air liur ikut bertambah di mana enzim ini turut memengaruhi pencernaan dan berperan menjadi indikator kanker.
Ketika kelenjar ludah terangsang dengan baik oleh saraf parasimpatik untuk menghasilkan air liur lebih banyak, enzim ptialin yang mendukung proses pencernaan pada mulut ikut bekerja secara maksimal. Enzim ptialin pada dasarnya memiliki beberapa fungsi, salah satunya adalah mendukung proses pencernaan.
Kandungan zat pati serta berbagai nutrisi yang terdapat di dalam makanan yang kita makan bisa dicerna dan diserap oleh usus dengan baik berkat enzim ptialin. Dengan kelenjar ludah berfungsi seperti seharusnya dan menghasilkan air liur dalam kadar normal dan meningkat.
Enzim ptialin pada air liur turut berperan dalam mengindikasikan adanya risiko kanker. Kadar air liur meningkat artinya kadar enzim ptialin juga lebih tinggi dan hal ini dapat menjadi tanda tubuh sedang merespon timbulnya kanker.